Keluarga Siswa SDN 07 Pagi Keluhkan Pelayanan RS Fatmawati
A
A
A
JAKARTA - Keluarga A (8), korban pemukulan di SDN 07 Pagi, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan menyayangkan pelayanan Rumah Sakit (RS) Fatmawati. Karena, RS Fatmawati tidak memberikan pelayanan secara cepat sehingga menyebabkan A meninggal dunia.
Dori (65), paman A mengatakan, ponakannya itu seharusnya bisa tertolong kalau pihak rumah sakit tidak mengedepankan DP Rp2,5 juta untuk operasi. Padahal, ponakannya itu datang ke rumah sakit diantar guru dan pihak sekolah. Sehingga penanganan terhadap A terlambat.
"Dia kan sama pihak kepala sekolah, seharusnya pihak sekolah juga bertangung jawab. Jangan ini menunggu keluarga datang dahulu," katanya kepada wartawan di Jakarta, Senin (21/9/2015).
Meski demikian, dia tidak mempermasalahkan pihak sekolah. Tetapi, dia menyesalkan, pihak rumah sakit yang lamban dalam menangani ponakannya yang sedang sakit dengan pengurusan BPJS.
Pada saat pihak keluarga datang dan membayar Rp2,5 juta, sambungnya, RS Fatmawati hanya memasang infus kepada A bukan langsung dioperasi. "Ponakan saya hanya diinfus saja, dibiarkan begitu saja," jelasnya.
Kemudian, kata Dori, pihak RS Fatmawati juga meminta agar administrasi operasi seperti biaya sebesar Rp50 juga segera dilunasi hari itu juga. Akibatnya, korban dibiarkan terlantar di RS hanya dengan selang infus.
"Kalau soal umur itu rahasia tuhan. Tapi yang kami sesalkan penanganan di RS Fatmawati jelek sekali. Harus ada DP dahulu, harus ada uang dahulu baru ditangani. Rumah sakit cuma buat orang berduit," keluhnya.
PILIHAN:
Satpol PP Ultimatum Pedagang Hewan Kurban di Tanah Abang
Dori (65), paman A mengatakan, ponakannya itu seharusnya bisa tertolong kalau pihak rumah sakit tidak mengedepankan DP Rp2,5 juta untuk operasi. Padahal, ponakannya itu datang ke rumah sakit diantar guru dan pihak sekolah. Sehingga penanganan terhadap A terlambat.
"Dia kan sama pihak kepala sekolah, seharusnya pihak sekolah juga bertangung jawab. Jangan ini menunggu keluarga datang dahulu," katanya kepada wartawan di Jakarta, Senin (21/9/2015).
Meski demikian, dia tidak mempermasalahkan pihak sekolah. Tetapi, dia menyesalkan, pihak rumah sakit yang lamban dalam menangani ponakannya yang sedang sakit dengan pengurusan BPJS.
Pada saat pihak keluarga datang dan membayar Rp2,5 juta, sambungnya, RS Fatmawati hanya memasang infus kepada A bukan langsung dioperasi. "Ponakan saya hanya diinfus saja, dibiarkan begitu saja," jelasnya.
Kemudian, kata Dori, pihak RS Fatmawati juga meminta agar administrasi operasi seperti biaya sebesar Rp50 juga segera dilunasi hari itu juga. Akibatnya, korban dibiarkan terlantar di RS hanya dengan selang infus.
"Kalau soal umur itu rahasia tuhan. Tapi yang kami sesalkan penanganan di RS Fatmawati jelek sekali. Harus ada DP dahulu, harus ada uang dahulu baru ditangani. Rumah sakit cuma buat orang berduit," keluhnya.
PILIHAN:
Satpol PP Ultimatum Pedagang Hewan Kurban di Tanah Abang
(mhd)