Latar Belakang Pembunuhan PNF Diduga Dendam Pribadi
A
A
A
JAKARTA - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menduga pembunuhan terhadap PNF (9) berlatarbelakang dendam pribadi. KPAI pun berkeyakinan pembunuh PNF merupakan orang dekat korban.
Sekjen KPAI Erlinda mengatakan, pembunuh PNF dilakukan orang dekat yang dikenali oleh keluarganya. Dia pun tak menampik dendam pribadi menjadi latar belakang pelaku nekat menghabisi PNF secara sadis dan tak manusiawi.
Hanya saja analisis itu sulit dibuktikan oleh KPAI, lantaran psikis Ida Fitriyani (33) ibunda PNF masih terguncang dan belum dapat dimintai keterangan untuk berita acara pemeriksaan (BAP). "Paling tidak pelaku ini orang yang sudah dikenal oleh korban. Antara pelaku dengan korban ini sudah terjadi dua kali pertemuan seperti percakapan, dan tatap muka. Saya garis bawahi itu pasti," kata Erlinda, Rabu 7 Oktober 2015 kemarin.
Ketidakharmonisan kedua orang tua PNF, lanjut Erlinda, menyebabkan mental PNF menjadi disharmoni dan difungsi keluarga hingga akhirnya murid SDN 05 Pagi Kalideres itu kehilangan perhatian dan kasih sayang. Kondisi inilah yang memberikan celah bagi pelaku masuk ke dalam lingkungan keluarga korban, hingga mendorong masuk kehidupan PNF dengan cara memberikan perhatian dan pujian tentang keberhasilannya.
Meski demikian, Erlinda enggan menyalahkan orang tua korban sebagai penyebab kasus itu. Namun melihat adanya kekerasan yang dialami PNF, kuat dugaan semasa hidupnya, PNF tidak dibekali dengan pemahaman, pengetahuan, maupun keterampilan.
Sehingga, upayanya untuk lolos dari hal buruk lingkungan orang-orang yang mau berbuat buruk terhadap dirinya tidak terjadi. "Mungkin kalau dia punya keterampilan itu, dia bisa lari, teriak, atau melakukan beberapa hal yang bisa menyelamatkan dirinya," ujarnya.
Penguatan akan adanya orang dekat sebagai pelaku diyakinkan oleh Erlinda, dengan informasi yang didapat dari kedua orangtua korban yang mengaku PNF ini bukan orang yang mudah mau (dibujuk) begitu saja oleh orang asing.
Hasil investigasi dan penyidikan ini rencananya akan diberikan KPAI kepada Polda Metro Jaya dan Polres Jakarta Barat yang telah membentuk Tim Satgas dalam kasus ini. Pasalnya dari investigasi ini, Erlinda yakin salah satu dari beberapa orang saksi cukup kuat mengindikasi sebagai pelaku.
Meski demikian, untuk motif pelaku, Erlinda mengakui belum dapat memecahkannya. Namun dirinya berjanji dalam waktu dekat motif sendiri dapat terungkap agar kedepannya bisa menjadi evaluasi program ketahanan keluarga.
"Kita khawatirnya, korban ini memang menjadi salah satu target sasaran dari orang-orang yang memilik perilaku menyimpang, sementara masih banyak target yang lain," jelasnya.
Sekjen KPAI Erlinda mengatakan, pembunuh PNF dilakukan orang dekat yang dikenali oleh keluarganya. Dia pun tak menampik dendam pribadi menjadi latar belakang pelaku nekat menghabisi PNF secara sadis dan tak manusiawi.
Hanya saja analisis itu sulit dibuktikan oleh KPAI, lantaran psikis Ida Fitriyani (33) ibunda PNF masih terguncang dan belum dapat dimintai keterangan untuk berita acara pemeriksaan (BAP). "Paling tidak pelaku ini orang yang sudah dikenal oleh korban. Antara pelaku dengan korban ini sudah terjadi dua kali pertemuan seperti percakapan, dan tatap muka. Saya garis bawahi itu pasti," kata Erlinda, Rabu 7 Oktober 2015 kemarin.
Ketidakharmonisan kedua orang tua PNF, lanjut Erlinda, menyebabkan mental PNF menjadi disharmoni dan difungsi keluarga hingga akhirnya murid SDN 05 Pagi Kalideres itu kehilangan perhatian dan kasih sayang. Kondisi inilah yang memberikan celah bagi pelaku masuk ke dalam lingkungan keluarga korban, hingga mendorong masuk kehidupan PNF dengan cara memberikan perhatian dan pujian tentang keberhasilannya.
Meski demikian, Erlinda enggan menyalahkan orang tua korban sebagai penyebab kasus itu. Namun melihat adanya kekerasan yang dialami PNF, kuat dugaan semasa hidupnya, PNF tidak dibekali dengan pemahaman, pengetahuan, maupun keterampilan.
Sehingga, upayanya untuk lolos dari hal buruk lingkungan orang-orang yang mau berbuat buruk terhadap dirinya tidak terjadi. "Mungkin kalau dia punya keterampilan itu, dia bisa lari, teriak, atau melakukan beberapa hal yang bisa menyelamatkan dirinya," ujarnya.
Penguatan akan adanya orang dekat sebagai pelaku diyakinkan oleh Erlinda, dengan informasi yang didapat dari kedua orangtua korban yang mengaku PNF ini bukan orang yang mudah mau (dibujuk) begitu saja oleh orang asing.
Hasil investigasi dan penyidikan ini rencananya akan diberikan KPAI kepada Polda Metro Jaya dan Polres Jakarta Barat yang telah membentuk Tim Satgas dalam kasus ini. Pasalnya dari investigasi ini, Erlinda yakin salah satu dari beberapa orang saksi cukup kuat mengindikasi sebagai pelaku.
Meski demikian, untuk motif pelaku, Erlinda mengakui belum dapat memecahkannya. Namun dirinya berjanji dalam waktu dekat motif sendiri dapat terungkap agar kedepannya bisa menjadi evaluasi program ketahanan keluarga.
"Kita khawatirnya, korban ini memang menjadi salah satu target sasaran dari orang-orang yang memilik perilaku menyimpang, sementara masih banyak target yang lain," jelasnya.
(whb)