Peringatan Dini Bencana di Jakarta Harus Dievaluasi

Jum'at, 24 Februari 2017 - 19:07 WIB
Peringatan Dini Bencana...
Peringatan Dini Bencana di Jakarta Harus Dievaluasi
A A A
JAKARTA - Peringatan dini bencana di Jakarta wajib di perbahurui. Sebab, sistem early warning yang telah berjalan belum mampu terlaksana dengan baik. Akibatnya, begitu bencana banjir datang, banyak warga tak mampu menyelamatkan sejumlah harta benda.

Hal ini terungkap ketika SINDO mendatangi kawasan Pondok Cabe, Kembangan Utara, Jakarta Barat. Di kawasan itu, genangan air tiba-tiba datang melalui tanggul yang belum tergarap di Kali Angke Lama. Genangan air setinggi lebih dari 1,5 meter kemudian datang tiba-tiba. 60 KK kemudian diungsikan akibat bencana itu.

"Kami tidak diberi tahu sebelumnya. Kalau saja ada peringatan sejam sebelumnya, kami bisa siap-siap mengungsikan barang," ucap Wisnu (38), RT04/01, Kembangan Utara, Jakarta Barat, Jumat (24/2/2017).

Wisnu mengaku, banjir yang melanda rumahnya beberapa waktu lalu membuat sejumlah benda elektronik menjadi rusak. Seperti, kulkas, televisi, dan speaker aktif. Selain itu, kasur dan beberapa sofa lainnya terpaksa harus direparasi dan dibuang lantaran rusak karena tergenang.

Sementara itu, Pengamat Perkotaan Universitas Trisakti, Nirwono Jogo menilai, early warning system di Jakarta harus dievaluasi. Sebab, dari 13 sungai dan kali di Jakarta, baru tiga titik yang memiliki sistem itu. "Ini kan cukup lambat, kalau benar memang tiga kemana aja mereka," ucapnya.

Seharusnya, menurut dia, pemerintah tidak hanya mengandalkan kecanggihan teknologi. Tapi juga, kata dia, harus ada alat tradisional seperti kentongan. Sehingga begitu sistem menjadi tak berfungsi maka alat tradisional dirasa sangat berguna.

Selain itu, untuk melakukan pemantauan. Terhadap titik beberapa ratus meter sebelum banjir, DKI wajib memberikan papan pencatutan meter air. Dengan demikian, warga bisa dapat memantau bila debit air sungai mengalami ketinggian. Evakuasi kemudian bisa dilakukan secara dini.

Tak hanya banjir, Nirwono juga menyoal early warning sistem bencana lainnya, seperti kebakaran dan gempa bumi. Menurutnya sistem harus bisa dilakukan di Jakarta mengiatkan bencana seperti itu tak mungkin terlewatkan.

Berbeda dengan kota besar lainnya, Jakarta sendiri terbilang lamban dalam mengatasi bencana. Sebab, di Jepang dan Hongkong, sistem ini sudah dilakukan, tidak hanya terhadap banjir, namun tsunami maupun kebakaran dan gempa bumi. "Ini yang membedakan kenapa ketika bencana sama, jumlah korban jiwa bisa ditekan," tuturnya.

Terpisah, Kasudin Sumber Daya Air Jakarta Barat (Jakbar) Imron mengatakan, seluruh kali yang melintas di wilayah Jakbar belum memiliki sistem peringatan dini banjir. "Rencananya baru akan dipasang pada bulan April di rumah mesin pompa Kapuk, Cengkareng, dan di rumah mesin pompa Tanjungan, Tegal Alur, Kalideres," tutur Imron.

Dia menjelaskan, wilayah Jakbar dilintasi 23 kali. Dari ke-23 kali tersebut, tujuh di antaranya rawan banjir. Ketujuh kali itu adalah Kali Angke, Kali Mookevart, Kali Pesanggrahan, Kali Sekretaris, Kali Grogol, Kali Semanan dan Anak Kali Ciliwung. "Untuk Jakbar, yang menjadi penentu adalah arus Kali Angke di ruas Cipondo, Tangerang Kota," ucap Imron.

Hal berbeda diungkapkan Camat Taman Sari, Jakarta Barat, Firmanudin. Mantan kepala BPBD Jakarta Barat ini mengaku, sistem peringatan dini ini telah terpasang di dua titik terpisah, yakni RW 01 Kembangan Selatan untuk mengetahui titik di bendungan polor. Dan terhadap RW 06 Srenseng, Kembangan, pemasangan sisitem peringatan sudah dilakukan terhadap Kali Pesanggarahan.

Di beberapa titik itu, dahulu lurah dan camat akan diberitahu bila debit air disungai meninggi. Peringatan sendiri dilakukan dengan mendapatkan sms dan pesan wa di ponsel masing-masing lurah dan beberapa ketua RT. Nantinya ketua RT akan menginformasikan hal ini kepada warganya. "Kalau sekarang saya kurang tahu tuh," ujar Firman.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7596 seconds (0.1#10.140)