Ini Kata Kriminolog Soal Pesta Gay di Kelapa Gading
A
A
A
JAKARTA - Kriminolog Universitas Indonesia (UI) Ferdinand Andi Lolo mengatakan, jika sekelompok orang punya minat yang sama tentu akan mencari tempat khusus. Sehingga mereka bisa bebas berekspresi di tempat tersebut.
"Masing-masing orang ingin menciptakan area khususnya sendiri. Dan untuk kelompok khusus (seperti LGBT) maka mereka akan membentuk komunitas sendiri yang berbeda dengan tempat biasa," kata Ferdinand saat dihubungi KORAN SINDO, Senin (22/5/2017).
Tempat khusus itu dibentuk dengan tujuan agar mereka bisa melaksanakan aktivitasnya secara aman, nyaman dan tanpa gangguan. Sehingga apa yang menjadi minat mereka bisa dilakukan bersama dengan orang lain yang memang satu komunitas yang sama.
"Kebetulan yang dipilih mereka ini adalah tempat fitnes. Di sana tempat berkumpul orang dengan minat yang sama. Kebetulan juga di sana mungkin ada ketertarikan secara fisiknya lebih gampang," tukasnya.
Perspektif orang soal tempat fitnes ini yang melunturkan pandangan bahwa tempat ini tidak mungkin dijadikan tempat melakukan kegiatan menyimpang. Hal lainnya, mereka bisa menemukan area privat yang segala aktivitasnya bisa dieksplor tanpa gangguan.
"Karena yang mereka jalankan di sana tidak sesuai dengan sebagian nilai masyarakat kita. Karenanya mereka perlu tempat privat dan itu tidak mungkin dilakukan di tempat umum dimana mereka akan rentan untuk di-bully," paparnya.
Jika dibandingkan negara lain seperti Australia, maka di sana kehidupan kaum LGBT tentu lebih terbuka. Karena masyarakatnya sudah menerima hal itu. Ferdinand berpandangan, ada pengaruh dari persepsi masyarakat juga terhadap keberadaan mereka.
Artinya ketika masyarakat kurang setuju, maka mereka akan mencari tempat privat yang hanya bisa diakses kelompoknya saja. Sebaliknya, jika masyarakat menerima maka mereka cenderung berani mengekspresikan di tempat umum.
"Mereka mau cari fun, bisa berekspresi di satu tempat. Namun kalau tidak bisa dilakukan maka mencari tempat lain yang sifatnya privat," pungkasnya.
"Masing-masing orang ingin menciptakan area khususnya sendiri. Dan untuk kelompok khusus (seperti LGBT) maka mereka akan membentuk komunitas sendiri yang berbeda dengan tempat biasa," kata Ferdinand saat dihubungi KORAN SINDO, Senin (22/5/2017).
Tempat khusus itu dibentuk dengan tujuan agar mereka bisa melaksanakan aktivitasnya secara aman, nyaman dan tanpa gangguan. Sehingga apa yang menjadi minat mereka bisa dilakukan bersama dengan orang lain yang memang satu komunitas yang sama.
"Kebetulan yang dipilih mereka ini adalah tempat fitnes. Di sana tempat berkumpul orang dengan minat yang sama. Kebetulan juga di sana mungkin ada ketertarikan secara fisiknya lebih gampang," tukasnya.
Perspektif orang soal tempat fitnes ini yang melunturkan pandangan bahwa tempat ini tidak mungkin dijadikan tempat melakukan kegiatan menyimpang. Hal lainnya, mereka bisa menemukan area privat yang segala aktivitasnya bisa dieksplor tanpa gangguan.
"Karena yang mereka jalankan di sana tidak sesuai dengan sebagian nilai masyarakat kita. Karenanya mereka perlu tempat privat dan itu tidak mungkin dilakukan di tempat umum dimana mereka akan rentan untuk di-bully," paparnya.
Jika dibandingkan negara lain seperti Australia, maka di sana kehidupan kaum LGBT tentu lebih terbuka. Karena masyarakatnya sudah menerima hal itu. Ferdinand berpandangan, ada pengaruh dari persepsi masyarakat juga terhadap keberadaan mereka.
Artinya ketika masyarakat kurang setuju, maka mereka akan mencari tempat privat yang hanya bisa diakses kelompoknya saja. Sebaliknya, jika masyarakat menerima maka mereka cenderung berani mengekspresikan di tempat umum.
"Mereka mau cari fun, bisa berekspresi di satu tempat. Namun kalau tidak bisa dilakukan maka mencari tempat lain yang sifatnya privat," pungkasnya.
(mhd)