DKI Bakal Tata Pasar Tradisional yang Kumuh dan Macet

Kamis, 07 Desember 2017 - 15:30 WIB
DKI Bakal Tata Pasar...
DKI Bakal Tata Pasar Tradisional yang Kumuh dan Macet
A A A
JAKARTA - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta bakal menata pasar-pasar tradisional yang ada di ibu kota yang menyebabkan kemacetan dan tampak kumuh. Bahkan, DKI akan membangun kios agar tampak tertib dan lebih tertata rapi.

"Kami tidak akan menggusur. Kami akan tata, entah membangun kios, mengatur lalin, atau membangun ulang kios. Itu semua teknis, tapi intinya ini jadi perhatian kami," kata Kepala Dinas (Kadis) Usaha Mikro Kecil Menengah dan Perdagangan (UMKMP) DKI Jakarta Irwandi saat disinggung mengenai kondisi pasar tradisional di Jakarta, Kamis (7/12/2017).

Bahkan, Irwandi berkeliling ke sejumlah pasar tradisional yang ada di Jakarta. Selain itu, dia juga sudah berkoordinasi dengan Wakil Gubernur Sandiaga Salahudin Uno mencari sponsor untuk penataan pasar tradisional.

"Keuntungan lainnya, dengan menggunakan sponsor atau CSR seolah agar mempromosikan perusahaannya," tuturnya.

Irwandi melihat, penanganan pasar tradisional sangat dilematis. Satu sisi keberadaan pasar membantu ekonomi kerakyataan karena lokasinya berada di tengah pemukiman.

Sementara pasar tradisional tanpa pembinaan. PD Pasar Jaya enggan menjadikan penanganan pasar ini sebagai prioritasnya.

"Satu-satunya cara menjadi pasar ini sebagai lokbin (lokasi binaan). Sisi positifnya akan masuk dalam PAD (Pendapatan Anggaran daerah) DKI," jelas Irwandi sembari mencontohkan pasar pecah kulit di kawasan Tambora, Jakarta Barat.

Berdasarkan pantauan KORAN SINDO, kondisi pasar ini hampir terlihat di beberapa titik, seperti Pasar Bintang Mas, Palmerah. Pasar Pesing, Kebon Jeruk, Pasar Kaget di Jalan Ayub, Kebon Jeruk.

Di beberapa titik itu, kondisi pasar sangat kumuh, sampah berserakan di beberapa titik jalan sekitar pasar. Lapak lapak pedagang memenuhi bibir jalan.

Kondisi ini membuat jalanan menyempit kemacetan tak terhindarkan. Karena kendaraan sulit melintas. KORAN SINDO menjajal melintasi Pasar Pesing yang berada di samping Kali Sekretaris saat sore hari. Melintasi kawasan sepanjang 200 meter membutuhkan waktu lebih dari 30 menit. Hal ini cukup berbeda saat melintasi kawasan itu pada siang hari, hanya membutuhkan waktu kurang dari 5 menit.

"Yah harus ada pengaturan arus. Bila perlu hanya ada sejalur," tutur Zainal (36), pedagang buah di kawasan Pasar Pesing, Kebon Jeruk.

Zainal setuju dengan adanya penataan pasar di kawasan itu. Salah satunya membangun kios di sisi tembok atau tanggul Kali Sekretaris yang selesai dinormalisasi. Pembangunan itu akan membuat kawasan ini tertata baik. "Jadi akan lebih rapih," ucapnya.

Tuti (43), pemilik kantin di Palmerah mengakui keberadaan Pasar Bintang Mas membantu dirinya. Keberadaanya kurang dari 100 meter membantu dirinya membeli barang-barang untuk jualan makanan saji. Bila harus belanja di Pasar Palmerah. Kebutuhan akan cukup mahal. "Palingan di waktu tertentu saja saya beli di Pasar Palmerah," tuturnya.

Hal berbeda diungkapkan Kasudin KUMKMP Jakarta Barat, Syliviana Nuraini. Ia menilai keberadaan pasar tradisional yang kian semrawut bukti lurah camat yang tak bisa mengatur. "Ini tugas mereka. Tidak bisa salahkan UMKM," tuturnya.

Terkait keberadaannya, Sylvi belum mengetahui betul kondisi pasar. Sekalipun disebutkan kerap menimbulkan kemacetan. Namun, Sylvi mengatakan, hal itu bukan merupakan kewenangan dalam membina. Ia pun meminta penyerahaan pembinaan dilakukan camat dan lurah.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1106 seconds (0.1#10.140)