Puluhan Balita di Kabupaten Bekasi Menderita Gizi Buruk
A
A
A
BEKASI - Puluhan anak yang usianya di bawah lima tahun (balita) di Kabupaten Bekasi menderita gizi buruk. Hal itu diketahui berdasarkan catatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bekasi tahun 2016.
Hal tersebut disampaikan oleh Plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, Oded S Yahya. Kata dia, angka penderita gizi buruk ini menurun dibandingkan tahun 2015 lalu yang mencapai ratusan orang.
"Hingga Desember tahun ini, kami temukan sebanyak 40 orang penderita gizi buruk," ujar Yahya kepada KORAN SINDO, Kamis 8 Desember 2016.
Menurut dia, tahun 2015 lalu pihaknya mencatat sebanyak 250 balita penderita gizi buruk. Penderita gizi buruk itu tersebar di 23 kecamatan di Kabupaten Bekasi.
Menurutnya, penderita gizi buruk biasanya disebabkan dua faktor, yakni faktor ekonomi, dan faktor keturunan. Minimnya pengetahuan orang tua dalam memberikan Air Susu Ibu (ASI) juga mendorong balita kekurangan asupan gizi. "Saat ini kita terus upaya sosialisasi," ujarnya.
Kabid Kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi Supri menambahkan, kebanyakan penderita gizi buruk disebabkan ekonomi yang sulit menjadi faktor yang sangat dominan dialami oleh banyak keluarga. Sehingga, oranga tua tak mampu berikan makanan bergizi.
Kemudian, kata dia, kondisi sanitasi lingkungan yang buruk di rumah juga dapat berimbas pada kondisi kesehatan anggota keluarga karena dapat mencemari beberapa bahan makanan yang akan diolah menjadi masakan. "Faktor makanan yang sangat berpengaruh," tambahnya.
Supri mengklaim, pola penangulangan yang dilakukan pihaknya dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada penderita di rumah sakit untuk mendapatkan perhatian medis secara penuh. Bahkan, memfasilitasi kebutuhan seperti memberikan imunisasi, obat-obatan, dan makanan.
Selain itu, lanjut Supri, Dinkes bekerja sama dengan Bappeda untuk penangulangan gizi buruk tersebut. Sebab, Bappeda yang mengelola anggaran dari Corporate Social Responbilty (CSR) perusahan swasta. Sehingga, dana CSR itu untuk membantu penderita gizi buruk.
Supri mengimbau, para orang tua harus mempunyai pengetahuan yang lebih mengenai pentingnya asupan gizi yang cukup bagi anak. Sayangnya, di Kabupaten Bekasi masih rendahnya tingkat pendidikan orang tua sehingga tidak mampu menyediakan jumlah gizi yang baik.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bekasi, penyebab utama munculnya kasus gizi buruk karena kemiskinan. Dari 23 kecamatan, Pebayuran menjadi kecamatan yang paling banyak jumlah warga miskinnya dan beberapa balita menderita gizi buruk.
Di Kabupaten Bekasi jumlah warga miskin pada 2015 mencapai 361.510 jiwa. Jumlah tersebut mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun sebelumnya yang berjumlah 331.032 jiwa. Jumlah tersebut mulai berkurang di tahun ini, dengan beberapa program dari Pemkab Bekasi.
Sementara untuk jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), berdasarkan data lebih dari 10.450 jiwa, yang terdiri dari balita terlantar sebanyak 176 orang, anak terlantar 2.662 orang, lansia terlantar 5.082 orang, disabilitas 2.500 dan anak jalanan 40 orang.
Jumlah PMKS paling banyak berada di Kecamatan Pebayuran, disusul Cabangbungin, Sukatani, Sukawangi, dan Karangbahagia. Namun, di tahun 2017, APBD Kabupaten Bekasi 2017 mengalokasikan anggaran untuk masalah PMKS dan anak jalanan ini.
Wakil Ketua DPRD Kabupaten Bekasi, Jejen Sayuti menegaskan, sebagai daerah yang memiliki kawasan industri terbesar se-Asia Tenggara, sangat miris melihat wilayah Bekasi masih banyak balita yang menderita gizi buruk. "Sangat miris saya melihatnya," ucapnya.
Padahal, kata dia, pihak legislatif sudah menekan pemerintah daerah untuk mengantisipasi hal ini dengan mengalokasikan anggaran besar setiap tahunya untuk kebutuhan pelayanan kesehatan warga Bekasi. "Walaupun berkurang, sosialisasi maupun bantuan harus rutin dilakukan," katanya.
Hal tersebut disampaikan oleh Plt Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi, Oded S Yahya. Kata dia, angka penderita gizi buruk ini menurun dibandingkan tahun 2015 lalu yang mencapai ratusan orang.
"Hingga Desember tahun ini, kami temukan sebanyak 40 orang penderita gizi buruk," ujar Yahya kepada KORAN SINDO, Kamis 8 Desember 2016.
Menurut dia, tahun 2015 lalu pihaknya mencatat sebanyak 250 balita penderita gizi buruk. Penderita gizi buruk itu tersebar di 23 kecamatan di Kabupaten Bekasi.
Menurutnya, penderita gizi buruk biasanya disebabkan dua faktor, yakni faktor ekonomi, dan faktor keturunan. Minimnya pengetahuan orang tua dalam memberikan Air Susu Ibu (ASI) juga mendorong balita kekurangan asupan gizi. "Saat ini kita terus upaya sosialisasi," ujarnya.
Kabid Kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi Supri menambahkan, kebanyakan penderita gizi buruk disebabkan ekonomi yang sulit menjadi faktor yang sangat dominan dialami oleh banyak keluarga. Sehingga, oranga tua tak mampu berikan makanan bergizi.
Kemudian, kata dia, kondisi sanitasi lingkungan yang buruk di rumah juga dapat berimbas pada kondisi kesehatan anggota keluarga karena dapat mencemari beberapa bahan makanan yang akan diolah menjadi masakan. "Faktor makanan yang sangat berpengaruh," tambahnya.
Supri mengklaim, pola penangulangan yang dilakukan pihaknya dengan memberikan pelayanan kesehatan kepada penderita di rumah sakit untuk mendapatkan perhatian medis secara penuh. Bahkan, memfasilitasi kebutuhan seperti memberikan imunisasi, obat-obatan, dan makanan.
Selain itu, lanjut Supri, Dinkes bekerja sama dengan Bappeda untuk penangulangan gizi buruk tersebut. Sebab, Bappeda yang mengelola anggaran dari Corporate Social Responbilty (CSR) perusahan swasta. Sehingga, dana CSR itu untuk membantu penderita gizi buruk.
Supri mengimbau, para orang tua harus mempunyai pengetahuan yang lebih mengenai pentingnya asupan gizi yang cukup bagi anak. Sayangnya, di Kabupaten Bekasi masih rendahnya tingkat pendidikan orang tua sehingga tidak mampu menyediakan jumlah gizi yang baik.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bekasi, penyebab utama munculnya kasus gizi buruk karena kemiskinan. Dari 23 kecamatan, Pebayuran menjadi kecamatan yang paling banyak jumlah warga miskinnya dan beberapa balita menderita gizi buruk.
Di Kabupaten Bekasi jumlah warga miskin pada 2015 mencapai 361.510 jiwa. Jumlah tersebut mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun sebelumnya yang berjumlah 331.032 jiwa. Jumlah tersebut mulai berkurang di tahun ini, dengan beberapa program dari Pemkab Bekasi.
Sementara untuk jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), berdasarkan data lebih dari 10.450 jiwa, yang terdiri dari balita terlantar sebanyak 176 orang, anak terlantar 2.662 orang, lansia terlantar 5.082 orang, disabilitas 2.500 dan anak jalanan 40 orang.
Jumlah PMKS paling banyak berada di Kecamatan Pebayuran, disusul Cabangbungin, Sukatani, Sukawangi, dan Karangbahagia. Namun, di tahun 2017, APBD Kabupaten Bekasi 2017 mengalokasikan anggaran untuk masalah PMKS dan anak jalanan ini.
Wakil Ketua DPRD Kabupaten Bekasi, Jejen Sayuti menegaskan, sebagai daerah yang memiliki kawasan industri terbesar se-Asia Tenggara, sangat miris melihat wilayah Bekasi masih banyak balita yang menderita gizi buruk. "Sangat miris saya melihatnya," ucapnya.
Padahal, kata dia, pihak legislatif sudah menekan pemerintah daerah untuk mengantisipasi hal ini dengan mengalokasikan anggaran besar setiap tahunya untuk kebutuhan pelayanan kesehatan warga Bekasi. "Walaupun berkurang, sosialisasi maupun bantuan harus rutin dilakukan," katanya.
(mhd)