Jelang Ramadhan, Kejahatan Jalanan di Jakarta Bakal Meningkat
A
A
A
JAKARTA - Menjelang Ramadhan kejahatan jalanan di Ibu Kota Jakarta bakal mengalami peningkatan. Kondisi ini akan terus terjadi hingga mendekati waktu Lebaran nanti.
"Kalo saya pikir ini karena kebutuhan yang tinggi saat Lebaran. Para pelaku cenderung melakukan tindak kejahatan di beberapa titik," kata Kriminolog Universitas Indonesia, Josias Simon saat dihubungi, Selasa (2/5/2017).
Josias mengatakan, trend semacam ini memang telah terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Karena itu, dia mengaku heran kenapa polisi tak mengantisipasi hal ini. Semestinya, kata dia, kondisi telah dipahami agar tak menimbulkan korban lebih banyak.
Terkait pelakunya, Josias yakin pelaku begal dan kejahatan jalanan semacam ini dilakukan oleh orang luar daerah. Sebab, bila melihat dari rangkaian kasus dan pola kejahatannya. Orang luar Jakarta cenderung lebih berani bermain di wilayah orang.
Sementara kalau di orang asli Jakarta, lanjut Josias, akan lebih mengamankan wilayah dan cenderung tidak berbuat kejahatan. "Salah salah, karena mereka takut korbannya merupakan keluarga atau tetangganya sendiri," tutur Josias.
Terhadap aksi kejahatan jalanan, Josias menyarankan polisi lebih aktif dan lebih keras terhadap tindakan pelaku. Sebab, dengan tindakan tanpa ampun, trend begal akan menurun dengan sendirinya.
Termasuk meningkatkan koordinasi antar wilayah. Josias meminta polisi agar melakukan lebih sering. Dengan demikian, antisipasi kejahatan bisa dilakukan, sembari membantu petugas wilayah lain mengisi patroli yang dilakukan.
Lebih lanjut, dia pun menyindir soal kekurang fasilitas pembenahan di tingkat provinsi. Pemda setempat, lanjutnya cenderung melakukan pembenahan untuk meminimalisir kejahatan.
Dengan memaksimalkan lampu penerangan jalan dan CCTV yang terkoneksi dan terpantau oleh polisi. Josias yakin kejahatan bisa menurun, dan pengungkpan kasus akan semakin mudah.
"Ini sudah dilakukan di beberapa negara lain. Cukup monitoring lewat CCTV. Maka polisi akan lebih mudah melakukan pengawasan," katanya.
"Kalo saya pikir ini karena kebutuhan yang tinggi saat Lebaran. Para pelaku cenderung melakukan tindak kejahatan di beberapa titik," kata Kriminolog Universitas Indonesia, Josias Simon saat dihubungi, Selasa (2/5/2017).
Josias mengatakan, trend semacam ini memang telah terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Karena itu, dia mengaku heran kenapa polisi tak mengantisipasi hal ini. Semestinya, kata dia, kondisi telah dipahami agar tak menimbulkan korban lebih banyak.
Terkait pelakunya, Josias yakin pelaku begal dan kejahatan jalanan semacam ini dilakukan oleh orang luar daerah. Sebab, bila melihat dari rangkaian kasus dan pola kejahatannya. Orang luar Jakarta cenderung lebih berani bermain di wilayah orang.
Sementara kalau di orang asli Jakarta, lanjut Josias, akan lebih mengamankan wilayah dan cenderung tidak berbuat kejahatan. "Salah salah, karena mereka takut korbannya merupakan keluarga atau tetangganya sendiri," tutur Josias.
Terhadap aksi kejahatan jalanan, Josias menyarankan polisi lebih aktif dan lebih keras terhadap tindakan pelaku. Sebab, dengan tindakan tanpa ampun, trend begal akan menurun dengan sendirinya.
Termasuk meningkatkan koordinasi antar wilayah. Josias meminta polisi agar melakukan lebih sering. Dengan demikian, antisipasi kejahatan bisa dilakukan, sembari membantu petugas wilayah lain mengisi patroli yang dilakukan.
Lebih lanjut, dia pun menyindir soal kekurang fasilitas pembenahan di tingkat provinsi. Pemda setempat, lanjutnya cenderung melakukan pembenahan untuk meminimalisir kejahatan.
Dengan memaksimalkan lampu penerangan jalan dan CCTV yang terkoneksi dan terpantau oleh polisi. Josias yakin kejahatan bisa menurun, dan pengungkpan kasus akan semakin mudah.
"Ini sudah dilakukan di beberapa negara lain. Cukup monitoring lewat CCTV. Maka polisi akan lebih mudah melakukan pengawasan," katanya.
(mhd)