Hilangkan Kekerasan di Sekolah, Batasi Anak Gunakan Gadget
A
A
A
JAKARTA - Berdasarkan penelitian di Amerika pada tahun 1990-an yang membuktikan bahwa 60 persen tayangan TV mengandung kekerasan. Hal ini juga terjadi pada game-game yang terdapat di gadget dan pemerintah diharapkan lebih memperhatikan hal tersebut.
Di Jakarta, Pemprov DKI sebagai role model di Indonesia disarankan memiliki sebuah program untuk mengurangi tindak kekerasan di sekolah dengan melakukan program pembatasan gadget.
“Model pembelajaran e-learning dibatasi dan diawasi betul pemakaiannya baik dengan penggunaan software maupun kesadaran nyata daripada orangtua. Anak-anak tidak diizinkan menggunakan gadget di sekolah,” kata Devie Rachmawati Sosiolog dari Universitas Indonesia ketika dihubungi Sindonews, Selasa (22/9/2015).
Untuk menjalankan program tersebut, tentu saja siswa memerlukan bimbingan, orangtua dan sekolah. Harus menjadi perhatian semua pihak bahwa gadget sama berbahayanya dengan narkoba, bahkan lebih memprihatinkan. (Baca: Pemukulan Bocah SD Diawali dari Saling Ejek)
“Karena gadget berada dekat dengan kita, berbeda dengan narkoba yang tidak mudah diperoleh dan digunakan, gadget saat ini sudah menjadi bagian paling intim dari manusia modern,” tambahnya.
Orangtua, memiliki otoritas untuk menanamkan nila-nilai sosial kepada si anak dimanapun dia berada. Orangtua perlu memahami bahwa pendisiplinan anak dengan membuat aturan yang rinci dan ketat.
"Bukan berarti mengurangi nilai kasih sayang. Justru, para orangtua harus menanamkan investasi sosial bagi anaknya masing-masing,” tutupnya.
PILIHAN:
Haji Lulung Tergesa-gesa Datangi Bareskrim
Dikritik Kiri - Kanan Airin Emosi
Di Jakarta, Pemprov DKI sebagai role model di Indonesia disarankan memiliki sebuah program untuk mengurangi tindak kekerasan di sekolah dengan melakukan program pembatasan gadget.
“Model pembelajaran e-learning dibatasi dan diawasi betul pemakaiannya baik dengan penggunaan software maupun kesadaran nyata daripada orangtua. Anak-anak tidak diizinkan menggunakan gadget di sekolah,” kata Devie Rachmawati Sosiolog dari Universitas Indonesia ketika dihubungi Sindonews, Selasa (22/9/2015).
Untuk menjalankan program tersebut, tentu saja siswa memerlukan bimbingan, orangtua dan sekolah. Harus menjadi perhatian semua pihak bahwa gadget sama berbahayanya dengan narkoba, bahkan lebih memprihatinkan. (Baca: Pemukulan Bocah SD Diawali dari Saling Ejek)
“Karena gadget berada dekat dengan kita, berbeda dengan narkoba yang tidak mudah diperoleh dan digunakan, gadget saat ini sudah menjadi bagian paling intim dari manusia modern,” tambahnya.
Orangtua, memiliki otoritas untuk menanamkan nila-nilai sosial kepada si anak dimanapun dia berada. Orangtua perlu memahami bahwa pendisiplinan anak dengan membuat aturan yang rinci dan ketat.
"Bukan berarti mengurangi nilai kasih sayang. Justru, para orangtua harus menanamkan investasi sosial bagi anaknya masing-masing,” tutupnya.
PILIHAN:
Haji Lulung Tergesa-gesa Datangi Bareskrim
Dikritik Kiri - Kanan Airin Emosi
(ysw)