Derita Kelainan Hati, Bayi Sembilan Bulan Butuh Bantuan Dermawan
A
A
A
DEPOK - Malang nasib yang menimpa Naura Aulia Putri Wibowo, bayi yang masih berusia sembilan bulan itu menderita atresia billier (kelainan pada hati) dan gizi buruk. Bayi malang itu pun harus menjalani transplantasi hati dengan biaya Rp1,2 miliar.
Fitrianti Herawati, orangtua Naura mengatakan, anak keduanya itu sudah dua bulan sudah menunjukan gejala kuning. Dia sempat berobat ke dokter tempatnya melahirkan. Dokter bilang anaknya baik-baik saja dan kuningnya akan hilang.
"Ya saya tenang aja, kemudian bulan keempat kok tambah kuning saya cek lagi tapi enggak ke rumah sakit pertama, saya langsung ke klinik daerah Sunter. Disana anak saya didiagnosa
atresia billier," kata Fitri, Jumat (23/12/2016).
Warga Perum Taman Panorama Kelurahan Tangkapan Jaya Baru, Pancoran Mas itu menuturkan, saat lahir anaknya baik-baik saja. Saat lahir beratnya 3,2 kg. Sekarang di usianya yang menginjak sembilan bulan beratnya hanya 6,4 kg.
"Mulai parahnya itu sejak Oktober lalu. Setelah didiagnosa saya langsung periksa ke RSCM dengan menggunakan BPJS. Berat badannya terus turun, di perut nya juga banyak cairan. Setelah makan langsung keluar lagi," katanya.
Menurutnya berdasarkan diagnosa dokter di Sunter, Naura penangannya sudah terlambat. Kalau usianya ketika itu masih dua bulan bisa tertangani maka tidak perlu transplantasi hati. "Tapi ini sudah empat bulan saat diperiksa artinya harus ditransplantasi," paparnya.
Ia mengatakan hingga kini dirinya masih rutin melakukan pengecekan kesehatan Naura ke RSCM. Kemarin Naura baru dilakukan tes darah dan urine. Jadwal operasi transplantasi belum bisa dikeluarkan karena berat badannya masih kurang. "Minimal lingkar lengannya itu harus 12 cm, ini masih 8,5 cm," kata Fitrianti.
Dia mengungkapkan jika biaya yang dibutuhkan untuk operasi transplantasi hati mencapai Rp 1,2 miliar. "Nantinya saya yang operasi hati, karena kan lebih baik memang hati dari keluarganya. Kata dokter sih harapan hidupnya hanya 30 persen," ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Selama ini pemeriksaan ke RSCM menggunakan BPJS. Namun BPJS hanya mampu mengcover hingga Rp250 juta. Sedangkan kalau operasi transplantasi tidak dicover. "Iya saya berharap dengan datang ke kantor Balai Kota Depok bisa ada solusi terkait biaya operasi yang sangat besar," katanya.
Kepala UPT Jamkesda Dinas Kesehatan Kota Depok Imelda Wijaya mengatakan pihaknya akan mengawal pasien Naura. Dikatakan dia, pasien yang sudah terdaftar menjadi peserta BPJS akan mendapat jaminan Kesehatan. "Sebenarnya Pemkot punya alokasi pembiayaan namun bagi mereka yang tak punya jaminan," katanya.
Ia menambahkan dalam operasi transplantasi ada yang biayanya dijamin dan tidak. Pihaknya akan berkoordinasi dengan RSCM apakah termasuk dijamin atau tidak. "Jika tidak biasanya dari pihak RSCM akan mencarikan donasi, disana ada komunitas pejuang hati," tambahnya.
Dia mengatakan orangtua pasien Naura bisa saja ajukan permohonan bantuan ke Wali Kota Depok. Pihaknya saat ini membantu pemulihan peningkatan berat badan Naura. Dari puskesmas Rangkapan Jaya memberikan bantuan susu untuk menambah berat badan Naura. "Silahkan saja ajukan ke wali kota, tapi asal sudah tahu jadwal screening dan operasi transplantasinya," katanya.
Fitrianti Herawati, orangtua Naura mengatakan, anak keduanya itu sudah dua bulan sudah menunjukan gejala kuning. Dia sempat berobat ke dokter tempatnya melahirkan. Dokter bilang anaknya baik-baik saja dan kuningnya akan hilang.
"Ya saya tenang aja, kemudian bulan keempat kok tambah kuning saya cek lagi tapi enggak ke rumah sakit pertama, saya langsung ke klinik daerah Sunter. Disana anak saya didiagnosa
atresia billier," kata Fitri, Jumat (23/12/2016).
Warga Perum Taman Panorama Kelurahan Tangkapan Jaya Baru, Pancoran Mas itu menuturkan, saat lahir anaknya baik-baik saja. Saat lahir beratnya 3,2 kg. Sekarang di usianya yang menginjak sembilan bulan beratnya hanya 6,4 kg.
"Mulai parahnya itu sejak Oktober lalu. Setelah didiagnosa saya langsung periksa ke RSCM dengan menggunakan BPJS. Berat badannya terus turun, di perut nya juga banyak cairan. Setelah makan langsung keluar lagi," katanya.
Menurutnya berdasarkan diagnosa dokter di Sunter, Naura penangannya sudah terlambat. Kalau usianya ketika itu masih dua bulan bisa tertangani maka tidak perlu transplantasi hati. "Tapi ini sudah empat bulan saat diperiksa artinya harus ditransplantasi," paparnya.
Ia mengatakan hingga kini dirinya masih rutin melakukan pengecekan kesehatan Naura ke RSCM. Kemarin Naura baru dilakukan tes darah dan urine. Jadwal operasi transplantasi belum bisa dikeluarkan karena berat badannya masih kurang. "Minimal lingkar lengannya itu harus 12 cm, ini masih 8,5 cm," kata Fitrianti.
Dia mengungkapkan jika biaya yang dibutuhkan untuk operasi transplantasi hati mencapai Rp 1,2 miliar. "Nantinya saya yang operasi hati, karena kan lebih baik memang hati dari keluarganya. Kata dokter sih harapan hidupnya hanya 30 persen," ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Selama ini pemeriksaan ke RSCM menggunakan BPJS. Namun BPJS hanya mampu mengcover hingga Rp250 juta. Sedangkan kalau operasi transplantasi tidak dicover. "Iya saya berharap dengan datang ke kantor Balai Kota Depok bisa ada solusi terkait biaya operasi yang sangat besar," katanya.
Kepala UPT Jamkesda Dinas Kesehatan Kota Depok Imelda Wijaya mengatakan pihaknya akan mengawal pasien Naura. Dikatakan dia, pasien yang sudah terdaftar menjadi peserta BPJS akan mendapat jaminan Kesehatan. "Sebenarnya Pemkot punya alokasi pembiayaan namun bagi mereka yang tak punya jaminan," katanya.
Ia menambahkan dalam operasi transplantasi ada yang biayanya dijamin dan tidak. Pihaknya akan berkoordinasi dengan RSCM apakah termasuk dijamin atau tidak. "Jika tidak biasanya dari pihak RSCM akan mencarikan donasi, disana ada komunitas pejuang hati," tambahnya.
Dia mengatakan orangtua pasien Naura bisa saja ajukan permohonan bantuan ke Wali Kota Depok. Pihaknya saat ini membantu pemulihan peningkatan berat badan Naura. Dari puskesmas Rangkapan Jaya memberikan bantuan susu untuk menambah berat badan Naura. "Silahkan saja ajukan ke wali kota, tapi asal sudah tahu jadwal screening dan operasi transplantasinya," katanya.
(ysw)