Usai Lebaran, Jakarta Masih Menjadi Magnet Pendatang untuk Mengais Rezeki
A
A
A
JAKARTA - Usai Lebaran, DKI Jakarta masih menjadi magnet bagi warga daerah untuk mencoba peruntungan. Tingginya upah penghasilan di Jakarta menjadi daya tarik, sejumlah masyarakat untuk bekerja di Jakarta.
Ribuan warga daerah pun berdatangan, menyerbu Jakarta dengan harapan tinggi. Disisi lain, Jakarta lebih selektif dalam membuka pekerjaan. Tanpa keahlian mumpuni membuat serangan warga baru tergerus dengan sendiri.
Bila mereka gagal menjadi petarung, maka mereka akan menjadi beban bagi masyarakat Jakarta lainnya. Pengamat tata kota dari Universitas Trisakti Yayat Supriatna mengatakan, pendatang merupakan petarung yang hebat. Bermodal kreativitas, inovatif, dan pekerja keras, maka pendatang akan menjadi petarung yang sukses.
Namun bila sebaliknya, pedatang kemudian berubah menjadi pecundang yang menyusahkan warga Jakarta. Karena itu diperlukan pengawasan untuk tidak menyebabkan masalah baru. "Kita perlu melakukan operisa yustisia. Bagaimana pembinaan penduduk dilakukan," tutur Yayat, Rabu (28/6/2017).
Salah satu masalah lainnya, lanjut Yayat, muncul model usaha lain, seperti berdagang. Hal ini akhirnya muncul PKL baru yang kemudian membuat penyempitan jalan raya. Sebab di Jakarta PKL sudah terlalu banyak.
Semestinya, untuk masalah ini. Yayat mengatkan pola pemberian modal usaha harus diubah. Seperti dengan membuat modal usaha di daerah. Cara ini cukup baik untuk memajukan kota kota di daerah.
"Yang terjadi sekarang, adalah usai bekerja di Jakarta mereka kemudian membuang uang di desa. Inilah menjadi ketertarikan sehingga mereka datang ke Jakarta dan kemudian menjadi beban," tuturnya.
Karena itu, dengan melakukan pendataan dan pembinaan terhadap masyarakat. Maka akan terlihat siapa yang datang. Pengawasan terhadap orang baru akan menjadi pertanggung jawaban bagi pemprov.
Pandangan berbeda diungkapkan Rektor Universitas Ibnu Chaldun Jakarta Musni Umar. Musni menilai ketimpangan pembangunan antara di daerah dengan Jakarta membuat kesenjangan dan ketimpangan sosial terjadi. Hal itu kemudian mendorong masyarakat berbondong bondong ke Jakarta.
Sementara, persoalan demikian tak diimbangi dengan sumber daya manusia (SDM) berkualitas. Akibatnya, persoalan baru muncul membuat orang orang semacam ini menjadi masalah.
Karena itu, mengatasi hal tersebut diperlukan perhatian tersendiri bagi pemerintah pusat. Pelatihan UMKM harus dilakukan untuk memberikan peningkatan kualitas manusia. "Karena itu, kenapa pendidikan begitu penting. Kan harus punya keterampilan. Sehingga dari pendidikan dan pelatihan akan muncul ahli ahli baru," tuturnya.
Ribuan warga daerah pun berdatangan, menyerbu Jakarta dengan harapan tinggi. Disisi lain, Jakarta lebih selektif dalam membuka pekerjaan. Tanpa keahlian mumpuni membuat serangan warga baru tergerus dengan sendiri.
Bila mereka gagal menjadi petarung, maka mereka akan menjadi beban bagi masyarakat Jakarta lainnya. Pengamat tata kota dari Universitas Trisakti Yayat Supriatna mengatakan, pendatang merupakan petarung yang hebat. Bermodal kreativitas, inovatif, dan pekerja keras, maka pendatang akan menjadi petarung yang sukses.
Namun bila sebaliknya, pedatang kemudian berubah menjadi pecundang yang menyusahkan warga Jakarta. Karena itu diperlukan pengawasan untuk tidak menyebabkan masalah baru. "Kita perlu melakukan operisa yustisia. Bagaimana pembinaan penduduk dilakukan," tutur Yayat, Rabu (28/6/2017).
Salah satu masalah lainnya, lanjut Yayat, muncul model usaha lain, seperti berdagang. Hal ini akhirnya muncul PKL baru yang kemudian membuat penyempitan jalan raya. Sebab di Jakarta PKL sudah terlalu banyak.
Semestinya, untuk masalah ini. Yayat mengatkan pola pemberian modal usaha harus diubah. Seperti dengan membuat modal usaha di daerah. Cara ini cukup baik untuk memajukan kota kota di daerah.
"Yang terjadi sekarang, adalah usai bekerja di Jakarta mereka kemudian membuang uang di desa. Inilah menjadi ketertarikan sehingga mereka datang ke Jakarta dan kemudian menjadi beban," tuturnya.
Karena itu, dengan melakukan pendataan dan pembinaan terhadap masyarakat. Maka akan terlihat siapa yang datang. Pengawasan terhadap orang baru akan menjadi pertanggung jawaban bagi pemprov.
Pandangan berbeda diungkapkan Rektor Universitas Ibnu Chaldun Jakarta Musni Umar. Musni menilai ketimpangan pembangunan antara di daerah dengan Jakarta membuat kesenjangan dan ketimpangan sosial terjadi. Hal itu kemudian mendorong masyarakat berbondong bondong ke Jakarta.
Sementara, persoalan demikian tak diimbangi dengan sumber daya manusia (SDM) berkualitas. Akibatnya, persoalan baru muncul membuat orang orang semacam ini menjadi masalah.
Karena itu, mengatasi hal tersebut diperlukan perhatian tersendiri bagi pemerintah pusat. Pelatihan UMKM harus dilakukan untuk memberikan peningkatan kualitas manusia. "Karena itu, kenapa pendidikan begitu penting. Kan harus punya keterampilan. Sehingga dari pendidikan dan pelatihan akan muncul ahli ahli baru," tuturnya.
(whb)