Dekati Ramadan, PKL Kuasai Trotoar di Tanah Abang

Minggu, 31 Mei 2015 - 19:30 WIB
Dekati Ramadan, PKL Kuasai Trotoar di Tanah Abang
Dekati Ramadan, PKL Kuasai Trotoar di Tanah Abang
A A A
JAKARTA - Menjelang datangnya bulan Ramadan, aktivitas di kawasan niaga Tanah Abang mulai menggeliat. Puluhan Pedagang Kaki Lima (PKL) kembali memenuhi kawasan yang berada di Jakarta Pusat itu.

Kondisi kian semrawut karena angkutan umum berhenti sembarangan, dan proses bongkar muat barang juga menjadi pemandangan di kawasan ini. Kondisi tersebut mengakibatkan kemacetan lalu lintas.

Parahnya, tidak terlihat petugas Dinas Perhubungan yang menertibkan angkutan umum, maupun petugas Satuan Polisi (Satpol PP) Pamong Praja untuk menghalau PKL.

Pantauan di lokasi, jejeran lapak PKL memenuhi sisi jalan dan trotoar hampir di seluruh jalan lingkar Tanah Abang, mulai dari Jalan KH Mas Mansyur sekitar Blok A dan Blok B, Jalan Fachrudin dan sepanjang Jalan Jatibaru hingga Jalan Jati Bunder sekitar Blok G Pasar Tanah Abang.

Lokasi yang sangat dipadati PKL berada di Jalan Jatibaru, tepatnya di sekitar Stasiun Tanah Abang hingga kawasan ruko Jalan Jatibaru 4.

Akibatnya, tidak hanya kembali menyebabkan kemacetan lalu lintas parah, para pejalan kaki dari maupun menuju Stasiun Tanah Abang pun terganggu akibat seluruh badan trotoar disulap menjadi etalase.

Tidak terhitung jumlah PKL yang memenuhi lokasi tersebut. Dengan terpal, bergerobak hingga tenda, para PKL yang didominasi pedagang pakaian dan makanan itu terlihat tenang meski banyak pejalan kaki mengeluhkan keberadaan mereka.

Rani, mahasiswi perguruan tinggi swasta mengeluhkan kondisi kawasan Jatibaru. "Jalan saja susah, memang parah ini pedagang. Kita yang jalan kaki harus antre. Kondisi ini sudah enggak benar, mana sih pemerintah, katanya mau menata Jakarta, mana buktinya," keluhnya.

Keluhan Rina cukup beralasan, sebab dirinya mersakan sulitnya berjalan di kawasan tersebut. Dia mengatakan rute pejalan kaki dari Stasiun Tanah Abang menuju kawasan ruko Jalan Jatibaru 4 cukup sulit dan penuh perjuangan.

Tidak hanya harus berdesakan, langkah kaki pun seringkali terhambat karena harus berjalan beriringan akibat sempitnya jalan. Kondisi ini kian parah pada titik gerbang masuk Stasiun Tanah Abang. Tidak hanya dipenuhi PKL, ruas jalan dan trotoar dipenuhi barisan ojek dan angkutan umum yang mangkal sembarangan.

Didin, 40, pedagang sandal mengaku nekat berjualan karena sudah melakukan hal itu dari tahun ke tahun. Dia mengaku tidak memiliki uang untuk menyewa kios di dalam gedung.

"Namanya juga usaha, bisa di mana saja. Apa-apa sekarang mahal, ya kita jualan di pinggir jalan saja. Kita juga bayar sama petugas, Rp25.000 sehari, kita juga sudah izin kalau jualan cuma dari sekarang sampai mau Lebaran saja," ungkap Didin yang menjajakan sandalnya di seberang Stasiun Tanah Abang.

Dia mengaku memilih pindah ke kawasan depan Stasiun Tanah Abang karena ramai pembeli. Biasanya Didin menggelar dagangannya di Pasar Tasik.

Menurut Didin, masyarakat yang hendak menuju pusat Perniagaan Pasar Tanah Abang pasti melintasi Jalan Jatibaru atau kawasan ruko Jatibaru.

"Kalau dibilang ramai ya di sini, soalnya semua orang lewat sini. Tapi kita jualan lihat situasi, kalau dibilang enggak boleh jualan atau mau penertiban, kita nurut," ungkapnya.

Saeful,45, pedagang perlengkapan muslim sengaja berjualan mengingat bulan Ramadan semakin dekat. "Pasar Tanah Abang kan ramai kalau bulan puasa apalagi dekat Lebaran," katanya.

Kepala Satpol PP Jakarta Pusat Yadi mengatakan, permasalahan PKL sudah menjadi masalah klasik yang sepanjang tahun selalu terulang.

Tidak hanya jelang Ramadan, kata dia, setiap kali pihaknya lengah pasti PKL akan menjamur di setiap sudut kawasan Tanah Abang. Yadi menegaskan pihaknya akan menggelar penertiban sekaligus penjagaan secara simultan setiap hari.

"Kami sudah tertibkan setiap hari, tetapi memang kawasan Tanah Abang ini spesial, lengah sedikit, PKL balik lagi. Ke depannya kita akan tertibkan terus dan lakukan pengawasan sepanjang hari," ungkapnya.

Kepala Sudin Perhubungan Jakarta Pusat, Hendri Peres Sitorus pun mengatakan hal sama. Dia mengaku kesulitan untuk menjaga kawasan tersebut agar tidak macet. Meski demikian Henri mengaku pengawasan lingkar Tanah Abang menjadi prioritas pihaknya.

"Kawasan Tanah Abang itu pusat perniagaan di Jakarta dan mungkin di Indonesia, karena semua barang komoditas masuk dan keluar lewat Pasar Tanah Abang. Kalau satu aspek saja tersendat, misalnya distribusi, kerugiannya bisa miliaran," tuturnya.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4038 seconds (0.1#10.140)