Puncak Arus Mudik Macet Parah, Pemerintah Abaikan 4 Jalur Arteri
A
A
A
JAKARTA - Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S Pane mengatakan, kemacetan cukup parah masih mencengkeram Jalur Tol Mudik 2017. Bahkan, ekor kemacetannya mencapai Jalur Tol Semanggi, Jakarta Selatan.
"Koordinasi apik yang sudah dilakukan Polri dengan berbagai pihak sepertinya tak berdaya menghadapi serangan pemudik," ujar Neta saat dihubungi SINDOnews, Kamis (23/6/2017).
Belajar dari kasus ini, kata dia, Polri segera mengingatkan pemerintah untuk mengubah strategi di Jalur Pantura, terutama di pintu keluar Jakarta. Artinya, pemerintah tak bisa lagi hanya mengandalkan Jalan Tol, terutama Jalan Tol Cikampek untuk Jalur Mudik 2018 mendatang.
Dia mengungkapkan, sudah saatnya pemerintah menata, memperbaiki, dan melebarkan jalan arteri sebagai pintu keluar dari Jakarta untuk pemudik 2018. Jika tidak, stagnasi akan kembali terulang dan tetap mencengkram karena Jalan Tol Cikampek sebagai pintu keluar dari Jakarta sudah over kapasitas dan tak mampu lagi menampung serbuan kendaraan pemudik.
"IPW mencatat jalan arteri dari Jakarta menuju Pantura sebenarnya ada 4 jalur, yakni Jalan Raya Pulogadung, Jalan Raya Klender, Jalan Raya Casablanca, dan Jalan Kalimalang," terangnya.
Namun, ungkapkanya, keempat jalur ini tak diurus pemerintah dengan serius. Pemerintah hanya mengandalkan Jalan Tol Cikampek untuk jalur mudik. Padahal, keempat jalur arteri ini selalu menjadi andalan bagi pemudik sepeda motor untuk keluar dari Jakarta meski jalanannya kerap tak layak.
"Ke depan, di musim Mudik 2018 sudah saatnya pemerintah mengubah orientasinya, menata keempat jalan arteri itu agar bisa juga menjadi andalan untuk pemudik bermobil sehingga beban Jalan Tol Cikampek bisa dikurangi," jelasnya.
Dia menambahkan, berbagai terobosan harus segera dilakukan Polri dan pemerintah mengingat jumlah kendaraan bermotor terus menerus dibiarkan pemerintah membludak.
Jika terobosan tak segera dilakukan, musim mudik 2018 akan kembali dicengkram neraka macet hingga berpuluh kilometer yang membuat stagnasi dimana mana. Akibatnya, kerja keras Polri dalam menata dan merekayasa lalulintas mudik menjadi sia-sia.
"Koordinasi apik yang sudah dilakukan Polri dengan berbagai pihak sepertinya tak berdaya menghadapi serangan pemudik," ujar Neta saat dihubungi SINDOnews, Kamis (23/6/2017).
Belajar dari kasus ini, kata dia, Polri segera mengingatkan pemerintah untuk mengubah strategi di Jalur Pantura, terutama di pintu keluar Jakarta. Artinya, pemerintah tak bisa lagi hanya mengandalkan Jalan Tol, terutama Jalan Tol Cikampek untuk Jalur Mudik 2018 mendatang.
Dia mengungkapkan, sudah saatnya pemerintah menata, memperbaiki, dan melebarkan jalan arteri sebagai pintu keluar dari Jakarta untuk pemudik 2018. Jika tidak, stagnasi akan kembali terulang dan tetap mencengkram karena Jalan Tol Cikampek sebagai pintu keluar dari Jakarta sudah over kapasitas dan tak mampu lagi menampung serbuan kendaraan pemudik.
"IPW mencatat jalan arteri dari Jakarta menuju Pantura sebenarnya ada 4 jalur, yakni Jalan Raya Pulogadung, Jalan Raya Klender, Jalan Raya Casablanca, dan Jalan Kalimalang," terangnya.
Namun, ungkapkanya, keempat jalur ini tak diurus pemerintah dengan serius. Pemerintah hanya mengandalkan Jalan Tol Cikampek untuk jalur mudik. Padahal, keempat jalur arteri ini selalu menjadi andalan bagi pemudik sepeda motor untuk keluar dari Jakarta meski jalanannya kerap tak layak.
"Ke depan, di musim Mudik 2018 sudah saatnya pemerintah mengubah orientasinya, menata keempat jalan arteri itu agar bisa juga menjadi andalan untuk pemudik bermobil sehingga beban Jalan Tol Cikampek bisa dikurangi," jelasnya.
Dia menambahkan, berbagai terobosan harus segera dilakukan Polri dan pemerintah mengingat jumlah kendaraan bermotor terus menerus dibiarkan pemerintah membludak.
Jika terobosan tak segera dilakukan, musim mudik 2018 akan kembali dicengkram neraka macet hingga berpuluh kilometer yang membuat stagnasi dimana mana. Akibatnya, kerja keras Polri dalam menata dan merekayasa lalulintas mudik menjadi sia-sia.
(ysw)