Psikolog Forensik Yakin Vionina Nekat Aksi Bugil karena Halusinasi
A
A
A
JAKARTA - Vionina Magdalena (26) nekat berbelanja tanpa mengenakan pakaian karena adanya halusinasi. Diduga kuat halusinasi dikarenakan obat penenang yang dikonsumsi Vionina.
Ketua Asosiasi Psikologi Forensik Reni Kusumowardhani megatakan, halusinasi menjadi penyebab Vionina melakukan aksi bugil. Terlebih hasil penyelidikan dan keterangan yang diberikan kepada polisi, Vionina mengaku terpengaruh obat penenang hingga mengalami gangguan jiwa.
"Dia mengalami gangguan jiwa dan halusinasi karena mengonsumsi obat penenang, atau dia hanya berhalusinasi karena terlalu banyak mengonsumsi obat penenang," kata Reni kepada wartawan Rabu (7/6/2017).
Melihat apa yang dialami Vionina, Reni menyarankan agar wanita itu harus direhabilitasi bila terpengaruh karena halusinasi. Namun bila disertai gangguan jiwa, maka Vionina wajib menjalani rawat inap di Rumah Sakit (RS) jiwa.
Meski demikian, untuk penanganan berkelanjutan penelitaan yang cermat harus dilakukan tim medis. Karena itu, Reni menyebut wajar bila penangan psikis Vionina dilakukan oleh psikiater, psikolog, dan dokter spesialis penyakit dalam.
"Langkah RS Polri sudah tepat sebelum tim medis memutuskan kelanjutan proses penyembuhan bagi pasien," tutur Reni. Dia mengungkapkan, mengonsumsi obat penenang terlalu sering atau mengonsumsi obat penenang berlebihan akan menimbulkan halusinasi, yaitu kesalahan persepsi menyangkut suara dan penglihatan.
"Kalau yang bersangkutan dibiarkan mengonsumsi obat penenang secara sembrono, apalagi jika dia juga mengidap gangguan jiwa, maka kondisi mentalnya akan kian memburuk," ucapnya.
Karena itu, Reni mengimbau, menghadapi masalah kejiwaan, datanglah ke psikolog atau ke psikiater. Jangan buru-buru mengonsumsi obat penenang secara serampangan untuk segera mendapatkan perasaan tenang.
"Obat penenang bukan sarana buat seseorang lari dari persoalan hidupnya. Perlu syarat dan takaran tertentu bagi yang hendak mengonsumsi obat penenang," tegasnya. Jika dalam konsultasi psikologis seorang pasien akhirnya mampu menyelesaikan kesulitan hidupnya, maka tak membutuhkan lagi obat penenang.
"Jadi memang sebaiknya pasien ke psikolog atau psikiater dulu untuk berkonseling, dan mendapat arahan mengonsumsi obat penenang melengkapi proses penyembuhan jiwa," tutup Reni.
Ketua Asosiasi Psikologi Forensik Reni Kusumowardhani megatakan, halusinasi menjadi penyebab Vionina melakukan aksi bugil. Terlebih hasil penyelidikan dan keterangan yang diberikan kepada polisi, Vionina mengaku terpengaruh obat penenang hingga mengalami gangguan jiwa.
"Dia mengalami gangguan jiwa dan halusinasi karena mengonsumsi obat penenang, atau dia hanya berhalusinasi karena terlalu banyak mengonsumsi obat penenang," kata Reni kepada wartawan Rabu (7/6/2017).
Melihat apa yang dialami Vionina, Reni menyarankan agar wanita itu harus direhabilitasi bila terpengaruh karena halusinasi. Namun bila disertai gangguan jiwa, maka Vionina wajib menjalani rawat inap di Rumah Sakit (RS) jiwa.
Meski demikian, untuk penanganan berkelanjutan penelitaan yang cermat harus dilakukan tim medis. Karena itu, Reni menyebut wajar bila penangan psikis Vionina dilakukan oleh psikiater, psikolog, dan dokter spesialis penyakit dalam.
"Langkah RS Polri sudah tepat sebelum tim medis memutuskan kelanjutan proses penyembuhan bagi pasien," tutur Reni. Dia mengungkapkan, mengonsumsi obat penenang terlalu sering atau mengonsumsi obat penenang berlebihan akan menimbulkan halusinasi, yaitu kesalahan persepsi menyangkut suara dan penglihatan.
"Kalau yang bersangkutan dibiarkan mengonsumsi obat penenang secara sembrono, apalagi jika dia juga mengidap gangguan jiwa, maka kondisi mentalnya akan kian memburuk," ucapnya.
Karena itu, Reni mengimbau, menghadapi masalah kejiwaan, datanglah ke psikolog atau ke psikiater. Jangan buru-buru mengonsumsi obat penenang secara serampangan untuk segera mendapatkan perasaan tenang.
"Obat penenang bukan sarana buat seseorang lari dari persoalan hidupnya. Perlu syarat dan takaran tertentu bagi yang hendak mengonsumsi obat penenang," tegasnya. Jika dalam konsultasi psikologis seorang pasien akhirnya mampu menyelesaikan kesulitan hidupnya, maka tak membutuhkan lagi obat penenang.
"Jadi memang sebaiknya pasien ke psikolog atau psikiater dulu untuk berkonseling, dan mendapat arahan mengonsumsi obat penenang melengkapi proses penyembuhan jiwa," tutup Reni.
(whb)