Ibu Rumah Tangga di Pondok Gede Diduga Terjangkit Flu Burung
A
A
A
BEKASI - Seorang ibu rumah tangga berinisial S (30) diduga terjangkit virus flu burung di Jatiwaringin, Pondok Gede, Kota Bekasi. Kini S masih menjalani perawatan di RS Prof DR Sulianti Saroso, Jakarta Utara.
Tetangga S yakni, Aceng (37) mengaku terkejut S diduga terinfeksi flu burung. Sebab, S sering terlihat membersihkan kandang burung. ”Suaminya M selalu menjaga kebersihan rumah yang kerap dijadikan tempat penjualan burung,” kata Aceng kepada wartawan, Minggu (20/8/2017).
Menurut Aceng, pasangan suami istri itu sudah berjualan burung sejak tiga tahun lalu. Karena jauh sebelumnya S dan M membuka rumah makan. Namun saat ini kondisi rumahnya masih banyak burung, hanya saja sudah sepi sejak S menderita sakit beberapa waktu lalu.
Korban S awalnya menderita sesak napas dan batuk-batuk, hingga pada 9 Agustus 2017, korban memeriksakan penyakitnya ke rumah sakit swasta di Cibitung Kabupaten Bekasi. Tapi karena biayanya mahal, S memilih pulang dan kondisinya terus memburuk.
Hingga akhirnya S kembali menjalani pemeriksaan di RS Ibu dan Anak di Bekasi. Di sana S langsung menjalani perawatan di ruang ICU. Setelah dilakukan diagnosa, korban S diduga mengidap penyakit flu burung dan akhirnya dirujuk ke RS Prof. DR Sulianti Saroso, Jakarta Utara.
Tetangga S lainya, Samin (55) mengatakan, sempat melihat petugas kesehatan dari pemerintah mendatangi rumah dan tempat penjualan burung yang dimiliki S. Disitu, petugas melakukan penyisiran ke perumahan warga yang berdekatan dengan rumah S.
”Informasinya ada empat burung yang mati di lokasi,” katanya. Akibat kejadian ini, rumah suami istri itu selalu sepi. Dua orang anaknya yang masih berusia balita kemungkinan dievakuasi ke rumah kerabatnya.
”Dari kemarin enggak ada yang pulang ke rumah. Tampak sepi sampai sekarang, sudah tidak orang dirumahnya,” ungkapnya.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Dezi Sukrawati membantah kalau pasien S divonis flu burung seperti hasil diagnosa rumah sakit swasta.”Karena hasil labotarium pada Selasa, 18 Agustus 2017 lalu, pasien S negatif terkena flu burung,” terangnya.
Menurutnya, pasien S memang awalnya didiagnosa dua dugaan penyakit. Yang pertama penyakit pnemonia berat dan infeksi flu burung. Dan tanda-tandanya kata dia, kuat mengidap penyakit keduanya yakni sesak nafas dan batuk. Ditambah lagi pasien diketahui memelihara hewan unggas.
Dalam pemerikaan sementara, pasien diminta menjalani uji labotarium untuk penyakit yang dideritanya. Makanya, ketika masuk rumah sakit pasien dirawat di ruang isolator. Namun, setelah hasilnya negatif pasien sudah di pindahkan ke ruang rawat biasa.
Dezi menjelaskan, kini kondisi pasien masih dalam perawatan intensif di Rumah Sakit wilayah Jakarta Utara. Meski begitu, Dezi berharap warga untuk tetap mewapadai ancaman virus flu burung.”Yang jelas kalau punya ternak pastikan minum segala macam harus dibersihkan tiap hari,” ucapnya.
Tetangga S yakni, Aceng (37) mengaku terkejut S diduga terinfeksi flu burung. Sebab, S sering terlihat membersihkan kandang burung. ”Suaminya M selalu menjaga kebersihan rumah yang kerap dijadikan tempat penjualan burung,” kata Aceng kepada wartawan, Minggu (20/8/2017).
Menurut Aceng, pasangan suami istri itu sudah berjualan burung sejak tiga tahun lalu. Karena jauh sebelumnya S dan M membuka rumah makan. Namun saat ini kondisi rumahnya masih banyak burung, hanya saja sudah sepi sejak S menderita sakit beberapa waktu lalu.
Korban S awalnya menderita sesak napas dan batuk-batuk, hingga pada 9 Agustus 2017, korban memeriksakan penyakitnya ke rumah sakit swasta di Cibitung Kabupaten Bekasi. Tapi karena biayanya mahal, S memilih pulang dan kondisinya terus memburuk.
Hingga akhirnya S kembali menjalani pemeriksaan di RS Ibu dan Anak di Bekasi. Di sana S langsung menjalani perawatan di ruang ICU. Setelah dilakukan diagnosa, korban S diduga mengidap penyakit flu burung dan akhirnya dirujuk ke RS Prof. DR Sulianti Saroso, Jakarta Utara.
Tetangga S lainya, Samin (55) mengatakan, sempat melihat petugas kesehatan dari pemerintah mendatangi rumah dan tempat penjualan burung yang dimiliki S. Disitu, petugas melakukan penyisiran ke perumahan warga yang berdekatan dengan rumah S.
”Informasinya ada empat burung yang mati di lokasi,” katanya. Akibat kejadian ini, rumah suami istri itu selalu sepi. Dua orang anaknya yang masih berusia balita kemungkinan dievakuasi ke rumah kerabatnya.
”Dari kemarin enggak ada yang pulang ke rumah. Tampak sepi sampai sekarang, sudah tidak orang dirumahnya,” ungkapnya.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Dezi Sukrawati membantah kalau pasien S divonis flu burung seperti hasil diagnosa rumah sakit swasta.”Karena hasil labotarium pada Selasa, 18 Agustus 2017 lalu, pasien S negatif terkena flu burung,” terangnya.
Menurutnya, pasien S memang awalnya didiagnosa dua dugaan penyakit. Yang pertama penyakit pnemonia berat dan infeksi flu burung. Dan tanda-tandanya kata dia, kuat mengidap penyakit keduanya yakni sesak nafas dan batuk. Ditambah lagi pasien diketahui memelihara hewan unggas.
Dalam pemerikaan sementara, pasien diminta menjalani uji labotarium untuk penyakit yang dideritanya. Makanya, ketika masuk rumah sakit pasien dirawat di ruang isolator. Namun, setelah hasilnya negatif pasien sudah di pindahkan ke ruang rawat biasa.
Dezi menjelaskan, kini kondisi pasien masih dalam perawatan intensif di Rumah Sakit wilayah Jakarta Utara. Meski begitu, Dezi berharap warga untuk tetap mewapadai ancaman virus flu burung.”Yang jelas kalau punya ternak pastikan minum segala macam harus dibersihkan tiap hari,” ucapnya.
(whb)