Imigrasi Bandara Soetta Gagalkan Perdagangan Manusia ke Eropa
A
A
A
TANGERANG - Petugas Imigrasi Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta) Tangerang menggagalkan upaya perdagangan manusia ke Eropa. Jaringan ini menggunakan paspor palsu, dan transitnya di Bandara Soetta untuk menuju ke Eropa.
Kepala Imigrasi Bandara Soetta Enang Supriyadi Syamsi mengatakan, kasus perdagangan manusia di Eropa sedang tren dan mengalami kenaikan."Mereka mencari suku-suku tertentu yang ada di Malaysia, korbannya dari Sri Lanka, dan Bangladesh. Ada tiga korban yang kami amankan, dari dua pelaku," kata Enang kepada SINDOnews, Senin (9/10/2017).
Enang menuturkan, jaringan perdagangan manusia ke Eropa ini melibatkan sindikat perdagangan manusia internasional. Modus yang digunakan adalah melakukan pendampingan dan paspor palsu.
"Paspor palsu ini sudah disiapkan terlebih dulu di Malaysia. Lalu diselundupkan dan modusnya dengan mencari kemiripan wajah korban dalam paspor itu," tuturnya. Menurut Enang, seorang pelaku tertangkap saat membawa seorang anak berusia 17 tahun, untuk dijadikan anak angkat pada keluarga yang cukup mampu di London.
"Sedang pelaku kedua seorang perempuan membawa seorang anak perempuan untuk dijadikan pembantu rumah tangga, pada keluarga Eropa. Pelaku membawa parpor asli dari Sri Lanka," ungkapnya.
Para pelaku datang ke Indonesia dari Sri Lankn menggunakan paspor asli dan membawa paspor yang telah dihilangkan dan telah dipalsukan.
"Selain dijadikan pekerja rumah tangga dan diadopsi, di Eropa mereka bisa juga dijadikan sebagai PSK dan kurir narkoba. Hal itu bisa saja terjadi," sambungnya.
Kasus perdagangan manusia ini berhasil dibongkar petugas imigrasi, pada 23 September 2017. Saat para pelaku hendak terbang dari Bandara Soetta ke Eropa. "Jaringan ini menggunakan paspor palsu, dan transitnya di Bandara Soetta untuk menuju ke Eropa. Sindikat itu memakai paspor dari Malaysia seperti aslinya guna mengelabui petugas," jelasnya.
Kepada petugas, para pelaku mengaku bekerja sebagai kurir dalam bisnis perdagangan manusia itu. Sekali mengirim orang, mereka diberi imbalan USD2.000.
Kepala Imigrasi Bandara Soetta Enang Supriyadi Syamsi mengatakan, kasus perdagangan manusia di Eropa sedang tren dan mengalami kenaikan."Mereka mencari suku-suku tertentu yang ada di Malaysia, korbannya dari Sri Lanka, dan Bangladesh. Ada tiga korban yang kami amankan, dari dua pelaku," kata Enang kepada SINDOnews, Senin (9/10/2017).
Enang menuturkan, jaringan perdagangan manusia ke Eropa ini melibatkan sindikat perdagangan manusia internasional. Modus yang digunakan adalah melakukan pendampingan dan paspor palsu.
"Paspor palsu ini sudah disiapkan terlebih dulu di Malaysia. Lalu diselundupkan dan modusnya dengan mencari kemiripan wajah korban dalam paspor itu," tuturnya. Menurut Enang, seorang pelaku tertangkap saat membawa seorang anak berusia 17 tahun, untuk dijadikan anak angkat pada keluarga yang cukup mampu di London.
"Sedang pelaku kedua seorang perempuan membawa seorang anak perempuan untuk dijadikan pembantu rumah tangga, pada keluarga Eropa. Pelaku membawa parpor asli dari Sri Lanka," ungkapnya.
Para pelaku datang ke Indonesia dari Sri Lankn menggunakan paspor asli dan membawa paspor yang telah dihilangkan dan telah dipalsukan.
"Selain dijadikan pekerja rumah tangga dan diadopsi, di Eropa mereka bisa juga dijadikan sebagai PSK dan kurir narkoba. Hal itu bisa saja terjadi," sambungnya.
Kasus perdagangan manusia ini berhasil dibongkar petugas imigrasi, pada 23 September 2017. Saat para pelaku hendak terbang dari Bandara Soetta ke Eropa. "Jaringan ini menggunakan paspor palsu, dan transitnya di Bandara Soetta untuk menuju ke Eropa. Sindikat itu memakai paspor dari Malaysia seperti aslinya guna mengelabui petugas," jelasnya.
Kepada petugas, para pelaku mengaku bekerja sebagai kurir dalam bisnis perdagangan manusia itu. Sekali mengirim orang, mereka diberi imbalan USD2.000.
(whb)