Tulang Punggung Berusia 14 Tahun Itu Pergi untuk Selamanya
A
A
A
JAKARTA - Debit air Kali Mookevart yang meninggi pada Selasa, 21 Februari 2017 kemarin, menimbulkan korban jiwa. Ikmal Lopery (14) tewas setelah terjatuh dan hanyut ke kali tersebut di Kalideres, Jakarta Barat.
Meninggalnya Ikmal menjadi pukulan telak bagi keluarganya termasuk sang adik yakni, Salsabillah Aprilliyani (10). Bagi Salsa meninggalnya sang kakak maka tak ada lagi orang yang selalu mengantarnya sekolah dan memberikan uang jajan.
"Sebelum meninggal, kakak habis mengantar aku ke sekolah," kata Salsa kepada KORAN SINDO di kediamannya di Kampung Duri Semanan, RT 04/01, Kalideres, Jakarta Barat, Selasa kemarin.
Dengan mata memerah dan pipi yang lembab terkena tetesan air mata, Salsa bercerita tentang kakaknya yang menjadi tulang punggung keluarga. Ikmal rela putus sekolah dan bekerja sebagai pengamen hanya untuk memberi uang jajan sekolah kepada Salsa.
"Setiap habis mengamen, kakak kasih uangnya ke aku buat jajan sekolah," tutur Salsa. Meskipun biaya sekolahnya dibayarkan Kartu Jakarta Pintar (KJP), namun hal itu tetap tak mencukupi untuk bekal sekolah dan membeli peralatan sekolah.
Sekalipun sang ayah masih bekerja sebagai petugas keamanan di salah satu perusahaan swasta. Namun kebutuhan hidup belum juga terpenuhi, sehingga Ikmal pun terpaksa harus banting tulang.
Bermodal gitar kecil, Ikmal kemudian menyisir setiap angkutan yang lewat menuju Terminal Kalideres dan sebaliknya untuk mencari recehan belas kasih penumpang angkutan. Tak hanya membantu kehidupan Salsa, Ikmal juga mampu membuat dapur keluargnya tetap mengebul.
Sesekali Ikmal memberikan sedikit hasil keringat kepada ibunya untuk menghidupi ketiga anaknya. "Walau anak kedua dia rajin bantu orang tua. Ikmal kan anak laki satu satunya," tutur Winarso (39) tetangga kontrakannya.
Meninggalnya Ikmal tak hanya membuat Salsa sedih, sang ibunda Khosilah (40) juga bersedih. "Ikhlasin saja," ucap Khosilah singkat.
Sebelumnya, Ikmal tewas tenggelam saat bermain mengamati air Kali Mookevart yang nyaris meluap ke Jalan Raya Daan Mogot. Ikmal ditemukan tewas pada pukul 14.45.
Saat jatuh, Ikmal sedang bersama dua temannya, Fadly (14) dan Iqbal (15) di bibir Kali Mookevart. Fadli menuturkan, menjelang kejadian Ikmal sedang menghadap kali, sedang Fadli menghadap Masjid Raya Jakarta yang masih dibangun.
"Tiba tiba saya dengar dan lihat dia jatuh. Saya melompat masuk kali dan menolong. Karena dia enggak bisa berenang, kepala saya jadi tumpuan. Saya justru tenggelam karena ditekan kedua tangan korban. Saya sempat gelagapan sebelum akhirnya bisa menggendong dia ke pinggir," ungkap Fadly.
Fadly kemudian meminta Iqbal menyodorkan tongkat. Saat Fadly hendak meraih tongkat, Ikmal lepas dari gendongan Fadli karena datang arus deras.
"Saya enggak berani mengejar karena arus kali mendadak deras sekali," ujar Fadly. Jasad Ikmal ditemukan dua jam kemudian oleh warga. Kini remaja yang menjadi tulang punggung itu pun telah pergi selama-lamanya.
Tak ada lagi yang akan mengantar dan memberi Salsa uang jajan sekolah. Selamat jalan Ikmal, semoga kamu berada di surga Allah SWT.
Meninggalnya Ikmal menjadi pukulan telak bagi keluarganya termasuk sang adik yakni, Salsabillah Aprilliyani (10). Bagi Salsa meninggalnya sang kakak maka tak ada lagi orang yang selalu mengantarnya sekolah dan memberikan uang jajan.
"Sebelum meninggal, kakak habis mengantar aku ke sekolah," kata Salsa kepada KORAN SINDO di kediamannya di Kampung Duri Semanan, RT 04/01, Kalideres, Jakarta Barat, Selasa kemarin.
Dengan mata memerah dan pipi yang lembab terkena tetesan air mata, Salsa bercerita tentang kakaknya yang menjadi tulang punggung keluarga. Ikmal rela putus sekolah dan bekerja sebagai pengamen hanya untuk memberi uang jajan sekolah kepada Salsa.
"Setiap habis mengamen, kakak kasih uangnya ke aku buat jajan sekolah," tutur Salsa. Meskipun biaya sekolahnya dibayarkan Kartu Jakarta Pintar (KJP), namun hal itu tetap tak mencukupi untuk bekal sekolah dan membeli peralatan sekolah.
Sekalipun sang ayah masih bekerja sebagai petugas keamanan di salah satu perusahaan swasta. Namun kebutuhan hidup belum juga terpenuhi, sehingga Ikmal pun terpaksa harus banting tulang.
Bermodal gitar kecil, Ikmal kemudian menyisir setiap angkutan yang lewat menuju Terminal Kalideres dan sebaliknya untuk mencari recehan belas kasih penumpang angkutan. Tak hanya membantu kehidupan Salsa, Ikmal juga mampu membuat dapur keluargnya tetap mengebul.
Sesekali Ikmal memberikan sedikit hasil keringat kepada ibunya untuk menghidupi ketiga anaknya. "Walau anak kedua dia rajin bantu orang tua. Ikmal kan anak laki satu satunya," tutur Winarso (39) tetangga kontrakannya.
Meninggalnya Ikmal tak hanya membuat Salsa sedih, sang ibunda Khosilah (40) juga bersedih. "Ikhlasin saja," ucap Khosilah singkat.
Sebelumnya, Ikmal tewas tenggelam saat bermain mengamati air Kali Mookevart yang nyaris meluap ke Jalan Raya Daan Mogot. Ikmal ditemukan tewas pada pukul 14.45.
Saat jatuh, Ikmal sedang bersama dua temannya, Fadly (14) dan Iqbal (15) di bibir Kali Mookevart. Fadli menuturkan, menjelang kejadian Ikmal sedang menghadap kali, sedang Fadli menghadap Masjid Raya Jakarta yang masih dibangun.
"Tiba tiba saya dengar dan lihat dia jatuh. Saya melompat masuk kali dan menolong. Karena dia enggak bisa berenang, kepala saya jadi tumpuan. Saya justru tenggelam karena ditekan kedua tangan korban. Saya sempat gelagapan sebelum akhirnya bisa menggendong dia ke pinggir," ungkap Fadly.
Fadly kemudian meminta Iqbal menyodorkan tongkat. Saat Fadly hendak meraih tongkat, Ikmal lepas dari gendongan Fadli karena datang arus deras.
"Saya enggak berani mengejar karena arus kali mendadak deras sekali," ujar Fadly. Jasad Ikmal ditemukan dua jam kemudian oleh warga. Kini remaja yang menjadi tulang punggung itu pun telah pergi selama-lamanya.
Tak ada lagi yang akan mengantar dan memberi Salsa uang jajan sekolah. Selamat jalan Ikmal, semoga kamu berada di surga Allah SWT.
(whb)