KPAI Sebut Rusunawa Jatinegara Barat Tak Ramah Anak
A
A
A
JAKARTA - Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Maria Ulfah Anshor mendatangi rusunawa Jatinegara Barat untuk mengecek apakah rusunawa dengan 16 lantai yang disebut-sebut bagaikan apartemen itu sudah ramah anak atau belum.
Saat meninjau, hal yang paling menjadi sorotan oleh Maria yakni model jendela di dalam kamar yang cukup berbahaya bagi anak pasalnya dinding jendela terlalu pendek bagi anak.
"Jarak dari lantai ke jendelanya itu pendek sekali. Begitu membuka jendela, sangat membahayakan dan tidak ada tralis di jendela. Baru beberapa saja dan itu pun tralis yang dipasang hanya setengah," kata Maria kepada wartawan Selasa 1 September 2015.
Melihat hal tersebut, dirinya langsung bertanya kepada pihak pengelola mengenai pemasangan besi pelindung atau teralis yang katanya akan segera dipasang demi memberikan keamanan bagi para penghuni rusun.
PAUD dan TK yang berada di rusunawa tersebut juga belum memiliki arena bermain bagi anak. Namun dari pihak pengelola mengatakan taman bermain akan dilengkapi setelah pemasangan pagar.
Maria menilai Selain tidak ramah anak, rusun ini menurutnya juga tidak ramah bagi penderita disabel dan tuna netra. Pihaknya berharap petugas penjaga di rusun tersebut mengawasi pengoperasian lift terutama saat anak-anak memainkan lift.
"Kan banyak yang takut. Harusnya minimal pelayanannya ditingkatkan. Kalau di apartemen ada petugas jaga yang bisa bantu. Anak kecil juga masih naik turun lift (main) karena gak ada yang jaga. Padahal namanya elektronik kan bisa ngehang, dan di dalam (bisa) terperangkap," tambahnya.
Adanya temuan ini, pihaknya akan memberikan pernyataan resmi dan rekomendasi kepada Pemprov DKI Jakarta serta Kementerian terkait seperti Kementerian Perlindungan Perempuan dan Anak dan Kementerian Sosial. Hal itu dianggap perlu agar ada tindak lanjut dari temuan ini.
"Karena perlindungannya harus lebih komperhensif dari pada di perkampungan. Kalau memang rusun ini mau jadi model, minimal standarnya model apartemen. Ini kan konsep asal ada (rusun), belum layak huni orangnya suruh tempati," tutupnya.
Saat meninjau, hal yang paling menjadi sorotan oleh Maria yakni model jendela di dalam kamar yang cukup berbahaya bagi anak pasalnya dinding jendela terlalu pendek bagi anak.
"Jarak dari lantai ke jendelanya itu pendek sekali. Begitu membuka jendela, sangat membahayakan dan tidak ada tralis di jendela. Baru beberapa saja dan itu pun tralis yang dipasang hanya setengah," kata Maria kepada wartawan Selasa 1 September 2015.
Melihat hal tersebut, dirinya langsung bertanya kepada pihak pengelola mengenai pemasangan besi pelindung atau teralis yang katanya akan segera dipasang demi memberikan keamanan bagi para penghuni rusun.
PAUD dan TK yang berada di rusunawa tersebut juga belum memiliki arena bermain bagi anak. Namun dari pihak pengelola mengatakan taman bermain akan dilengkapi setelah pemasangan pagar.
Maria menilai Selain tidak ramah anak, rusun ini menurutnya juga tidak ramah bagi penderita disabel dan tuna netra. Pihaknya berharap petugas penjaga di rusun tersebut mengawasi pengoperasian lift terutama saat anak-anak memainkan lift.
"Kan banyak yang takut. Harusnya minimal pelayanannya ditingkatkan. Kalau di apartemen ada petugas jaga yang bisa bantu. Anak kecil juga masih naik turun lift (main) karena gak ada yang jaga. Padahal namanya elektronik kan bisa ngehang, dan di dalam (bisa) terperangkap," tambahnya.
Adanya temuan ini, pihaknya akan memberikan pernyataan resmi dan rekomendasi kepada Pemprov DKI Jakarta serta Kementerian terkait seperti Kementerian Perlindungan Perempuan dan Anak dan Kementerian Sosial. Hal itu dianggap perlu agar ada tindak lanjut dari temuan ini.
"Karena perlindungannya harus lebih komperhensif dari pada di perkampungan. Kalau memang rusun ini mau jadi model, minimal standarnya model apartemen. Ini kan konsep asal ada (rusun), belum layak huni orangnya suruh tempati," tutupnya.
(ysw)