Pelajar SMP Tewas Diduga Kelelahan Usai Ikut MOS

Minggu, 02 Agustus 2015 - 16:27 WIB
Pelajar SMP Tewas Diduga Kelelahan Usai Ikut MOS
Pelajar SMP Tewas Diduga Kelelahan Usai Ikut MOS
A A A
BEKASI - Evan Christoper Situmorang (12) pelajar salah satu SMP swasta di Bekasi ini tewas diduga kelelahan usai mengikuti masa orientasi siswa (MOS) di sekolah. Evan mengembuskan napas terakhir pada Kamis 30 Juli 2015 kemarin dalam perjalanan menuju RS Citra Harapan Indah, Kota Bekasi.

Ratna Gumaroah (43) ibunda Evan mengatakan, sebelum meninggal dunia, anak kesayangannya itu mengeluh sakit di bagian kaki dan betisnya. Kedua bagian tubuhnya telah membiru dan sakit usai mengikuti kegiatan yang dirancang oleh pihak sekolah di kawasan Pondok Ungu Permai, Bekasi.

Menurut Ratna, Evan mengikuti kegiatan MOS di sekolah yang berakhir pada Kamis 9 Juli 205 lalu. Di hari terakhir itu seluruh siswa baru diwajibkan untuk berjalan kaki sejauh 4 km.

Dengan dalih memperdalam ilmu cinta lingkungan, mereka diminta berjalan kaki dari sekolah ke Perumahan Puri PUP hingga SPBU Pondok Ungu Permai (PUP).

Setibanya di pom bensin itu, mereka diwajibkan kembali lagi ke sekolah dengan berjalan kaki. "Apabila dihitung jaraknya, kurang lebih 4 km itu rutenya," ujar Ratna saat ditemui di rumahnya di Perumahan PUP Sektor V, Blok G 7 No. 12 B, RT 04/30, Bahagia, Babelan, Kabupaten Bekasi, Minggu (2/8/2015).

Ratna mengatakan, sepulang sekolah Evan mengeluhkan sakit di bagian betis dan kakinya. Ratna pun terkejut dengan kondisi anaknya itu, karena bagian kakinya telah membiru.

Selain karena keletihan berjalan kaki, Evan juga terjatuh ketika berada di sekolah. Kemudian kaki dan betis Evan dipijat hingga kondisi Evan mulai membaik.

Keesokan harinya pada Jumat 10 Juli lalu, Evan tetap memaksakan diri untuk berangkat sekolah. Di sana Evan malah memaksakan diri untuk bermain futsal dengan teman-temannya.

"Saya sudah larang Evan, untuk tidak ikut futsal. Tapi dia tetap memaksa, karena futsal merupakan olahraga kegemarannya," katanya.

Khawatir dengan kondisi anaknya, lalu Ratna membawa Evan ke pijat refleksi. Bukannya membaik, kondisi Evan justru lebih menurun.
Hingga akhirnya Ratna memutuskan untuk membawa Evan ke Puskesmas Medan Satria, Kota Bekasi.

Dokter puskesmas menyatakan, Evan mengalami dehidrasi dan keletihan, sehingga butuh banyak istirahat selama dua pekan. "Dokter juga memberi obat dan vitamin," jelasnya.

Meski telah dibawa ke dokter, kondisi Evan tak ada perkembangan selama dua pekan. Evan kembali memaksakan diri untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar pertama di sekolah pada Senin 27 Juli 2015 lalu. Hari kedua saat KBM di sekolah, tak disangka Evan kembali terjatuh di kelas.

Pihak sekolah lalu memanggil ayah Evan, Jossey F. Situmorang (42), untuk menjemput anaknya ke sekolah. Jossey dan Ratna, lalu kembali membawa anaknya ke Puskesmas Medan Satria. Dokter di sana menyatakan, Evan menderita penyakit asam urat.

Kondisi Evan terus menurun pada Selasa 28 Juli 2015 lalu. Bahkan, tubuh Evan mendadak kejang. Panik dengan kesehatan anaknya, lalu Ratna membawa Evan ke RS Ibu dan Anak Sayang Bunda yang tak jauh dari rumah.

Karena peralatan medis di RS tersebut tidak lengkap Evan dirujuk ke RS Cipta Harapan Indah. Waktu tempuh 40 menit ke RS tersebut tak cukup untuk menyelamatkan nyawa bocah ini.

Setibanya di rumah sakit tersebut, dokter menyatakan Evan telah meninggal dunia. "Dokter bilang anak saya meninggal di perjalanan. Penanganan dokter telat," tegasnya.

Ratna tak menyangka, putra kesayangannya tewas usai mengikuti MOS di sekolah. Ratna pun menyesalkan dengan adanya kejadian ini.

Ratna yang juga bekerja sebagai guru matematika di SD Kristen Penuai PUP ini menilai seharusnya sekolah tidak perlu menjadwalkan siswanya untuk berjalan kaki sejauh 4 km. "Banyak cara pengenalan siswa, bukan begini," paparnya.

Tidak terima anaknya mengalami sakit usai mengikuti MOS, Ratna pun komplain dengan kegiatan yang diadakan sekolah. Namun pihak sekolah berdalih, kegiatan tersebut juga diikuti oleh para siswa lainnya. Padahal, Evan tidak memiliki riwayat sakit selama ini.

Bukan hanya latihan yang tidak wajar, kata dia, tapi dia sempat menyaksikan Evan mendapat tindak kekerasan dari seniornya. Dan dua hari saat masa MOS, dia melihat tubuh Evan didorong dan ditendang hingga hampir terjatuh. Namun Ratna tidak berani menegur siswa senior itu.

Ayah Evan, Jossey F Situmorang menambahkan, MOS yang dibuat sekolah kurang mendidik. Tak hanya disuruh berjalan kaki sejauh 4 km, siswa di sana juga harus membawa sejumlah pernak-pernik MOS dengan istilah aneh.

Kepala SMP tempat Evan sekolah, Maria WDA Gomez membantah, telah menyelenggarakan MOS di sekolah dengan kekerasan fisik. Hanya saja, saat MOS itu berlangsung para siswa berjalan selama 4 kilometer."Tidak ada kekerasan fisik, hanya jalan kaki saja," katanya singkat.
(whb)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5534 seconds (0.1#10.140)