Ahok: Stigma Masyarakat Polisi Itu Brengsek
A
A
A
JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Basuki T Purnama atau Ahok menyebut revolusi mental itu harus dimulai dari pemimpin bukan bawahan. Karena, kalau pemimpin luruh begitu juga dengan anak buah.
Ahok menuturkan, berdasarkan pengalamannya menjadi pejabat, melakukan revolusi mental itu tidak mudah dan pasti banyak perlawanan. Untuk itu dibutuhkan niat dan keberanian.
"Stigma di masyarakat, polisi itu enggak benar, brengsek. Sama seperti kami, orang politik cuma janji, ketika masuk lupa. Untuk mengubah, kata guru agama saya itu 'nawaitu' (niat). Niat saya jadi pejabat karena saya tidak bisa bantu orang miskin terlalu banyak, dari situ revolusi mental saya lakukan di DKI," katanya di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (11/6/2015).
Sejak menjadi pemimpin DKI Jakarta, Ahok melihat 40% pejabatnya jauh dari apa yang diharapkan. Pelayanan kepada masyarakat sangat memprihatinkan. Padahal, DKI Jakarta memiliki uang banyak.
Setelah ditelusuri, mantan Bupati Belitung Timur itu menemukan buruknya pelayanan kepada masyarakat itu akibat masalah perekonomian yang didapat oleh pejabat. Gaji fantastis Pegawai Negeri Sipil (PNS) golongan terendah pun dinaikkan olehnya menjadi Rp12 juta hingga Rp13 juta berikut Tunjangan Kerja Dinamis (TKD-nya yang menjadi hak prioritas gubernur.
"Kebutuhan hidup laik Rp2,7 juta per bulan. Sekolah anak Rp800.000, kalau tiga anak Rp2,4 juta. Dia makan apa kalau istrinya enggak kerja. Curi-curi proyek kan. Nah akalinya saya potong itu proyek akal-akalan, kami naikkan gajinya," bebernya.
Dengan cara demikian, Ahok berharap, para pejabatnya tidak mencari 'anggaran siluman'. Jika dengan cara itu pejabat masih mencari-cari proyek, Ahok akan memutasinya.
"Jadi kalau macam-macam ya kami buang. Pejabat eselon II kami stafkan dan potong TKD-nya sampe gaji cuma Rp2,7 juta," tukasnya.
PILIHAN:
Polri dan Kejaksaan Unjuk Gigi, Mereka Lebih Bertaring dari KPK
Reformasi birokrasi Polri buruk!
Pelayanan publik Pemda & Polri buruk
Ahok menuturkan, berdasarkan pengalamannya menjadi pejabat, melakukan revolusi mental itu tidak mudah dan pasti banyak perlawanan. Untuk itu dibutuhkan niat dan keberanian.
"Stigma di masyarakat, polisi itu enggak benar, brengsek. Sama seperti kami, orang politik cuma janji, ketika masuk lupa. Untuk mengubah, kata guru agama saya itu 'nawaitu' (niat). Niat saya jadi pejabat karena saya tidak bisa bantu orang miskin terlalu banyak, dari situ revolusi mental saya lakukan di DKI," katanya di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (11/6/2015).
Sejak menjadi pemimpin DKI Jakarta, Ahok melihat 40% pejabatnya jauh dari apa yang diharapkan. Pelayanan kepada masyarakat sangat memprihatinkan. Padahal, DKI Jakarta memiliki uang banyak.
Setelah ditelusuri, mantan Bupati Belitung Timur itu menemukan buruknya pelayanan kepada masyarakat itu akibat masalah perekonomian yang didapat oleh pejabat. Gaji fantastis Pegawai Negeri Sipil (PNS) golongan terendah pun dinaikkan olehnya menjadi Rp12 juta hingga Rp13 juta berikut Tunjangan Kerja Dinamis (TKD-nya yang menjadi hak prioritas gubernur.
"Kebutuhan hidup laik Rp2,7 juta per bulan. Sekolah anak Rp800.000, kalau tiga anak Rp2,4 juta. Dia makan apa kalau istrinya enggak kerja. Curi-curi proyek kan. Nah akalinya saya potong itu proyek akal-akalan, kami naikkan gajinya," bebernya.
Dengan cara demikian, Ahok berharap, para pejabatnya tidak mencari 'anggaran siluman'. Jika dengan cara itu pejabat masih mencari-cari proyek, Ahok akan memutasinya.
"Jadi kalau macam-macam ya kami buang. Pejabat eselon II kami stafkan dan potong TKD-nya sampe gaji cuma Rp2,7 juta," tukasnya.
PILIHAN:
Polri dan Kejaksaan Unjuk Gigi, Mereka Lebih Bertaring dari KPK
Reformasi birokrasi Polri buruk!
Pelayanan publik Pemda & Polri buruk
(mhd)