Disdik Kota Bekasi Akui Kondisi Ruang Lab SMPN 4 Sudah Tua
A
A
A
BEKASI - Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bekasi mengakui kalau ruang laboratorium SMPN 4 kondisinya sudah tua. Setelah ambruk, Disdik Kota Bekasi akan menganggarkan perbaikan pada tahun 2017 mendatang.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Bekasi, Alexander Zulkarnaen berjanji, bakal segera merehabilitasi ruang laboratorium tersebut. Menurutnya, bangunan yang ambruk itu terpisah dengan ruang belajar para siswa, sehingga para siswa tetap bisa belajar seperti biasanya. (Baca: Lagi Belajar, Atap Ruang Laboratorium SMPN 4 Ambruk)
Alex mengatakan, dari jumlah 35 ruangan kelas SMPN 4 Kota Bekasi, sembilan ruang di antaranya dibangun pada 1986. ”Bangunan ini secara fisik sudah tua, sehingga perlu segera dilakukan perbaikan, mungkin tahun depan sudah kami perbaiki,” katanya kepada wartawan, Senin (28/11/2016).
Sebetulnya, kata dia, pemerintah daerah telah mengalokasikan dana perawatan bangunan sekolah sebesar Rp250 juta per tiap kelas setiap tahunnya. ”Renovasi yang dilakukan pada Agustus lalu hanya skala kecil seperti pengecatan,” ungkapnya.
Alex menambahkan, untuk memaksimalkan pemeliharaan bangunan ruang kelas, pihaknya telah mengusulkan bidang sarana dan prasarana. Bidang tersebut, khusus mengawasi dan melakukan pemeliharaan bangunan sekolah yang sudah tua.
Sejauh ini, lanjut dia, pemeliharaan bangunan sekolah mengandalkan anggaran bantuan operasional sekolah daerah. Anggaran tersebut tidak bisa maksimal, lantaran harus terbagi untuk kebutuhan operasional sekolah lainnya. ”Kami butuh alokasi lain dari APBD,” jelasnya.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Bekasi, Alexander Zulkarnaen berjanji, bakal segera merehabilitasi ruang laboratorium tersebut. Menurutnya, bangunan yang ambruk itu terpisah dengan ruang belajar para siswa, sehingga para siswa tetap bisa belajar seperti biasanya. (Baca: Lagi Belajar, Atap Ruang Laboratorium SMPN 4 Ambruk)
Alex mengatakan, dari jumlah 35 ruangan kelas SMPN 4 Kota Bekasi, sembilan ruang di antaranya dibangun pada 1986. ”Bangunan ini secara fisik sudah tua, sehingga perlu segera dilakukan perbaikan, mungkin tahun depan sudah kami perbaiki,” katanya kepada wartawan, Senin (28/11/2016).
Sebetulnya, kata dia, pemerintah daerah telah mengalokasikan dana perawatan bangunan sekolah sebesar Rp250 juta per tiap kelas setiap tahunnya. ”Renovasi yang dilakukan pada Agustus lalu hanya skala kecil seperti pengecatan,” ungkapnya.
Alex menambahkan, untuk memaksimalkan pemeliharaan bangunan ruang kelas, pihaknya telah mengusulkan bidang sarana dan prasarana. Bidang tersebut, khusus mengawasi dan melakukan pemeliharaan bangunan sekolah yang sudah tua.
Sejauh ini, lanjut dia, pemeliharaan bangunan sekolah mengandalkan anggaran bantuan operasional sekolah daerah. Anggaran tersebut tidak bisa maksimal, lantaran harus terbagi untuk kebutuhan operasional sekolah lainnya. ”Kami butuh alokasi lain dari APBD,” jelasnya.
(ysw)