Polisi Diminta Robohkan Warung Kopi Mucikari Torik
A
A
A
JAKARTA - Warga Komplek Kavling DKI di Jalan Timbul IV G menginginkan agar warung kopi milik Torik Sulistyo (50), dirobohkan karena meresahkan. Selama ini, mucikari cabe-cabean itu dikenal tertutup dan kerap menggoda anak remaja perempuan sekitar.
"Warga resah, karena yang datang ke sana (warung kopi) anak-anak umur 15-an dengan pakaian seronok," ujar Muhammad Busro, warga sekitar di lokasi, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Jumat (11/3/2016).
Menurut Busro, warga resah dengan keberadaan warung remang-remang tersebut. Sehingga, warga beramai-ramai mengumpulkan tanda tangannya dan mengadukannya pada polisi. Polisi lantas menggerebek warung tersebut. (Baca: Cabe-cabean di Warung Kopi Torik Beroperasi Usai Jam Sekolah)
Warg lainnya, Giyanto menerangkan, awal tahun warung kopi itu berdiri masih beroperasi normal. Torik hanya menjual kopi, air mineral, dan kebutuhan kecil rumah tanggal lainnya. Namun, tiba-tiba saja warung tersebut kerap ramai ditongkrongi cabe-cabean. Warga pun curiga tempat itu dipakai untuk maksiat.
"Torik ini sudah lima tahunan di sini. Dua tahun mengontrak, lalu tiga tahun bangun warungnya sendiri dan tinggal disitu. Dia punya istri dua, di warung itu sama istri mudanya. Tapi dia ditinggal istri muda cerai. Kalau yang nongkrong disitu bisa lima orangan sehari," tuturnya. (Baca: Jual 15 ABG, Pedagang Kopi di Jagakarsa Dibekuk)
Giyanto menambahkan, selama tinggal di Kavling DKI itu, Torik tidak pernah bersosialisasi dengan warga. Dia cenderung menutup diri dan menyelubungkan operasi prostitusi berkedok warkop miliknya itu. Warga kesulitan membuktikan adanya prostitusi terselubung itu hingga akhirnya meminta bantuan polisi. (Baca: Polisi Buru Pelanggan Cabe-cabean Torik)
"Warga resah, karena yang datang ke sana (warung kopi) anak-anak umur 15-an dengan pakaian seronok," ujar Muhammad Busro, warga sekitar di lokasi, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Jumat (11/3/2016).
Menurut Busro, warga resah dengan keberadaan warung remang-remang tersebut. Sehingga, warga beramai-ramai mengumpulkan tanda tangannya dan mengadukannya pada polisi. Polisi lantas menggerebek warung tersebut. (Baca: Cabe-cabean di Warung Kopi Torik Beroperasi Usai Jam Sekolah)
Warg lainnya, Giyanto menerangkan, awal tahun warung kopi itu berdiri masih beroperasi normal. Torik hanya menjual kopi, air mineral, dan kebutuhan kecil rumah tanggal lainnya. Namun, tiba-tiba saja warung tersebut kerap ramai ditongkrongi cabe-cabean. Warga pun curiga tempat itu dipakai untuk maksiat.
"Torik ini sudah lima tahunan di sini. Dua tahun mengontrak, lalu tiga tahun bangun warungnya sendiri dan tinggal disitu. Dia punya istri dua, di warung itu sama istri mudanya. Tapi dia ditinggal istri muda cerai. Kalau yang nongkrong disitu bisa lima orangan sehari," tuturnya. (Baca: Jual 15 ABG, Pedagang Kopi di Jagakarsa Dibekuk)
Giyanto menambahkan, selama tinggal di Kavling DKI itu, Torik tidak pernah bersosialisasi dengan warga. Dia cenderung menutup diri dan menyelubungkan operasi prostitusi berkedok warkop miliknya itu. Warga kesulitan membuktikan adanya prostitusi terselubung itu hingga akhirnya meminta bantuan polisi. (Baca: Polisi Buru Pelanggan Cabe-cabean Torik)
(mhd)