Berharap Ahok Ditahan, Taufik Ismail: 'Perang' Ini Harus Kita Menangkan
A
A
A
JAKARTA - Salah satu sastrawan Indonesia, Taufik Ismail turut hadir pada sidang dugaan kasus penistaan agama dengan terdakwa Basuki T Purnama (Ahok) di Kementan, Jakarta Selatan. Salah satu pendiri Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) itu pun mempertanyakan tidak ditahannya Ahok meski sudah berstatus terdakwa.
Berdasarkan pantauan, sastrawan angkatan 66 Taufik Ismail itu tampak membaca dua buah puisi di tengah-tengah massa GNPF-MUI yang menyerukan agar si penista agama, Ahok dipenjarakan. Dia turut hadir sambil mengenakan baju Persaudaraan Muslim Indonesia (Parmusi).
Dalam puisinya itu, Taufik seolah menggambarkan bagaimana kondisi keadilan saat ini, yang mana orang-orang yang kerap melakukan penyogokan dibiarkan berkeliaran begitu saja.
"Hari ini berkeliaran pemberi sogokan-sogokan, laknat bagi mereka yang memberi sogokan," ujarnya membaca puisi di atas mobil komando GNPF-MUI, depan Gedung Kementan, Jaksel, Selasa (24/1/2017).
Dalam puisinya itu, tampak Taufiq juga memprotes ketidakadilan hukum. Dia mempersoalkan status tersangka Ahok, bahkan yang kini telah menjadi terdakwa, tapi Ahok masih dibiarkan berkeliaran di luar ruang tahanan.
Salah satu pendiri DKJ itu mempertanyakan, kenapa Ahok tak pernah ditahan. Padahal sela ini, tersangka-tersangka dalam kasus penistaan agama selalu ditahan. "Wahai pemegang kekuasan, kenapa penista Alquran tak ditahan?" katanya dengan suara yang bergetar.
Pemikiran dan perasannya yang seolah muak dengan penista agama itu dituangkannya dalam puisinya. Dalam puisinya itu pun, tertuang bagaimana perjuangan umat Islam menuntut penista agama untuk dipenjarakan itu seolah harus dimenangkan. "Perang ini harus kita menangkan," imbuh pria yang menjadi perintis berdirinya Majalah Horison tersebut.
Usai membacakan puisinya, Taufiq pu. melipat kertas-kertas puisi dan memasukkannya ke dalam kantong. Dia pun langsung bergegas turun dari mobil komando. Ratusan massa GNPF-MUI pun berteriak dan mengucapkan yel-yel yang menginginkan agar Ahok ditangkap dan dipenjarakan.
Berdasarkan pantauan, sastrawan angkatan 66 Taufik Ismail itu tampak membaca dua buah puisi di tengah-tengah massa GNPF-MUI yang menyerukan agar si penista agama, Ahok dipenjarakan. Dia turut hadir sambil mengenakan baju Persaudaraan Muslim Indonesia (Parmusi).
Dalam puisinya itu, Taufik seolah menggambarkan bagaimana kondisi keadilan saat ini, yang mana orang-orang yang kerap melakukan penyogokan dibiarkan berkeliaran begitu saja.
"Hari ini berkeliaran pemberi sogokan-sogokan, laknat bagi mereka yang memberi sogokan," ujarnya membaca puisi di atas mobil komando GNPF-MUI, depan Gedung Kementan, Jaksel, Selasa (24/1/2017).
Dalam puisinya itu, tampak Taufiq juga memprotes ketidakadilan hukum. Dia mempersoalkan status tersangka Ahok, bahkan yang kini telah menjadi terdakwa, tapi Ahok masih dibiarkan berkeliaran di luar ruang tahanan.
Salah satu pendiri DKJ itu mempertanyakan, kenapa Ahok tak pernah ditahan. Padahal sela ini, tersangka-tersangka dalam kasus penistaan agama selalu ditahan. "Wahai pemegang kekuasan, kenapa penista Alquran tak ditahan?" katanya dengan suara yang bergetar.
Pemikiran dan perasannya yang seolah muak dengan penista agama itu dituangkannya dalam puisinya. Dalam puisinya itu pun, tertuang bagaimana perjuangan umat Islam menuntut penista agama untuk dipenjarakan itu seolah harus dimenangkan. "Perang ini harus kita menangkan," imbuh pria yang menjadi perintis berdirinya Majalah Horison tersebut.
Usai membacakan puisinya, Taufiq pu. melipat kertas-kertas puisi dan memasukkannya ke dalam kantong. Dia pun langsung bergegas turun dari mobil komando. Ratusan massa GNPF-MUI pun berteriak dan mengucapkan yel-yel yang menginginkan agar Ahok ditangkap dan dipenjarakan.
(ysw)