Sepinya Pemesanan Batu Bacan di Pulau Bacan

Senin, 21 Agustus 2017 - 06:30 WIB
Sepinya Pemesanan Batu...
Sepinya Pemesanan Batu Bacan di Pulau Bacan
A A A
MALUKU - Masih ingat dengan batu bacan, batu akik yang sempat menjadi batu mulia termahal dan banyak dicari oleh masyarakat pecinta akik. Nasibnya kini berubah 180 derajat, batu berwarna hijau dan dipercaya menjadi batu terkeras setelah intan ini kini harganya turun drastis.

Tidak tanggung-tanggung harganya mulai dari yang termurah yaitu dari Rp1 juta dan termahal hingga miliaran rupiah sempat menempel pada akik khas Maluku Utara ini. Namun seiring perjalanan waktu, kini tren batu meredup.

Imbasnya tidak hanya pada batu melainkan pulau penghasil batu ini pun ikut meredup. Seperti saat KORAN SINDO mengunjugi pulau ini, sebuah kios milik Graci Johan yang beberapa tahun lalu menjadi penghasil batu bacan terbesar kini sudah tidak tampak lagi kesibukan di sana.

Kios yang berada di pinggir jalan tersebut tampak setengah tertutup. Dari luar, nampak tidak ada keramaian dan kesibukan yang berarti. Seperti sebuah toko yang hidup segan, dan mati tak mau. Aci begitu dia disapa mengaku saat ini hanya menampilkan sisa-sisa olahannya.
"Sekarang sudah tidak banyak produksi, saya sekarang hanya mengerjakan pesanan," kata Aci pada Minggu (20/8/2017).

Dia melanjutkan, saat ini tidak hanya batu bacan yang diolahnya melainkan batu obi, dan batu-batu mulia lainnya yang sudah selesai diasah dan dipasang ke gagang cincin. Padahal beberapa tahun silam, pengunjung tidak pernah berhenti datang ke Pulau Bacan. Keramaian sudah tidak perlu dibayangkan lagi di masa itu.

"Sekarang sudah sepi, paling yang datang kebanyakan cuma kolektor dan mereka juga hanya memilih batu yang terbaik," ujarnya. Pulau Bacan di Halmahera Selatan memang jadi salah satu lokasi terbaik untuk berburu batu akik. Batu yang dihasilkan dari pulau ini disebut sebagai batu bacan. Warnanya pun khas, hijau terang dan ada juga yang biru, dengan berbagai macam variannya.

Tapi yang perlu diketahui, batu bacan sebenarnya tidak hanya dihasilkan di Pulau Bacan. Tetapi malah ditambang di pulau lain, yaitu Pulau Kasiruta, yang lokasinya satu jam perjalanan laut dari Pulau Bacan. "Aslinya dari Pulau Kasiruta, ini banyak ditambang di sana. Cuma karena namanya susah, akhirnya lebih dikenal batu Bacan," ungkapnya.

Batu bacan di kios Aci Johan pun dibanderol cukup murah. Satu cincin batu bacan yang sudah jadi dihargai Rp150.000-an. Itu untuk cincin dengan batu berkualitas standar. Untuk cincin dengan batu bacan berkualitas top, di kios Aci Johan harga paling mahalnya mencapai Rp1 Juta. Harga itu berlaku juga untuk cincin batu Obi.

Meski harga dan pendapatan dari mengolah batu bacan turun drastis, tetapi Aci Johan bersama beberapa perajin batu bacan lainnya tetap setia dengan pekerjaannya. Di masa depan, mereka berharap suatu saat nanti, harga Batu Bacan bisa kembali naik, meski secara perlahan.

Salah satu staf Dinas Pariwisata Kabupaten Halmahera Selatan Iksan mengungkapkan, seiring meredupnya tren batu akik secara nasional, nama Pulau Bacan pun ikut meredup. Dari sisi ekonomi, pendapatan warga pun menurun drastis.

Dulu, satu cincin batu bacan berkualitas top harganya bisa mencapai Rp50 Juta. Sekarang, cincin batu bacan ini hanya laku paling mahal sekitar Rp2,5-5 Juta. "Dulu waktu masih tren, penghasilan perajin batu Bacan bisa puluhan jutaan, sampai ratusam juta setiap bulannya. Sekarang penghasilan mereka turun drastis," ucapnya.
(whb)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0718 seconds (0.1#10.140)