Latihan Navigasi, Belasan Mahasiswa Jakarta Hilang di Gunung Gede Pangrango
A
A
A
BOGOR - Belasan mahasiswa Universitas Bina Nusantara (Binus) Jakarta yang sedang latihan navigasi di Gunung Gede Pangrango tersesat. Beruntung ada dua rekan mereka yang berhasil turun gunung dan meminta pertolongan ke warga sekitar.
Ketua Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) wilayah Bogor Dilah Kholik mengaku sempat mendapat informasi belasan mahasiswa hilang di Gunung Gede Pangrango.
Ia kemudian berkoordinasi dengan seluruh unsur terkait Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika) Cisarua (Polsek, Koramil dan Aparat Kecamatan) serta Tim SAR Gabungan yang tediri dari Taruna Siaga Bencana (Tagana), RAPI, ORARI.
Tim gabungan ini kemudian melakukan upaya evakuasi dengan menyusuri rute Geger Bentang, Desa Cibereum, Cisarua, Kabupaten Bogor.
“Mereka hendak mendaki Gunung Pangrango melalui jalur Desa Cibeureum yang sudah lama dinyatakan terlarang untuk pendakian karena tingkat bahayanya tinggi," katanya kepada wartawan, Selasa (6/12/2016).
Para mahasiswa ini, lanjutnya, mendaki gunung tersebut dalam rangka kegiatan Diklat Navigasi Mahasiwa Pecinta Alam (Mapala) dengan peralatan seadanya. "Sayangnya mereka mengambil jalur yang memiliki tingkat bahaya yang tinggi," ujarnya.
Ketua Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI) wilayah Bogor Dilah Kholik mengaku sempat mendapat informasi belasan mahasiswa hilang di Gunung Gede Pangrango.
Ia kemudian berkoordinasi dengan seluruh unsur terkait Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika) Cisarua (Polsek, Koramil dan Aparat Kecamatan) serta Tim SAR Gabungan yang tediri dari Taruna Siaga Bencana (Tagana), RAPI, ORARI.
Tim gabungan ini kemudian melakukan upaya evakuasi dengan menyusuri rute Geger Bentang, Desa Cibereum, Cisarua, Kabupaten Bogor.
“Mereka hendak mendaki Gunung Pangrango melalui jalur Desa Cibeureum yang sudah lama dinyatakan terlarang untuk pendakian karena tingkat bahayanya tinggi," katanya kepada wartawan, Selasa (6/12/2016).
Para mahasiswa ini, lanjutnya, mendaki gunung tersebut dalam rangka kegiatan Diklat Navigasi Mahasiwa Pecinta Alam (Mapala) dengan peralatan seadanya. "Sayangnya mereka mengambil jalur yang memiliki tingkat bahaya yang tinggi," ujarnya.
(ysw)