Disdik dan Polisi dalami Kasus Tawuran di Depok
A
A
A
JAKARTA - Kematian Reza Dewantara (17), siswa Kelas XI SMKN 2 Sawangan, Depok menambah deretan panjang korban tawuran yang ada di wilayah itu. Bahkan hingga kini, Dinas Pendidikan (Disdik) belum bisa berbuat banyak mengenai tawuran pelajar itu.
Kabid Pendidikan, Menengah dan Kejuruan Dinas Pendidikan Kota Depok Tatik Wijayanti mengatakan, Disdik masih menyelidiki penyebab tawuran pelajar itu.
"Kami masih melihat penyebab terjadinya kejadian ini, siapa yang salah dan mengapa hal ini bisa terjadi. Aparat kepolisian juga sedang melakukan investigasi peristiwa ini," katanya di Depok, Jumat (18/9/2015).
Tatik menyebutkan, titik rawan tawuran antara lain sekolah SMK Baskara, SMK Arjuna Izzata, SMA Panmas. Sekolah-sekolah tersebut, kata dia, masuk zona merah rawan tawuran. (Baca: Korban Tawuran, Pelajar Depok Terkapar di Jalan)
"Terkait masalah ini kami akan kumpulkan kepala-kepala sekolah khususnya yang rawan tawuran tersebut. Jika memang terbukti tawuran pun kami belum bisa langsung cabut izin operasional. Karena masih menunggu hasil penyelidikan lebih lanjut," tuturnya.
Menurut dia, satuan tugas (satgas) antitawuran yang dibentuk pada 2011 belum efektif. Maka itu, satgas itu akan segera digencarkan lagi.
"Nantinya satgas ini akan diaktifkan kembali, pelajar-pelajar sendiri yang akan menjadi anggota satgas dan mengajak temannya agar tidak terlibat tawuran," pungkasnya.
Kabid Pendidikan, Menengah dan Kejuruan Dinas Pendidikan Kota Depok Tatik Wijayanti mengatakan, Disdik masih menyelidiki penyebab tawuran pelajar itu.
"Kami masih melihat penyebab terjadinya kejadian ini, siapa yang salah dan mengapa hal ini bisa terjadi. Aparat kepolisian juga sedang melakukan investigasi peristiwa ini," katanya di Depok, Jumat (18/9/2015).
Tatik menyebutkan, titik rawan tawuran antara lain sekolah SMK Baskara, SMK Arjuna Izzata, SMA Panmas. Sekolah-sekolah tersebut, kata dia, masuk zona merah rawan tawuran. (Baca: Korban Tawuran, Pelajar Depok Terkapar di Jalan)
"Terkait masalah ini kami akan kumpulkan kepala-kepala sekolah khususnya yang rawan tawuran tersebut. Jika memang terbukti tawuran pun kami belum bisa langsung cabut izin operasional. Karena masih menunggu hasil penyelidikan lebih lanjut," tuturnya.
Menurut dia, satuan tugas (satgas) antitawuran yang dibentuk pada 2011 belum efektif. Maka itu, satgas itu akan segera digencarkan lagi.
"Nantinya satgas ini akan diaktifkan kembali, pelajar-pelajar sendiri yang akan menjadi anggota satgas dan mengajak temannya agar tidak terlibat tawuran," pungkasnya.
(mhd)