Petugas Parkir Monas Tak Berdaya Hadapi Serangan Buruh
A
A
A
JAKARTA - Selesainya aksi unjuk rasa puluhan ribu buruh di Istana Negara meninggalkan masalah di tempat parkir Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat. Pasalnya, massa buruh yang memarkirkan kendaraan mereka tidak bayar saat keluar parkiran Monas.
Muslim (50), salah seorang tukang parkir di IRTI Monas mengaku tidak berdaya menghadapi puluhan ribu buruh itu. Maka itu, massa dipersilakan keluar parkiran tanpa membayar parkir.
"Emang dari pagi enggak dikasih (karcis). Soalnya kalau dikasih nanti enggak dibayar kayak sekarang, kan kita yang dipotong gajinya. Mana mau tahu yang di atas (atasannya)," ujar Muslim saat ditemui wartawan di IRTI Monas, Jakarta Pusat, Jumat (30/10/2015) malam.
Seyogianya, kata Muslim, buruh mengapresiasi tugas mereka yang sudah menjaga kendaraannya. Paling tidak, menurut dia, buruh membayar jasa tukang parkir Rp2.000.
"Ya seharusnya namanya juga dijagain kasihlah Rp1.000-Rp2.000, nanti kalau motornya kenapa-kenapa, hilang motornya, kita yang dituntut," cetusnya.
Pantauan Sindonews, motor buruh yang sejak pagi diparkirkan di lokasi ini seakan tak memperdulikan membayar karcis parkir. Mereka berdalih, bahwa dengan menyuruh mereka membayar adalah negara yang kapitalis.
"Buruh enggak usah bayar, enggak usah bayar, maju saja terus," seru buruh yang baru saja masuk dan melihat teman-temannya berhenti di depan gerbang pintu keluar motor.
Tak hanya seruan, para buruh yang sudah berada dimotornya itu mulai menaikkan pedal gas mereka, dan membunyikan klakson dengan kencang serta tak berhenti sebagai tanda mereka harus keluar tanpa harus bayar.
Muslim (50), salah seorang tukang parkir di IRTI Monas mengaku tidak berdaya menghadapi puluhan ribu buruh itu. Maka itu, massa dipersilakan keluar parkiran tanpa membayar parkir.
"Emang dari pagi enggak dikasih (karcis). Soalnya kalau dikasih nanti enggak dibayar kayak sekarang, kan kita yang dipotong gajinya. Mana mau tahu yang di atas (atasannya)," ujar Muslim saat ditemui wartawan di IRTI Monas, Jakarta Pusat, Jumat (30/10/2015) malam.
Seyogianya, kata Muslim, buruh mengapresiasi tugas mereka yang sudah menjaga kendaraannya. Paling tidak, menurut dia, buruh membayar jasa tukang parkir Rp2.000.
"Ya seharusnya namanya juga dijagain kasihlah Rp1.000-Rp2.000, nanti kalau motornya kenapa-kenapa, hilang motornya, kita yang dituntut," cetusnya.
Pantauan Sindonews, motor buruh yang sejak pagi diparkirkan di lokasi ini seakan tak memperdulikan membayar karcis parkir. Mereka berdalih, bahwa dengan menyuruh mereka membayar adalah negara yang kapitalis.
"Buruh enggak usah bayar, enggak usah bayar, maju saja terus," seru buruh yang baru saja masuk dan melihat teman-temannya berhenti di depan gerbang pintu keluar motor.
Tak hanya seruan, para buruh yang sudah berada dimotornya itu mulai menaikkan pedal gas mereka, dan membunyikan klakson dengan kencang serta tak berhenti sebagai tanda mereka harus keluar tanpa harus bayar.
(mhd)