Anies-Sandi Perlu Belajar dari Pendahulu
A
A
A
ANIES Rasyid Baswedan agak pelit berbicara dengan pers menjelang pelantikan dirinya bersama Sandiaga Uno sebagai gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta. Hanya saja, usai menerima penyerahan hasil kerja Tim Sinkronisasi dari Sudirman Said, Jumat (13/10/2017) pekan lalu, gubernur terpilih ini tak bisa menahan untuk memuji pendahulunya, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan Djarot Syaiful Hidayat. Anies berencana belajar dari para gubernur DKI Jakarta terdahulu, termasuk dengan Ahok dan Djarot.
Nah, untuk kepentingan itu, Anies-Sandi telah menjalin komunikasi dengan mereka. “Kami berharap bisa berkomunikasi reguler,” tutur Anies. Baginya, Ahok-Djarot selama menjadi gubernur-wakil gubernur berkontribusi signifikan terhadap kemajuan Jakarta.
Ia pun berterima kasih atas capaian itu dan mengaku ingin terus belajar dari keduanya. “Mereka sudah melakukan yang terbaik dan mereka betul-betul menjadi bagian dari apa yang kita rasakan sebagai kemajuan di Jakarta,” ujarnya.
Lalu, prestasi apa yang paling menonjol dari sang pendahulu itu? Nah, soal ini Djarot dengan bangga bercerita tentang peninggalannya berupa sistem penganggaran berbasis elektronik bernama e-budgeting. Sistem ini mulai digunakan pada penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2015.
Dalam sistem ini, hanya beberapa orang yang memiliki password untuk masuk ke dalam sistem. Segala perubahan yang terjadi dalam sistem akan terlibat sehingga akan ketahuan jika ada yang mengurangi atau menambah anggaran.
Oleh karena itu, biasanya proses input sistem e-budgeting dilakukan bersama-sama semua SKPD di satu ruangan besar. Sistem ini tetap digunakan sampai pembahasan anggaran yang terakhir, yaitu APBD Perubahan 2017. Selain e-budgeting, Pemprov DKI juga menggunakan e-planning dan e-musrenbang.
“Di masa lalu dengan sistem keuangan yang tidak berdasarkan e-budgeting, maka mudah sekali program yang tidak strategis, yang ngaco, itu masuk,” katanya.
Lalu apakah Anies-Sandi akan meneruskan program-program baik dari para pendahulunya? Dapatkan informasi selengkapnya di Majalah SINDO Weekly Edisi Nomor 33 Tahun 6, 2017 yang terbit Senin (16/10/2017).
Nah, untuk kepentingan itu, Anies-Sandi telah menjalin komunikasi dengan mereka. “Kami berharap bisa berkomunikasi reguler,” tutur Anies. Baginya, Ahok-Djarot selama menjadi gubernur-wakil gubernur berkontribusi signifikan terhadap kemajuan Jakarta.
Ia pun berterima kasih atas capaian itu dan mengaku ingin terus belajar dari keduanya. “Mereka sudah melakukan yang terbaik dan mereka betul-betul menjadi bagian dari apa yang kita rasakan sebagai kemajuan di Jakarta,” ujarnya.
Lalu, prestasi apa yang paling menonjol dari sang pendahulu itu? Nah, soal ini Djarot dengan bangga bercerita tentang peninggalannya berupa sistem penganggaran berbasis elektronik bernama e-budgeting. Sistem ini mulai digunakan pada penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2015.
Dalam sistem ini, hanya beberapa orang yang memiliki password untuk masuk ke dalam sistem. Segala perubahan yang terjadi dalam sistem akan terlibat sehingga akan ketahuan jika ada yang mengurangi atau menambah anggaran.
Oleh karena itu, biasanya proses input sistem e-budgeting dilakukan bersama-sama semua SKPD di satu ruangan besar. Sistem ini tetap digunakan sampai pembahasan anggaran yang terakhir, yaitu APBD Perubahan 2017. Selain e-budgeting, Pemprov DKI juga menggunakan e-planning dan e-musrenbang.
“Di masa lalu dengan sistem keuangan yang tidak berdasarkan e-budgeting, maka mudah sekali program yang tidak strategis, yang ngaco, itu masuk,” katanya.
Lalu apakah Anies-Sandi akan meneruskan program-program baik dari para pendahulunya? Dapatkan informasi selengkapnya di Majalah SINDO Weekly Edisi Nomor 33 Tahun 6, 2017 yang terbit Senin (16/10/2017).
(amm)