Tips Cegah Tawuran Saat Ramadan ala Kriminolog
A
A
A
JAKARTA - Tawuran menjadi salah satu tindak kriminalitas yang kerap terjadi selama Ramadan. Kepolisian pun telah melakukan antisipasi dengan menempatkan personel di sejumlah titik rawan tauwan di Ibu Kota.
Lalu bagaimana cara agar tawuran dapat dihindari?. Kriminolog dari Universitas Indonesia (UI) Yogo Tri Hendiarto mengatakan, tawuran terjadi karena ada persoalan individu yang kemudian diidentifikasikan menjadi permasalahan kelompok.
"Untuk mengatasinya harus dilakukan proses identifikasi masalahnya. Dalam tawuran, masalah pribadi menjadi masalah kelompok. Yang tidak terlibat pun menjadi terlibat karena rasa toleransi," kata Yogo, Rabu 17 Juni kemarin. Dalam kelompok, lanjut Yogo, individu menjadi lebih berani karena identitasnya tersamarkan.
Padahal jika dihadapi secara pribadi belum tentu berani. Kekuatan massa menjadi besar dalam aksi tawuran karena ada kekuatan baru di situ. "Yang dulu enggak berani menjadi berani karena kekuatannya menjadi kolektif sehingga memunculkan perilaku kekerasan kolektif," ungkapnya.
Untuk mencegahnya, maka diperlukan solusi mekanisme damai. Masyarakat juga diimbau menjaga keamanan lingkungannya. Kemudian harus terjalin sinergi antara petugas dengan masyarakat.
"Dengan adanya pemetaan maka sudah ada upaya identifikasi masalah. Tinggal bagaimana kerjasama antara masyarakat dengan petugas," jelasnya. Kunci untuk menjaga keamanan lingkungan adalah komitmen dan konsistensi dari seluruh stakeholder untuk benar-benar menjaganya.
Jangan hanya kepolisian saja yang dilimpahkan wewenang menjaga keamanan namun tidak disertai dengan kesadaran masyarakatnya. "Enggak akan bisa kalau jalan sendiri-sendiri. Kuncinya ya komitmen dan konsisten. Jika masyarakat mau menjaga lingkungan aman ya harus ada partisipasi. Jangan cuma ingin aman tapi tidak ada kontribusinya," tutupnya.
Lalu bagaimana cara agar tawuran dapat dihindari?. Kriminolog dari Universitas Indonesia (UI) Yogo Tri Hendiarto mengatakan, tawuran terjadi karena ada persoalan individu yang kemudian diidentifikasikan menjadi permasalahan kelompok.
"Untuk mengatasinya harus dilakukan proses identifikasi masalahnya. Dalam tawuran, masalah pribadi menjadi masalah kelompok. Yang tidak terlibat pun menjadi terlibat karena rasa toleransi," kata Yogo, Rabu 17 Juni kemarin. Dalam kelompok, lanjut Yogo, individu menjadi lebih berani karena identitasnya tersamarkan.
Padahal jika dihadapi secara pribadi belum tentu berani. Kekuatan massa menjadi besar dalam aksi tawuran karena ada kekuatan baru di situ. "Yang dulu enggak berani menjadi berani karena kekuatannya menjadi kolektif sehingga memunculkan perilaku kekerasan kolektif," ungkapnya.
Untuk mencegahnya, maka diperlukan solusi mekanisme damai. Masyarakat juga diimbau menjaga keamanan lingkungannya. Kemudian harus terjalin sinergi antara petugas dengan masyarakat.
"Dengan adanya pemetaan maka sudah ada upaya identifikasi masalah. Tinggal bagaimana kerjasama antara masyarakat dengan petugas," jelasnya. Kunci untuk menjaga keamanan lingkungan adalah komitmen dan konsistensi dari seluruh stakeholder untuk benar-benar menjaganya.
Jangan hanya kepolisian saja yang dilimpahkan wewenang menjaga keamanan namun tidak disertai dengan kesadaran masyarakatnya. "Enggak akan bisa kalau jalan sendiri-sendiri. Kuncinya ya komitmen dan konsisten. Jika masyarakat mau menjaga lingkungan aman ya harus ada partisipasi. Jangan cuma ingin aman tapi tidak ada kontribusinya," tutupnya.
(whb)