Bocah Ini Menilai Penampakan GMT Persis Batu Akik Ayahnya
A
A
A
JAKARTA - Usai fenomena Gerhana Matahari Total, pengunjung Planetarium Jakarta pun umumnya mengaku mendapatkan pelajaran berharga dari fenomena langka tersebut.
Salah satu pengunjung asal Petukangan, Pesanggrahan, Jaksel Nana mengatakan, dia datang ke TIM berniat menyaksikan GMT. Dia datang lantaran penasaran dengan fenomena langka tersebut. Dia datang menggunakan kendaraan umum.
"Sengaja kesini ga bawa mobil sendiri karena sudah prediksi bakalan ramai. Kesini sama istri dan dua anak saya," ujar pria yang bekerja di Pertamina itu pada Sindonews di TIM, Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (9/3/2016).
Istri Nana, Tri pun menerangkan, adanya moment GMT itu dapat dijadikan sebagai pelajaran baginya. Pasalnya, dia baru pertama kalo menyaksikan fenomena langka itu.
Namun, dia sedikit kecewa lantaran tak dapat menyaksikan GMT secara langsung di TIM menggunakan kacamata GMT.
"Enggak kebagian karena sampai sini pukul 06.00 WIB. Ini moment cukup penting. Sebab, saya bisa ajarkan proses terjadinya GMT ke dua anak saya. Kan lucu yah kalau nanti ditanya anak soal GMT tapi enggak bisa menerangkannya," tuturnya.
Sementara itu, Fatihana anak dari kedua pasutri itu menambahkan, dia pun senang lantaran dapat menyaksikan proses GMT. Sebab, selama ini dia hanya mendengar GMT dari gurunya saja selama di sekolah.
Dia pun mengaku akan membagikan ceritanya ke teman-temannya di sekolah dam di rumah selama menonton GMT di TIM itu. "Lucu gerhananya tadi waktu lihat di layar yang dari Palembang. Mirip batu akiknya ayah," katanya.
"Kemarin kan sudah dikasih tahu bu guru tentang gerhana, jadi saya minta ayah sama ibu lihat gerhananya. Apalagi kata bu guru ini langka karena adanya 30 tahun sekali," tutup gadis kecil yang masih duduk di bangku kelas 2 SD tersebut.
Berdasarkan pantauan, suasana di TIM masih tampak ramai meski tak seramai saat GMT. Rata-rata, pengunjung yang masih ada di TIM berdiskusi tentang GMT yang baru saja terjadi dan GMT yang akan terjadi di tahun-tahun berikutnya. Arus lalu lintas pun sudah tampak normal di Jalan Cikini Raya.
Salah satu pengunjung asal Petukangan, Pesanggrahan, Jaksel Nana mengatakan, dia datang ke TIM berniat menyaksikan GMT. Dia datang lantaran penasaran dengan fenomena langka tersebut. Dia datang menggunakan kendaraan umum.
"Sengaja kesini ga bawa mobil sendiri karena sudah prediksi bakalan ramai. Kesini sama istri dan dua anak saya," ujar pria yang bekerja di Pertamina itu pada Sindonews di TIM, Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (9/3/2016).
Istri Nana, Tri pun menerangkan, adanya moment GMT itu dapat dijadikan sebagai pelajaran baginya. Pasalnya, dia baru pertama kalo menyaksikan fenomena langka itu.
Namun, dia sedikit kecewa lantaran tak dapat menyaksikan GMT secara langsung di TIM menggunakan kacamata GMT.
"Enggak kebagian karena sampai sini pukul 06.00 WIB. Ini moment cukup penting. Sebab, saya bisa ajarkan proses terjadinya GMT ke dua anak saya. Kan lucu yah kalau nanti ditanya anak soal GMT tapi enggak bisa menerangkannya," tuturnya.
Sementara itu, Fatihana anak dari kedua pasutri itu menambahkan, dia pun senang lantaran dapat menyaksikan proses GMT. Sebab, selama ini dia hanya mendengar GMT dari gurunya saja selama di sekolah.
Dia pun mengaku akan membagikan ceritanya ke teman-temannya di sekolah dam di rumah selama menonton GMT di TIM itu. "Lucu gerhananya tadi waktu lihat di layar yang dari Palembang. Mirip batu akiknya ayah," katanya.
"Kemarin kan sudah dikasih tahu bu guru tentang gerhana, jadi saya minta ayah sama ibu lihat gerhananya. Apalagi kata bu guru ini langka karena adanya 30 tahun sekali," tutup gadis kecil yang masih duduk di bangku kelas 2 SD tersebut.
Berdasarkan pantauan, suasana di TIM masih tampak ramai meski tak seramai saat GMT. Rata-rata, pengunjung yang masih ada di TIM berdiskusi tentang GMT yang baru saja terjadi dan GMT yang akan terjadi di tahun-tahun berikutnya. Arus lalu lintas pun sudah tampak normal di Jalan Cikini Raya.
(ysw)