Penilaian Pengamat Politik Terkait Debat Anies-Sandi vs Ahok-Djarot
A
A
A
JAKARTA - Kekuatan dua pasangan cagub-cawagub DKI Jakarta pada debat kandidat malam tadi seimbang. Secara umum, debat berlangsung menarik dan berimbang.
Dari tiga segmen yang disajikan, masing-masing pasangan calon saling mengalahkan dan mengungguli. Segmen pertama soal adanya oknum DPRD yang kerap minta kompensasi dalam pembahasan APBD, baik jawaban Ahok dan Anies sangat normatif, datar, dan hati-hati.
Ide keduanya saling ketemu terutama soal transparansi pembahasan anggaran. Termasuk soal mengatasi masalah kesehatan, kedua paslon setuju untuk lebih aktif dan memanfaatkan jejaring yang ada sampai RT dan RW.
Segmen kedua, pertanyaan dari komunitas nelayan, transportasi, UMKM lebih menguntungkan pasangan Anies-Sandi. Pertanyaan soal UMKM misalnya, Sandi sangat dominan dan menguasai materi tersebut.
Pun termasuk soal nasib nelayan yagg kerap diabaikan akibat reklamasi sangat merugikan Ahok. Juga pertanyaan soal rumah susun yang kerap bocor sangat menyudutkan Ahok-Djarot. "Di segmen ini, Anies-Sandi unggul karena diuntungkan dari pertanyaan yang ada," papar pengamat politik UIN Jakarta Adi Prayitno kepada SINDOnews, Rabu, 12 April 2017 malam tadi.
Sementara pada segmen ketiga, paslon nomor urut 2 sedikit unggul terutama ketika ada debat khusus antar-cawagub. Sandi agak sedikit kewalahan menjawab pertanyaan Djarot soal peran Wakil Gubernur dalam hal Kebijakan Umum Anggaran.
"Pada titik inilah, debat putaran kedua berlangsung imbang. Sama-sama unggul di satu segmen dan draw di satu segmen," katanya.
Di luar itu, perdebatan makin menarik tensinya ketika menjelang akhir segmen, Ahok dan Anies beradu argumen soal reklamasi. Anies tetap pada pilihannya tolak reklamasi karena destruktif dan tak berpihak pada rakyat.
Sementara Ahok tetap keukeuh dengan argumennya bahwa reklamasi untuk kebaikan nelayan. "Meski argumen keduanya sama-sama kuat, Publik menilai yang beda dari keduanya adalah soal sudut pandang dan keberpihakan pada rakyat," ujarnya.
Sementara dari segi duet, Ahok dan Djarot maupun Anies Sandi saling melengkapi. Dalam debat malam ini, Ahok tak se-power full debat pertama."Malam ini Ahok tampil lebih kalem, dan mampu menahan diri. Justru Djarot yang terkihat lebih dominan menutup celah Ahok," ujarnya.
Sementara Anies bicara lebih pada persoalan makro dan mampu memilih kata yang bagus argumentatif. Sedangkan, Sandi lebih banyak bicara yang mikro dan teknis.
"Dua kombinasi yang saling melengkapi. Tentu saja, debat malam ini tak cukup untuk memuaskan pemilih yang belum menentukan pilihan sebesar 5-6%. Sebab, format debat malam ini yang terlalu protokoler dan banyak aturan, gagal menampilkan performa terbaik kedua paslon," ucapnya.
Menurut Adi, ide-ide orisinil paslon tak muncul akibat waktu yang sempit dan aturan kaku. Oleh karena itu, paslon masih butuh kerja keras di sisa waktu jelang pencoblosan dengan menawarkan program cerdas yang mampu memenuhi ekspektasi rakyat Jakarta.
Dari tiga segmen yang disajikan, masing-masing pasangan calon saling mengalahkan dan mengungguli. Segmen pertama soal adanya oknum DPRD yang kerap minta kompensasi dalam pembahasan APBD, baik jawaban Ahok dan Anies sangat normatif, datar, dan hati-hati.
Ide keduanya saling ketemu terutama soal transparansi pembahasan anggaran. Termasuk soal mengatasi masalah kesehatan, kedua paslon setuju untuk lebih aktif dan memanfaatkan jejaring yang ada sampai RT dan RW.
Segmen kedua, pertanyaan dari komunitas nelayan, transportasi, UMKM lebih menguntungkan pasangan Anies-Sandi. Pertanyaan soal UMKM misalnya, Sandi sangat dominan dan menguasai materi tersebut.
Pun termasuk soal nasib nelayan yagg kerap diabaikan akibat reklamasi sangat merugikan Ahok. Juga pertanyaan soal rumah susun yang kerap bocor sangat menyudutkan Ahok-Djarot. "Di segmen ini, Anies-Sandi unggul karena diuntungkan dari pertanyaan yang ada," papar pengamat politik UIN Jakarta Adi Prayitno kepada SINDOnews, Rabu, 12 April 2017 malam tadi.
Sementara pada segmen ketiga, paslon nomor urut 2 sedikit unggul terutama ketika ada debat khusus antar-cawagub. Sandi agak sedikit kewalahan menjawab pertanyaan Djarot soal peran Wakil Gubernur dalam hal Kebijakan Umum Anggaran.
"Pada titik inilah, debat putaran kedua berlangsung imbang. Sama-sama unggul di satu segmen dan draw di satu segmen," katanya.
Di luar itu, perdebatan makin menarik tensinya ketika menjelang akhir segmen, Ahok dan Anies beradu argumen soal reklamasi. Anies tetap pada pilihannya tolak reklamasi karena destruktif dan tak berpihak pada rakyat.
Sementara Ahok tetap keukeuh dengan argumennya bahwa reklamasi untuk kebaikan nelayan. "Meski argumen keduanya sama-sama kuat, Publik menilai yang beda dari keduanya adalah soal sudut pandang dan keberpihakan pada rakyat," ujarnya.
Sementara dari segi duet, Ahok dan Djarot maupun Anies Sandi saling melengkapi. Dalam debat malam ini, Ahok tak se-power full debat pertama."Malam ini Ahok tampil lebih kalem, dan mampu menahan diri. Justru Djarot yang terkihat lebih dominan menutup celah Ahok," ujarnya.
Sementara Anies bicara lebih pada persoalan makro dan mampu memilih kata yang bagus argumentatif. Sedangkan, Sandi lebih banyak bicara yang mikro dan teknis.
"Dua kombinasi yang saling melengkapi. Tentu saja, debat malam ini tak cukup untuk memuaskan pemilih yang belum menentukan pilihan sebesar 5-6%. Sebab, format debat malam ini yang terlalu protokoler dan banyak aturan, gagal menampilkan performa terbaik kedua paslon," ucapnya.
Menurut Adi, ide-ide orisinil paslon tak muncul akibat waktu yang sempit dan aturan kaku. Oleh karena itu, paslon masih butuh kerja keras di sisa waktu jelang pencoblosan dengan menawarkan program cerdas yang mampu memenuhi ekspektasi rakyat Jakarta.
(whb)