Simpang Susun Semanggi Diprediksi Bakal Tambah Kemacetan di Jakarta
A
A
A
JAKARTA - Proyek pembangunan Simpang Susun Semanggi II kini sudah mencapai 74%. Meski pembangunan yang dilakukan Pemprov DKI menggunakan dana perusahaan swasta itu selesai, namun tidak cukup efektif untuk mengurai kemacetan.
Pengamat Transportasi Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Izzul Waro mengatakan, pembangunan Simpang Susun Semanggi terbilang cukup membanggakan dari segi waktu dan design pembangunan. Namun, efektifitas pembangunan jalan yang bertujuan untuk mengurai kemacetan tidak maksimal dan justru akan menambah kemacetan.
"Simpang Susun Semanggi tidak ada dalam rencana DKI untuk mengurai kemacetan. Simpang susun hanya karpet merah bagi kendaraan pribadi. Jadi wajar kalau Semanggi ini tidak efektif dalam mengurai kemacetan," kata Izzul Waro saat dihubungi, Senin (24/4/2017).
Izzul menjelaskan, untuk mengurai kemacetan itu harus secara networking (jaringan). Artinya, selain penambahan jalan, angkutan umumnya juga harus diperbaiki dan saling terintegrasi dengan moda transportasi lainnya. Termasuk dengan pembatasan kendaraan baik dengan parkir mesin ataupun sistem Elektronik Road Pricing (ERP).
Anggota Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) itu pun berharap, agar ketika Semanggi II digunakan untuk kendaraan pribadi nanti, Dinas Perhubungan (Dishub) bersama Dinas Bina Marga memiliki solusi jangka pendek agar efektifitas pembangunan Semanggi II mengurai keacetan bisa terlihat.
"Koridor Semanggi yang lama harus diperuntukkan untuk bus Transjakarta dan angkutan lainnya. Bisa dengan menambah lajur Transjakarta atau sebagainya. Intinya transportasi umum di kawasan sekitar harus dimaksimalkan," ungkapnya.
Kepala Dinas Bina Marga, Yusmada Faizal mengungkapkan, Simpang Susun Semanggi yang saat ini sudah mengalai kemajuan progress sekitar 74% itu rencananya akan diujicobakan pada Juli mendatang.
Saat ini, kata Yusmada, Simpang Susun Semanggi tinggal pengangkatan terakhir boc grider yang rencananya akan dilakukan pada Selasa 25 April malam esok sekitar pukul 23.30 WIB. Sehinga, pekerjaan krusian struktur atas kedua ramp Semanggi diselesaikan.
"Pengerjaan menyusul penyelesaian pekerjaan di bagian on-off ramp, paravet, pelapisan hormix dan pengembalian kondisi taman Semanggi. Saya upayakan uji coba open traffic sekitaran Juli, soft launching," ujarnya.
Terkait efektifitas Simpang Susun Semanggi dalam mengurai kemacetan, Yusmada menyatakan, akan mengurangi kemacetan di daerah Sudirman dan Semanggi sekitar 30-40%. Angka tersebut sama seperti yang dikatakan ā€ˇsebelumnya oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang meyakini, rampungnya Simpang Susun Semanggi akan mengurangi kemacetan hingga 30%.
Jalan layang berbentuk "kuping tambahan" ini menghubungkan dua jalur kendaraan, yakni dari arah Cawang menuju ke Bundaran Hotel Indonesia (HI), dan dari arah Slipi menuju Blok M. Pembiayaan proyek tersebut berasal dari kompensasi perusahaan atas pelampauan terhadap koefisien luas bangunan perusahaan Jepang, PT Mouri senilai Rp 360 miliar.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Andri Yansyah mengakui, bila pembangunan Jalan Layang Semangggi tidak berpengaruh banyak untuk mengurai kemacetan. Namun, setidaknya bisa mengurai kemacetan disimpul Semanggi yang sebelumnya kerap padat.
Andri menuturkan, untuk mengurai kemacetan di Jakarta, pihaknya saat ini sedan fokus menjalankan Pola Transportasi Makro (PTM), yakni memperbaiki Bus Rapid Transit (BRT) dan non BRT, menabah transportasi massal berbasis rel Mass Rapid Transit (MRT), Light Rail Transit (LRT) dan mengintegrasikannya dengan moda transportasi lain, membatasi kendaraan dengan ERP dan parkir mesin.
"Semuanya itu akan rapih pada 2018, termasuk penggunaan Simpang Susun Semanggi. Dengan begitu, kemacetan di Jakarta dapat berkurang," katanya.
Pengamat Transportasi Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Izzul Waro mengatakan, pembangunan Simpang Susun Semanggi terbilang cukup membanggakan dari segi waktu dan design pembangunan. Namun, efektifitas pembangunan jalan yang bertujuan untuk mengurai kemacetan tidak maksimal dan justru akan menambah kemacetan.
"Simpang Susun Semanggi tidak ada dalam rencana DKI untuk mengurai kemacetan. Simpang susun hanya karpet merah bagi kendaraan pribadi. Jadi wajar kalau Semanggi ini tidak efektif dalam mengurai kemacetan," kata Izzul Waro saat dihubungi, Senin (24/4/2017).
Izzul menjelaskan, untuk mengurai kemacetan itu harus secara networking (jaringan). Artinya, selain penambahan jalan, angkutan umumnya juga harus diperbaiki dan saling terintegrasi dengan moda transportasi lainnya. Termasuk dengan pembatasan kendaraan baik dengan parkir mesin ataupun sistem Elektronik Road Pricing (ERP).
Anggota Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) itu pun berharap, agar ketika Semanggi II digunakan untuk kendaraan pribadi nanti, Dinas Perhubungan (Dishub) bersama Dinas Bina Marga memiliki solusi jangka pendek agar efektifitas pembangunan Semanggi II mengurai keacetan bisa terlihat.
"Koridor Semanggi yang lama harus diperuntukkan untuk bus Transjakarta dan angkutan lainnya. Bisa dengan menambah lajur Transjakarta atau sebagainya. Intinya transportasi umum di kawasan sekitar harus dimaksimalkan," ungkapnya.
Kepala Dinas Bina Marga, Yusmada Faizal mengungkapkan, Simpang Susun Semanggi yang saat ini sudah mengalai kemajuan progress sekitar 74% itu rencananya akan diujicobakan pada Juli mendatang.
Saat ini, kata Yusmada, Simpang Susun Semanggi tinggal pengangkatan terakhir boc grider yang rencananya akan dilakukan pada Selasa 25 April malam esok sekitar pukul 23.30 WIB. Sehinga, pekerjaan krusian struktur atas kedua ramp Semanggi diselesaikan.
"Pengerjaan menyusul penyelesaian pekerjaan di bagian on-off ramp, paravet, pelapisan hormix dan pengembalian kondisi taman Semanggi. Saya upayakan uji coba open traffic sekitaran Juli, soft launching," ujarnya.
Terkait efektifitas Simpang Susun Semanggi dalam mengurai kemacetan, Yusmada menyatakan, akan mengurangi kemacetan di daerah Sudirman dan Semanggi sekitar 30-40%. Angka tersebut sama seperti yang dikatakan ā€ˇsebelumnya oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang meyakini, rampungnya Simpang Susun Semanggi akan mengurangi kemacetan hingga 30%.
Jalan layang berbentuk "kuping tambahan" ini menghubungkan dua jalur kendaraan, yakni dari arah Cawang menuju ke Bundaran Hotel Indonesia (HI), dan dari arah Slipi menuju Blok M. Pembiayaan proyek tersebut berasal dari kompensasi perusahaan atas pelampauan terhadap koefisien luas bangunan perusahaan Jepang, PT Mouri senilai Rp 360 miliar.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Andri Yansyah mengakui, bila pembangunan Jalan Layang Semangggi tidak berpengaruh banyak untuk mengurai kemacetan. Namun, setidaknya bisa mengurai kemacetan disimpul Semanggi yang sebelumnya kerap padat.
Andri menuturkan, untuk mengurai kemacetan di Jakarta, pihaknya saat ini sedan fokus menjalankan Pola Transportasi Makro (PTM), yakni memperbaiki Bus Rapid Transit (BRT) dan non BRT, menabah transportasi massal berbasis rel Mass Rapid Transit (MRT), Light Rail Transit (LRT) dan mengintegrasikannya dengan moda transportasi lain, membatasi kendaraan dengan ERP dan parkir mesin.
"Semuanya itu akan rapih pada 2018, termasuk penggunaan Simpang Susun Semanggi. Dengan begitu, kemacetan di Jakarta dapat berkurang," katanya.
(mhd)