Reza Indragiri: Periksa Tersangka, Polisi Jangan Diskriminatif
A
A
A
JAKARTA - Kasus pengeroyokan dan penusukan terhadap ahli IT asal ITB, Hermansyah, telah menjadi perhatian publik selama sepekan terakhir. Publik awalnya dibuat geger karena ada pihak yang mengaitkan kejadian ini dengan status Hermansyah sebagai saksi ahli dari chat pornografi yang diduga melibatkan Habib Rizieq-Firza Husein.
Selang beberapa hari, publik sedikit lega karena polisi menangkap sejumlah pelaku dan menepis anggapan bahwa peristiwa itu ada kaitannya dengan status Hermansyah sebagai saksi ahli dari chat pornografi yang diduga melibatkan Habib Rizieq-Firza Husein tersebut. (Baca:Psikolog Forensik Ragukan Pemicu Kasus Hermansyah akibat Senggolan Mobil)
Namun di hari yang sama, publik kembali dibuat geger karena beredar foto dua tersangka duduk semeja dengan dengan Kapolda Metro Jaya Irjen Pol M Iriawan, Kapolres Jakarta Timur Kombes Pol Andry Wibowo, dan Kapolres Depok Kombes Hery Heryawan.
Foto ini pun langsung viral dan masih menjadi perbincangan netizen di media sosial hingga saat ini. Mereka menganggap pihak kepolisian memberikan perlakuan istimewa kepada tersangka penganiayaan Hermansyah tersebut.
Psikolog Forensik Reza Indragiri Amriel mengaku sangat heran melihat foto tersebut. “Memang kalau melihat dalam waktu 2-3 hari menangkap pelaku, bisa disebut polisi bekerja secara efektif dan efisien, jempollah untuk mereka (polisi),” kata Reza saat dihubungi Sindonews, Sabtu (15/7/2017).
Namun bagi Reza hal itu tidak cukup. Untuk mengukur kerja polisi tidak cukup hanya dengan melihat efektif dan efisien. Tapi penting juga memperhatikan kesetaraan alias tidak ada diskriminatif dalam memeriksa pelaku kriminalitas.
“Munculnya foto itu kontras dengan foto seorang pemuka agama yang dihadapkan dengan meja kosong, tidak ada jamuan makanannya. Kesejajarannya dimana? Kesetaraan warga negara di hadapan hukum dimana? Tidak terpenuhinya unsur equity itu membuat masyarakat berpikir ada yang janggal,” tuturnya.
Oleh karena itu, Reza berpendapat harus ada evaluasi terkait foto tersebut. Jika memang penyebar foto tersebut berasal dari internal Polri, harus segera dilakukan evaluasi.
“Kalau munculnya foto itu merupakan kinerja Humas Polri dalam rangka meyakinkan publik untuk katakanlah percaya kepada polisi, maka saya katakan ini adalah bentuk kerja yang harus dievaluasi,” tutup Reza.
Selang beberapa hari, publik sedikit lega karena polisi menangkap sejumlah pelaku dan menepis anggapan bahwa peristiwa itu ada kaitannya dengan status Hermansyah sebagai saksi ahli dari chat pornografi yang diduga melibatkan Habib Rizieq-Firza Husein tersebut. (Baca:Psikolog Forensik Ragukan Pemicu Kasus Hermansyah akibat Senggolan Mobil)
Namun di hari yang sama, publik kembali dibuat geger karena beredar foto dua tersangka duduk semeja dengan dengan Kapolda Metro Jaya Irjen Pol M Iriawan, Kapolres Jakarta Timur Kombes Pol Andry Wibowo, dan Kapolres Depok Kombes Hery Heryawan.
Foto ini pun langsung viral dan masih menjadi perbincangan netizen di media sosial hingga saat ini. Mereka menganggap pihak kepolisian memberikan perlakuan istimewa kepada tersangka penganiayaan Hermansyah tersebut.
Psikolog Forensik Reza Indragiri Amriel mengaku sangat heran melihat foto tersebut. “Memang kalau melihat dalam waktu 2-3 hari menangkap pelaku, bisa disebut polisi bekerja secara efektif dan efisien, jempollah untuk mereka (polisi),” kata Reza saat dihubungi Sindonews, Sabtu (15/7/2017).
Namun bagi Reza hal itu tidak cukup. Untuk mengukur kerja polisi tidak cukup hanya dengan melihat efektif dan efisien. Tapi penting juga memperhatikan kesetaraan alias tidak ada diskriminatif dalam memeriksa pelaku kriminalitas.
“Munculnya foto itu kontras dengan foto seorang pemuka agama yang dihadapkan dengan meja kosong, tidak ada jamuan makanannya. Kesejajarannya dimana? Kesetaraan warga negara di hadapan hukum dimana? Tidak terpenuhinya unsur equity itu membuat masyarakat berpikir ada yang janggal,” tuturnya.
Oleh karena itu, Reza berpendapat harus ada evaluasi terkait foto tersebut. Jika memang penyebar foto tersebut berasal dari internal Polri, harus segera dilakukan evaluasi.
“Kalau munculnya foto itu merupakan kinerja Humas Polri dalam rangka meyakinkan publik untuk katakanlah percaya kepada polisi, maka saya katakan ini adalah bentuk kerja yang harus dievaluasi,” tutup Reza.
(thm)