Awal Tahun, Angkutan Umum Direvitalisasi
A
A
A
JAKARTA - Rencana Pemprov DKI Jakarta untuk merevitalisasi angkutan umum di luar jalur Bus Rapid Transit (BRT) menemui titik terang. Revitalisasi angkutan umum tersebut mengubah sistem setoran menjadi sistem rupiah per kilometer.
Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi (Dishubtrans) DKI Jakarta Andri Yansyah mengatakan, untuk meningkatkan pelayanan transportasi publik dan mewujudkan transportasi aman, nyaman dan tepat waktu, revitalisasi angkutan umum di luar jalur BRT dan integrasi transportasi harus dilakukan.Sebagai langkah awal untuk mewujudkan hal tersebut, lanjut dia, pihaknya bersama PT Transportasi Jakarta dan Organda melakukan penandatangan nota kesepahaman atau MoU terhadap armada angkutan umum percontohan sebelum diberlakukan terhadap semua angkutan umum.
Menurut Andri, untuk revitalisasi bus sedang menjadi bus besar, konsultan transportasi dari Australia memilih Kopaja S 66 (Manggarai-Blok M) sebagai proyek percontohan. Sedangkan untuk bus kecil menjadi bus sedang, konsultan tersebut memilih M 01 (Senen-Kampung Melayu) dan M 12 (Senen-Kota)
"Dari MOU, tim konsultan dari Australia yang bernama Tim Indonesia Infrastruture Initiative (IndII) lakukan kajian, mulai dari jenis kendaraan, dokumen kontraknya, hingga harga rupiah per kilometer. Hasilnya terpampang di LKPP, nanti operator tinggal membelinya," kata Andri Yansyah di kantor Dishubtrans DKI Jakarta kemarin.
Andri menegaskan, jika revitalisasi yang dimaksud bukan berarti ā€ˇmengganti semua spesifikasi bus sedang menjadi bus besar atau bus kecil menjadi bus sedang. Terpenting, kata dia, revitalisasi dapat menghapus sistem setoran dan menggantinya dengan sistem rupiah per kilometer sehingga tidak ada lagi kemacetan disebabkan oleh angkutan yang ngetem.
"Untuk bus sedang menjadi bus besar dilakukan pada trayek yang melintasi jalur protokol, dan bus kecil menjadi bus sedang pada trayek jalan penghubung bukan di jalan lingkungan. Itu sudah ada aturannya. Nah, yang bus sedang dua diganti satu bus besar, begitu juga dengan bus kecil. Jadi meski armada berkurang, kapasitas penumpang menjadi lebih banyak," jelasnya.
Apabila proyek percontohan ini berhasil, lanjut Andri, diperkirakan pada 2018 seluruh angkutan umum sudah masuk dalam revitalisasi dan menggunakan sistem rupiah perkilometer
Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi (Dishubtrans) DKI Jakarta Andri Yansyah mengatakan, untuk meningkatkan pelayanan transportasi publik dan mewujudkan transportasi aman, nyaman dan tepat waktu, revitalisasi angkutan umum di luar jalur BRT dan integrasi transportasi harus dilakukan.Sebagai langkah awal untuk mewujudkan hal tersebut, lanjut dia, pihaknya bersama PT Transportasi Jakarta dan Organda melakukan penandatangan nota kesepahaman atau MoU terhadap armada angkutan umum percontohan sebelum diberlakukan terhadap semua angkutan umum.
Menurut Andri, untuk revitalisasi bus sedang menjadi bus besar, konsultan transportasi dari Australia memilih Kopaja S 66 (Manggarai-Blok M) sebagai proyek percontohan. Sedangkan untuk bus kecil menjadi bus sedang, konsultan tersebut memilih M 01 (Senen-Kampung Melayu) dan M 12 (Senen-Kota)
"Dari MOU, tim konsultan dari Australia yang bernama Tim Indonesia Infrastruture Initiative (IndII) lakukan kajian, mulai dari jenis kendaraan, dokumen kontraknya, hingga harga rupiah per kilometer. Hasilnya terpampang di LKPP, nanti operator tinggal membelinya," kata Andri Yansyah di kantor Dishubtrans DKI Jakarta kemarin.
Andri menegaskan, jika revitalisasi yang dimaksud bukan berarti ā€ˇmengganti semua spesifikasi bus sedang menjadi bus besar atau bus kecil menjadi bus sedang. Terpenting, kata dia, revitalisasi dapat menghapus sistem setoran dan menggantinya dengan sistem rupiah per kilometer sehingga tidak ada lagi kemacetan disebabkan oleh angkutan yang ngetem.
"Untuk bus sedang menjadi bus besar dilakukan pada trayek yang melintasi jalur protokol, dan bus kecil menjadi bus sedang pada trayek jalan penghubung bukan di jalan lingkungan. Itu sudah ada aturannya. Nah, yang bus sedang dua diganti satu bus besar, begitu juga dengan bus kecil. Jadi meski armada berkurang, kapasitas penumpang menjadi lebih banyak," jelasnya.
Apabila proyek percontohan ini berhasil, lanjut Andri, diperkirakan pada 2018 seluruh angkutan umum sudah masuk dalam revitalisasi dan menggunakan sistem rupiah perkilometer
(whb)