Bullying di Thamrin City, 9 Pelaku Dihantui Rasa Takut Ditolak Masyarakat
A
A
A
JAKARTA - Aksi perundungan (bullying) di Thamrin City, Tanah Abang, Jakarta Pusat, yang viral di media sosial ternyata membuat trauma sembilan pelaku. Mereka kini dihantui rasa takut tidak diterima lagi oleh masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya.
"Ada rasa ketakutan karena videonya viral, jadi masyarakat umum tahu. Mereka takut masyarakat tidak menerima mereka kembali," ujar Kepala Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani, Neneng Hariyani, saat dihubungi SINDOnews, Jumat (21/7/2017).
Saat ini, kesembilan anak pelaku perudungan terhadap S, siswi kelas VI sekolah dasar (SD), dititipkan di PSMP Handayani untuk menjalani rehabilitasi di Rumah Antara, Bambu Apus, Cipayung, Jakarta Timur. Untuk menghilangkan rasa ketakutan itu, mereka di Rumah Antara diberikan pemahaman etika, moral, dan agama.
Mereka juga diberi pemahaman bahwa tindakan membully salah. Intinya, kata Neneng, sebelum dikembalikan ke lingkungan masyarakat, kesembilan anak diajarkan kedisiplinan dan diperketat terhadap pemahaman agama. Saat ini mereka juga sudah mulai mengenyam pendidikan di tempat tersebut.
"Di sini setiap anak didampingi satu peksos (pekerja sosial), mereka akan melakukan kegiatan piket setiap harinya, membersihkan tempat tidur sendiri, bangun setiap pagi, dan belajar memahami agama. Hal ini agar mereka tahu (perundungan) dalam agama juga tidak diperbolehkan," jelas Neneng.
Menurut Neneng, kesembilan anak tetap perlu mendapat perhatian dan perlindungan, baik dari orang tua, masyarakat, serta lingkungannya. Apalagi anak-anak masih berharap disayang. Sebab, anak-anak ini bisa saja hanya korban dari kurangnya perhatian orang tua yang mungkin sibuk dengan pekerjaan.
Untuk itu pihaknya mengimbau kepada orang tua untuk selalu memberikan perhatian kepada anak-anaknya serta mengawasi tumbuh kembang dan aktivitas si buah hati.
"Ada rasa ketakutan karena videonya viral, jadi masyarakat umum tahu. Mereka takut masyarakat tidak menerima mereka kembali," ujar Kepala Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani, Neneng Hariyani, saat dihubungi SINDOnews, Jumat (21/7/2017).
Saat ini, kesembilan anak pelaku perudungan terhadap S, siswi kelas VI sekolah dasar (SD), dititipkan di PSMP Handayani untuk menjalani rehabilitasi di Rumah Antara, Bambu Apus, Cipayung, Jakarta Timur. Untuk menghilangkan rasa ketakutan itu, mereka di Rumah Antara diberikan pemahaman etika, moral, dan agama.
Mereka juga diberi pemahaman bahwa tindakan membully salah. Intinya, kata Neneng, sebelum dikembalikan ke lingkungan masyarakat, kesembilan anak diajarkan kedisiplinan dan diperketat terhadap pemahaman agama. Saat ini mereka juga sudah mulai mengenyam pendidikan di tempat tersebut.
"Di sini setiap anak didampingi satu peksos (pekerja sosial), mereka akan melakukan kegiatan piket setiap harinya, membersihkan tempat tidur sendiri, bangun setiap pagi, dan belajar memahami agama. Hal ini agar mereka tahu (perundungan) dalam agama juga tidak diperbolehkan," jelas Neneng.
Menurut Neneng, kesembilan anak tetap perlu mendapat perhatian dan perlindungan, baik dari orang tua, masyarakat, serta lingkungannya. Apalagi anak-anak masih berharap disayang. Sebab, anak-anak ini bisa saja hanya korban dari kurangnya perhatian orang tua yang mungkin sibuk dengan pekerjaan.
Untuk itu pihaknya mengimbau kepada orang tua untuk selalu memberikan perhatian kepada anak-anaknya serta mengawasi tumbuh kembang dan aktivitas si buah hati.
(thm)