Keren, Siswa SMA di Tangsel Ciptakan Helm Antikantuk
A
A
A
TANGERANG SELATAN - Puluhan pelajar Kota Tangerang Selatan (Tangsel) memamerkan berbagai teknologi hasil inovasi mereka di Lomba Inovasi Tepat Guna Tangsel 2016. Salah satu inovasi hasil karya pelajar Tangsel ialah helm antikantuk yang disebut Helpin.
Helpin merupakan hasil karya dari siswi SMA Dharma Karya bernama Nadia Calisa, Nirek Al-Hamid dan Anggi Pradipta. Siswi kelas 10 sekolah tersebut membuat helm yang tampak dari luar sebenarnya biasa saja.
Namun, ternyata helm ini bisa mencegah kantuk akibat kelelahan. "Biasanya pemicu kelelahan mendadak karena pengendara terlalu banyak menghirup karbondioksida di jalanan. Jadi kita sediakan kipas kecil untuk mengatur sirkulasi udara di dalam helm agar pengendara tidak kekurangan oksigen. Ini kita namakan Helpin," kata Nadia dalam pameran di Mall Teras Kota BSD, Serpong, Selasa 29 Maret 2016 kemarin.
Nadia menambahkan, di Helpin ini juga terpasang sensor angguk untuk memperingatkan pengendara jika mengantuk. Kemudian dilengkapi dengan sistem komunikasi dua arah, serta sensor klik di tali helm.
"Jika pengendara mengangguk, sensor akan berbunyi. Ini peringatan kepada pengendara agar berhenti dan beristirahat terlebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanan," paparnya.
Helpin dioperasikan dengan baterai charger yang bisa digunakan selama satu minggu. Untuk men-charge baterai tersebut hanya selama 12 jam. "Proses penelitian dan pembuatan Helpin memakan waktu tiga bulan dengan biaya sekitar Rp300.000," jelas Nadia.
Teknologi lain juga dibuat pelajar kelas 11 SMA Dharma Karya Tangsel, yakni Kevin Chandra, Andria Farhan dan Tesalonica A Jaqueline. Mereka menciptakan inkubator bayi portable.
Alat berukuran panjang 100 cm, lebar 55 cm dan berat 10 kg ini bisa menjadi pertolongan pertama bayi prematur atau sakit untuk masyarakat yang tinggal di daerah tertinggal dan jauh dari rumah sakit.
"Ide dari alat ini awalnya karena kita merasa prihatin dengan banyaknya kasus bayi meninggal di daerah pedalaman karena jauh dari rumah sakit dan tidak ada alat kesehatan yang memadai. Nah, alat ini bisa menjadi pertolongan awal, selagi bayinya dibawa ke rumah sakit," kata Kevin.
Kevin menjelaskan, alat tersebut dibuat dari peti kemas yang dilapisi aluminium foil dan dilengkapi dengan penghangat, alat sensor suhu, sirkulasi udara, tabung oksigen dan penutup menggunakan kaca akrilik.
"Sensor suhu ini untuk membuat suhu di dalam inkubator agar sesuai dengan suhu rahim ibu sekitar 37 derajat celcius. Penghangatnya menggunakan empat buah lampu motor dengan daya total 25 watt," katanya.
Kevin menambahkan, penutup inkubator portable menggunakan kaca akrilik agar suhu di dalam tetap stabil. Alat tersebut dilapisi aluminium foil untuk mencegah radiasi yang terpancar dari sistem kelistrikan di dalam inkubator. "Alat ini untuk digunakan bayi yang berumur kurang dari 1 bulan," katanya.
Menurut Kevin, penelitian alat tersebut memakan waku tujuh bulan dan pembuatannya hanya satu hari. Pembuatan alat ini hanya menghabiskan biaya Rp800.000.
Wali Kota Tangsel Airin Rachmi Diany berharap agar karya-karya inovasi teknologi ciptaan pelajar tangsel yang dipamerkan di Lomba Inovasi Tepat Guna tingkat Kota Tangsel 2016 bisa dikembangkan dan dipatenkan.
"Setiap penemu harus difasilitasi. Kita berharap dengan adanya Puspitek di sini karya anak-anak kita ini bisa dikaji untuk kemudian dikembangkan dan dipatenkan, sehingga bisa dijual di dunia Industri," ujarnya.
Helpin merupakan hasil karya dari siswi SMA Dharma Karya bernama Nadia Calisa, Nirek Al-Hamid dan Anggi Pradipta. Siswi kelas 10 sekolah tersebut membuat helm yang tampak dari luar sebenarnya biasa saja.
Namun, ternyata helm ini bisa mencegah kantuk akibat kelelahan. "Biasanya pemicu kelelahan mendadak karena pengendara terlalu banyak menghirup karbondioksida di jalanan. Jadi kita sediakan kipas kecil untuk mengatur sirkulasi udara di dalam helm agar pengendara tidak kekurangan oksigen. Ini kita namakan Helpin," kata Nadia dalam pameran di Mall Teras Kota BSD, Serpong, Selasa 29 Maret 2016 kemarin.
Nadia menambahkan, di Helpin ini juga terpasang sensor angguk untuk memperingatkan pengendara jika mengantuk. Kemudian dilengkapi dengan sistem komunikasi dua arah, serta sensor klik di tali helm.
"Jika pengendara mengangguk, sensor akan berbunyi. Ini peringatan kepada pengendara agar berhenti dan beristirahat terlebih dahulu sebelum melanjutkan perjalanan," paparnya.
Helpin dioperasikan dengan baterai charger yang bisa digunakan selama satu minggu. Untuk men-charge baterai tersebut hanya selama 12 jam. "Proses penelitian dan pembuatan Helpin memakan waktu tiga bulan dengan biaya sekitar Rp300.000," jelas Nadia.
Teknologi lain juga dibuat pelajar kelas 11 SMA Dharma Karya Tangsel, yakni Kevin Chandra, Andria Farhan dan Tesalonica A Jaqueline. Mereka menciptakan inkubator bayi portable.
Alat berukuran panjang 100 cm, lebar 55 cm dan berat 10 kg ini bisa menjadi pertolongan pertama bayi prematur atau sakit untuk masyarakat yang tinggal di daerah tertinggal dan jauh dari rumah sakit.
"Ide dari alat ini awalnya karena kita merasa prihatin dengan banyaknya kasus bayi meninggal di daerah pedalaman karena jauh dari rumah sakit dan tidak ada alat kesehatan yang memadai. Nah, alat ini bisa menjadi pertolongan awal, selagi bayinya dibawa ke rumah sakit," kata Kevin.
Kevin menjelaskan, alat tersebut dibuat dari peti kemas yang dilapisi aluminium foil dan dilengkapi dengan penghangat, alat sensor suhu, sirkulasi udara, tabung oksigen dan penutup menggunakan kaca akrilik.
"Sensor suhu ini untuk membuat suhu di dalam inkubator agar sesuai dengan suhu rahim ibu sekitar 37 derajat celcius. Penghangatnya menggunakan empat buah lampu motor dengan daya total 25 watt," katanya.
Kevin menambahkan, penutup inkubator portable menggunakan kaca akrilik agar suhu di dalam tetap stabil. Alat tersebut dilapisi aluminium foil untuk mencegah radiasi yang terpancar dari sistem kelistrikan di dalam inkubator. "Alat ini untuk digunakan bayi yang berumur kurang dari 1 bulan," katanya.
Menurut Kevin, penelitian alat tersebut memakan waku tujuh bulan dan pembuatannya hanya satu hari. Pembuatan alat ini hanya menghabiskan biaya Rp800.000.
Wali Kota Tangsel Airin Rachmi Diany berharap agar karya-karya inovasi teknologi ciptaan pelajar tangsel yang dipamerkan di Lomba Inovasi Tepat Guna tingkat Kota Tangsel 2016 bisa dikembangkan dan dipatenkan.
"Setiap penemu harus difasilitasi. Kita berharap dengan adanya Puspitek di sini karya anak-anak kita ini bisa dikaji untuk kemudian dikembangkan dan dipatenkan, sehingga bisa dijual di dunia Industri," ujarnya.
(whb)