Warga Mudah Terpancing, Polisi Sebut Tawuran di Johar Baru Sulit Diberantas
A
A
A
JAKARTA - Kapolsek Johar Baru Kompol Maruhun Nababan mengaku sulit untuk memberantas aksi bentrokan yang kerap terjadi di kawasan padat penduduk itu.Meski aparat kepolisian selalu berjaga di sekitar perbatasan antaran Kelurahan Tanah Tinggi dan Kampung Rawa, namun bentrokan tak bisa dihindarkan lantaran masyarakat mudah terpancing emosinya.
"Kalau tawuran di Johar Baru itu tidak akan bisa dihapuskan. Kalau polisi meleng, tawuran pasti terjadi," ujar Nababan kepada wartawan, Senin (31/7/2017).
Nababan melanjutkan, selama ini pihaknya sudah aktif bekerjasama dengan unsur TNI dan Pemerintah Kota Jakarta Pusat untuk memberantas bentrokan. Namun sayangnya tawuran tersebut masih kerap terjadi. "Kami tiga pilar sering mengadakan acara. Tapi nggak akan bisa berakhir kalau masyarakatnya sendiri yang tidak punya kemauan untuk menghentikan tawuran yang terus berlarut-larut," ujar Nababan.
Menurut dia, kerja sama harus terjalin agar tawuran bisa diredam ketika petugas kepolisian sedang tidak memantau lokasi atau di sekitar perbatasan yang rawan tawuran. "Kami selalu antisipasi di jam-jam rawan. Anggota saya kan juga manusia, nggak bisa hanya 1x24 jam berjaga terus-terusan. Butuh istirahat dan salat. Ketika lagi ibadah, tawuran malah pecah. Kan ngeri. Itulah gunanya masyarakat, kalau kami nggak ada seharusnya mereka yang antisipatif," kata Nababan.
Ia juga berharap agar masyarakat tak terpancing untuk membalas serangan warga lain. Terlebih lagi saat suara ledakan petasan terdengar di sekitar area perkampungan. "Maunya saya masyarakat jangan terpancing. Ketika ada suara petasan ya tutup pintulah, jangan biarkan mereka membalas. Selama inikan klaimnya mereka sama-sama bilang mau mempertahankan daerahnya, jadinya saling serang," tutup Nababan.
"Kalau tawuran di Johar Baru itu tidak akan bisa dihapuskan. Kalau polisi meleng, tawuran pasti terjadi," ujar Nababan kepada wartawan, Senin (31/7/2017).
Nababan melanjutkan, selama ini pihaknya sudah aktif bekerjasama dengan unsur TNI dan Pemerintah Kota Jakarta Pusat untuk memberantas bentrokan. Namun sayangnya tawuran tersebut masih kerap terjadi. "Kami tiga pilar sering mengadakan acara. Tapi nggak akan bisa berakhir kalau masyarakatnya sendiri yang tidak punya kemauan untuk menghentikan tawuran yang terus berlarut-larut," ujar Nababan.
Menurut dia, kerja sama harus terjalin agar tawuran bisa diredam ketika petugas kepolisian sedang tidak memantau lokasi atau di sekitar perbatasan yang rawan tawuran. "Kami selalu antisipasi di jam-jam rawan. Anggota saya kan juga manusia, nggak bisa hanya 1x24 jam berjaga terus-terusan. Butuh istirahat dan salat. Ketika lagi ibadah, tawuran malah pecah. Kan ngeri. Itulah gunanya masyarakat, kalau kami nggak ada seharusnya mereka yang antisipatif," kata Nababan.
Ia juga berharap agar masyarakat tak terpancing untuk membalas serangan warga lain. Terlebih lagi saat suara ledakan petasan terdengar di sekitar area perkampungan. "Maunya saya masyarakat jangan terpancing. Ketika ada suara petasan ya tutup pintulah, jangan biarkan mereka membalas. Selama inikan klaimnya mereka sama-sama bilang mau mempertahankan daerahnya, jadinya saling serang," tutup Nababan.
(thm)