Kuasa Hukum Hermansyah Beberkan Kejanggalan Kasus Kliennya
A
A
A
JAKARTA - Wakil Ketua Tim Pembela Ulama dan Aktifis (TPUA) Azam Khan mengatakan dirinya telah dipilih keluarga Hermansyah sebagai kuasa hukum. Meskipun belum ada keputusan resmi dari Hermansyah karena belum sembuh total.
"Secara formal saya belum menjadi penasihat hukum. Kan harus tanda tangan dari (Hermansyah), tetapi (saat ini) enggak mungkin (karena masih sakit). Tetapi saudara kandungnya (Hermansyah) semua meminta saya menjadi penasihat hukumnya atau membantu ke arah itu," ujar Azam kepada wartawan di Jakarta, Kamis (13/7/2017).
Ia mengatakan, sudah berulang kali mendatangi keluarga korban, yakni adik kandung dan ibunda Hermansyah, hingga akhirnya mereka meminta Azam untuk membantu menjadi kuasa hukum dari yang bersangkutan.
"Otomatis pendapat saya bisa dikategorikan (sebagai kuasa hukum) karena (keluarga korban), saya diminta jadi penasihat hukum. Kan korban bisa dengan lisan juga," ucap Azam.
Azam juga membeberkan beberapa kejanggalan dalam kasus yang menimpa ahli IT dari ITB itu. Di antaranya, posisi luka bacok hanya sebelah kiri badan Hermansyah. Ia pun menduga pelaku merupakan orang yang paham bagaimana cara melumpuhkan seseorang.
"Yang jadi pertanyaan kok sebelah kiri semua dibacoknya? Kalau saya mengindikasikan orang ini ahli karena kiri itu tempat syaraf. Jadi lukanya di kiri semua," lanjutnya.
Luka bacokan yang dialami Hermansyah terbilang cukup parah, yakni di bagian kepala, leher dan tangan. Selain itu, Azam juga mempertanyakan motif pelaku melakukan pengeroyokan kepada Hermansyah.
Dari pihak kepolisian menyebutkan, motif pengeroyokan dan penusukan Hermansyah sementara ini karena bersenggolan mobil di jalan tol sampai akhirnya terjadi perkelahian. Namun, Azam menyanggah keterangan polisi dengan membandingkan keterangan‎ istri Hermansyah, Irina, yang mengatakan bahwa tidak ada peristiwa senggolan kendaraan sebelum peristiwa pembacokan terjadi.
"Padahal istrinya bilang tak ada senggolan. Yang mana yang benar? Kalau pun motifnya faktor senggolan, masa iya pelaku langsung keroyok (dengan) banyak (orang) gitu? Lalu katanya (pelaku) mabok dan pulang dari dugem. Apa iya orang mabuk bisa masuk ke tol nyetir (mobil)? Jadi kesimpangsiuran ini tolong disimpulkan secara jelas agar tak terjadi salah sangka," tegasnya.
"Secara formal saya belum menjadi penasihat hukum. Kan harus tanda tangan dari (Hermansyah), tetapi (saat ini) enggak mungkin (karena masih sakit). Tetapi saudara kandungnya (Hermansyah) semua meminta saya menjadi penasihat hukumnya atau membantu ke arah itu," ujar Azam kepada wartawan di Jakarta, Kamis (13/7/2017).
Ia mengatakan, sudah berulang kali mendatangi keluarga korban, yakni adik kandung dan ibunda Hermansyah, hingga akhirnya mereka meminta Azam untuk membantu menjadi kuasa hukum dari yang bersangkutan.
"Otomatis pendapat saya bisa dikategorikan (sebagai kuasa hukum) karena (keluarga korban), saya diminta jadi penasihat hukum. Kan korban bisa dengan lisan juga," ucap Azam.
Azam juga membeberkan beberapa kejanggalan dalam kasus yang menimpa ahli IT dari ITB itu. Di antaranya, posisi luka bacok hanya sebelah kiri badan Hermansyah. Ia pun menduga pelaku merupakan orang yang paham bagaimana cara melumpuhkan seseorang.
"Yang jadi pertanyaan kok sebelah kiri semua dibacoknya? Kalau saya mengindikasikan orang ini ahli karena kiri itu tempat syaraf. Jadi lukanya di kiri semua," lanjutnya.
Luka bacokan yang dialami Hermansyah terbilang cukup parah, yakni di bagian kepala, leher dan tangan. Selain itu, Azam juga mempertanyakan motif pelaku melakukan pengeroyokan kepada Hermansyah.
Dari pihak kepolisian menyebutkan, motif pengeroyokan dan penusukan Hermansyah sementara ini karena bersenggolan mobil di jalan tol sampai akhirnya terjadi perkelahian. Namun, Azam menyanggah keterangan polisi dengan membandingkan keterangan‎ istri Hermansyah, Irina, yang mengatakan bahwa tidak ada peristiwa senggolan kendaraan sebelum peristiwa pembacokan terjadi.
"Padahal istrinya bilang tak ada senggolan. Yang mana yang benar? Kalau pun motifnya faktor senggolan, masa iya pelaku langsung keroyok (dengan) banyak (orang) gitu? Lalu katanya (pelaku) mabok dan pulang dari dugem. Apa iya orang mabuk bisa masuk ke tol nyetir (mobil)? Jadi kesimpangsiuran ini tolong disimpulkan secara jelas agar tak terjadi salah sangka," tegasnya.
(kri)