Kondisi Parkiran di DKI Memprihatinkan
A
A
A
JAKARTA - Penghapusan kawasan 3 in 1 yang dilakukan Pemprov DKI Jakarta tidak diimbangi dengan upaya penyediaan tempat parkir kendaraan. Akibatnya, banyak masyarakat yang masih menggunakan kendaraan pribadi dan enggan memanfaatkan lahan parkir.
Sementara itu, kondisi lahan parkir yang ada terlihat sangat memprihatinkan. Tak adanya penutup dan alasnya yang berlumpur, semakin membuat masyarakat enggan menggunakan parkiran yang ada.
Lahan semacam ini banyak ditemukan di beberapa kawasan pinggiran Jakarta Barat, seperti Terminal Kalideres, yang berbatasan dengan Kota Tangerang dan Kota Tua yang berbatasan dengan Jakarta Utara.
Di beberapa lokasi itu, terlihat jelas kondisinya sangat memprihatinkan. Selain itu, terkesan tidak aman lantaran tidak adanya petugas resmi yang berjaga. Sementara, alas yang ada terlihat berlumpur dan basah dengan banyaknya lumpur.
Penataan parkiran juga terlihat tidak teratur. Banyak kendaraan roda dua dan roda empat yang dibiarkan semrawut tanpa tertata rapi. Banyak kendaraan dibiarkan berantakan sehingga mengganggu akses keluar kendaraan. Sementara, petugas yang ada terlihat tidak melakukan penataan.
Hasyim (29), salah satu pengguna jasa transportasi umum menyayangkan kondisi demikian. Padahal, secara lokasi, kondisi Terminal Kalideres sangatlah strategis. "Saya aja enggak parkir di dalam, Mas, mending di masjid depan, kondisinya lebih tertata dan enggak berlumpur," ucap Hasyim, warga Teluk Naga yang kerja di kawasan Rasuna Said, Selasa (17/5/2016).
Padahal, kata Hasyim, jauh sebelum lokasi parkir yang lain dibangun, dirinya telah melihat Kalideres sudah sewajarnya dibangun park n ride. Grand design pun sempat terpampang jelas di kawasan ini dengan gedung parkir setinggi tiga lantai.
"Tahu tuh jadi apa enggak. Cuman janji aja, Mas," ketusnya.
Kondisi tak jauh berbeda juga terlihat di kawasan Kota Tua, Taman Sari, Jakarta Barat. Di kawasan itu, parkir liar tumbuh subur. Meski lahan 1,2 hektare di Jalan Cengkeh telah dapat dipergunakan, banyak masyarakat enggan menggunakan lahan itu.
Selain karena aksesnya cukup jauh dan tidak terintegrasi dengan busway, masyarakat juga malas lantaran harus berjalan sekitar 50 meter untuk sampai ke jalur busway yang berada di Jalan Kunir.
"Yah males aja, Mas, kondisinya panas, kendaraan bisa cepat rusak. Mendingan di sini, teduh," ucap Yogi (25), pengunjung Kota Tua.
Tak jauh beda kondisi di sejumlah stasiun kereta api juga sangatlah memprihatinkan. Banyak parkiran yang tidak terbangun dengan baik. Selain itu, tarif parkiran juga cukup mahal untuk beberapa jam parkir.
Lingkungan seperti Stasiun Palmerah, Tanah Abang, dan Manggarai merupakan bukti nyata PT KAI melalui anak perusahaannya PT Reska tak intens menjaga dan meningkatkan fasilitas stasiun. Mahalnya tarif yang ada, tidak diimbangi dengan peningkatan fasilitas. Bahkan, terpantau beberapa stasiun juga terlihat dengan kondisi tanpa ada parkiran.
"Ya kita kecewa aja, Mas. Kalau demikian, kita semestinya ingin murah dengan menggunakan KRL, sekarang malah mahal karena harus bayar parkiran stasiun," cetus Munir (25), pengguna jasa kereta api ketika ditemui di Stasiun Palmerah.
Dari sekian banyak stasiun yang tersebar luas di Jakarta, hanya Stasiun Gambir yang terlihat lebih layak. Parkiran di kawasan itu, terlindungi dari hujan dan panas lantaran adanya jalur kereta di atasnya.
Dikonfirmasi, Senior Corporate PT Reska Nyoman mengaku akan memperhatikan sejumlah kawasan stasiun yang saat ini berada di dalam pengawasannya. Peningkatan fasilitas pun, kata Nyoman, akan segera dilakukan.
"Kita lakukan secara bertahap, daerah yang menjadi stasiun transit dan paling padat akan menjadi perhatian kami," ucap Nyoman.
Sebelumnya, Kadishubtrans DKI Jakarta Andri Yansyah mengatakan, untuk mengajak masyarakat menggunakan transportasi massal seperti Transjakarta, pihaknya akan melakukan perbaikan park n ride di sejumlah kawasan, termasuk Terminal Kalideres.
Saat ini, katanya, kawasan seperti Blok M dan PGC Cililitan telah terbangun cukup baik. Gedung parkir bertingkat dengan daya tampung ratusan kendaraan sudah bisa digunakan di kawasan itu.
Hanya saja, dia menyayangkan banyaknya masyarakat yang enggan memarkirkan kendaraan di kawasan itu. Padahal, dari kondisinya, parkiran itu sangat layak untuk digunakan.
"Padahal kalau dilihat, itu sudah terkoneksi dengan baik," ucapnya.
Pengamat Transportasi Universitas Trisakti Nirwono Yoga menilai Pemprov DKI Jakarta tidak serius dalam membenahi lalu lintas di Ibu Kota. Penghapusan kawasan 3 in 1 tanpa dibarengi dengan solusi dan tindakan nyata, membuat beberapa jalan malah semakin macet. Semestinya, jauh sebelum wacana ini diembuskan, kantong parkir yang ada telah dibangun demi mengantisipasi membeludaknya kendaraan.
"Kita mendorong masyarakat untuk menggunakan transportasi umum," jelasnya.
Selain itu, Nirwono menyarankan, seperti layaknya kota-kota besar di Asia Tenggara seperti Singapura dan Kuala Lumpur, Pemprov DKI Jakarta wajib menerapkan zona parkir. Kawasan tengah kota seperti Istana Negara, Jalan Sudirman, maupun sekitarnya harus wajib dikenakan biaya parkir yang mahal, sementara kawasan pinggiran seperti Kalideres, Cililitan, maupun Ciputat harus dikenakan biaya murah.
Langkah semacam ini, bisa membantu mengurangi aktivitas kendaraan yang saat ini cukup padat di Ibu Kota. "Selain itu, parkir liar juga wajib diberantas."
Sementara itu, kondisi lahan parkir yang ada terlihat sangat memprihatinkan. Tak adanya penutup dan alasnya yang berlumpur, semakin membuat masyarakat enggan menggunakan parkiran yang ada.
Lahan semacam ini banyak ditemukan di beberapa kawasan pinggiran Jakarta Barat, seperti Terminal Kalideres, yang berbatasan dengan Kota Tangerang dan Kota Tua yang berbatasan dengan Jakarta Utara.
Di beberapa lokasi itu, terlihat jelas kondisinya sangat memprihatinkan. Selain itu, terkesan tidak aman lantaran tidak adanya petugas resmi yang berjaga. Sementara, alas yang ada terlihat berlumpur dan basah dengan banyaknya lumpur.
Penataan parkiran juga terlihat tidak teratur. Banyak kendaraan roda dua dan roda empat yang dibiarkan semrawut tanpa tertata rapi. Banyak kendaraan dibiarkan berantakan sehingga mengganggu akses keluar kendaraan. Sementara, petugas yang ada terlihat tidak melakukan penataan.
Hasyim (29), salah satu pengguna jasa transportasi umum menyayangkan kondisi demikian. Padahal, secara lokasi, kondisi Terminal Kalideres sangatlah strategis. "Saya aja enggak parkir di dalam, Mas, mending di masjid depan, kondisinya lebih tertata dan enggak berlumpur," ucap Hasyim, warga Teluk Naga yang kerja di kawasan Rasuna Said, Selasa (17/5/2016).
Padahal, kata Hasyim, jauh sebelum lokasi parkir yang lain dibangun, dirinya telah melihat Kalideres sudah sewajarnya dibangun park n ride. Grand design pun sempat terpampang jelas di kawasan ini dengan gedung parkir setinggi tiga lantai.
"Tahu tuh jadi apa enggak. Cuman janji aja, Mas," ketusnya.
Kondisi tak jauh berbeda juga terlihat di kawasan Kota Tua, Taman Sari, Jakarta Barat. Di kawasan itu, parkir liar tumbuh subur. Meski lahan 1,2 hektare di Jalan Cengkeh telah dapat dipergunakan, banyak masyarakat enggan menggunakan lahan itu.
Selain karena aksesnya cukup jauh dan tidak terintegrasi dengan busway, masyarakat juga malas lantaran harus berjalan sekitar 50 meter untuk sampai ke jalur busway yang berada di Jalan Kunir.
"Yah males aja, Mas, kondisinya panas, kendaraan bisa cepat rusak. Mendingan di sini, teduh," ucap Yogi (25), pengunjung Kota Tua.
Tak jauh beda kondisi di sejumlah stasiun kereta api juga sangatlah memprihatinkan. Banyak parkiran yang tidak terbangun dengan baik. Selain itu, tarif parkiran juga cukup mahal untuk beberapa jam parkir.
Lingkungan seperti Stasiun Palmerah, Tanah Abang, dan Manggarai merupakan bukti nyata PT KAI melalui anak perusahaannya PT Reska tak intens menjaga dan meningkatkan fasilitas stasiun. Mahalnya tarif yang ada, tidak diimbangi dengan peningkatan fasilitas. Bahkan, terpantau beberapa stasiun juga terlihat dengan kondisi tanpa ada parkiran.
"Ya kita kecewa aja, Mas. Kalau demikian, kita semestinya ingin murah dengan menggunakan KRL, sekarang malah mahal karena harus bayar parkiran stasiun," cetus Munir (25), pengguna jasa kereta api ketika ditemui di Stasiun Palmerah.
Dari sekian banyak stasiun yang tersebar luas di Jakarta, hanya Stasiun Gambir yang terlihat lebih layak. Parkiran di kawasan itu, terlindungi dari hujan dan panas lantaran adanya jalur kereta di atasnya.
Dikonfirmasi, Senior Corporate PT Reska Nyoman mengaku akan memperhatikan sejumlah kawasan stasiun yang saat ini berada di dalam pengawasannya. Peningkatan fasilitas pun, kata Nyoman, akan segera dilakukan.
"Kita lakukan secara bertahap, daerah yang menjadi stasiun transit dan paling padat akan menjadi perhatian kami," ucap Nyoman.
Sebelumnya, Kadishubtrans DKI Jakarta Andri Yansyah mengatakan, untuk mengajak masyarakat menggunakan transportasi massal seperti Transjakarta, pihaknya akan melakukan perbaikan park n ride di sejumlah kawasan, termasuk Terminal Kalideres.
Saat ini, katanya, kawasan seperti Blok M dan PGC Cililitan telah terbangun cukup baik. Gedung parkir bertingkat dengan daya tampung ratusan kendaraan sudah bisa digunakan di kawasan itu.
Hanya saja, dia menyayangkan banyaknya masyarakat yang enggan memarkirkan kendaraan di kawasan itu. Padahal, dari kondisinya, parkiran itu sangat layak untuk digunakan.
"Padahal kalau dilihat, itu sudah terkoneksi dengan baik," ucapnya.
Pengamat Transportasi Universitas Trisakti Nirwono Yoga menilai Pemprov DKI Jakarta tidak serius dalam membenahi lalu lintas di Ibu Kota. Penghapusan kawasan 3 in 1 tanpa dibarengi dengan solusi dan tindakan nyata, membuat beberapa jalan malah semakin macet. Semestinya, jauh sebelum wacana ini diembuskan, kantong parkir yang ada telah dibangun demi mengantisipasi membeludaknya kendaraan.
"Kita mendorong masyarakat untuk menggunakan transportasi umum," jelasnya.
Selain itu, Nirwono menyarankan, seperti layaknya kota-kota besar di Asia Tenggara seperti Singapura dan Kuala Lumpur, Pemprov DKI Jakarta wajib menerapkan zona parkir. Kawasan tengah kota seperti Istana Negara, Jalan Sudirman, maupun sekitarnya harus wajib dikenakan biaya parkir yang mahal, sementara kawasan pinggiran seperti Kalideres, Cililitan, maupun Ciputat harus dikenakan biaya murah.
Langkah semacam ini, bisa membantu mengurangi aktivitas kendaraan yang saat ini cukup padat di Ibu Kota. "Selain itu, parkir liar juga wajib diberantas."
(zik)