Penyebab Maraknya Kasus Polisi Bunuh Diri
A
A
A
JAKARTA - Maraknya kasus bunuh diri di kalangan polisi terjadi akibat tidak mampunya anggota kepolisian membedakan antara beban pribadi dengan beban sebagai anggota polisi.
Kriminolog Universitas Indonesia (UI) yang juga anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Adrianus Meliala mengatakan, seorang polisi itu sejatinya memiliki dua pencitraan yang harus dijalaninya.
Pertama, pencitraan dirinya sebagai seorang penegak hukum. Kedua, pencitraan sebagai dirinya sendiri di dalam kehidupan.
"Sebagai polisi ini, dia pun punya dua pandangan di mata masyarakat. Pertama, pandangan positif yang suka nolongin masyarakat. Kedua, dia juga dipandang negatif oleh masyarakat karena suka nangkap-nangkapin orang dan nilanglah," ujarnya saat dihubungi Sindonews, Minggu (17/5/2015).
Menurutnya, dengan adanya dua image di mata masyarakat itu, seorang anggota kepolisian sudah memiliki beban yang berat. Apalagi, jika ditambah dengan beban sebagai dirinya sendiri.
"Terkadang, bebannya sebagai polisi dan sebagai dirinya sendiri ini bercampur menjadi satu. Dia pun tidak memiliki solusi atau orang untuk sekadar bercerita. Dia jadi tidak merasa diperhatikan. Sehingga, dia menjadi pusing, menjadi stres karena tekanan-tekanan itu dan berujung untuk memilih jalan pintas, yakni bunuh diri," terangnya.
Maka itu, tambah Adrianus, untuk menjadi seorang polisi itu dibutuhkan mental yang tangguh untuk bisa bertahan dari beban berat yang mesti dipikulnya itu.
Diberitakan sebelumnya, seorang anggota polisi, Brigadir Wahyudi (29) nekat bunuh diri dengan cara menembakkan pistol ke kepalanya. Pemuda yang bertugas di Polres Jakarta Pusat ini melakukan aksi tersebut di rumah sang keasih yakni, Dewi Ayu Puspa Sari (27). (Baca juga: Anggota Polres Jakpus Tembak Kepala Sendiri di Rumah Pacar).
Kriminolog Universitas Indonesia (UI) yang juga anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Adrianus Meliala mengatakan, seorang polisi itu sejatinya memiliki dua pencitraan yang harus dijalaninya.
Pertama, pencitraan dirinya sebagai seorang penegak hukum. Kedua, pencitraan sebagai dirinya sendiri di dalam kehidupan.
"Sebagai polisi ini, dia pun punya dua pandangan di mata masyarakat. Pertama, pandangan positif yang suka nolongin masyarakat. Kedua, dia juga dipandang negatif oleh masyarakat karena suka nangkap-nangkapin orang dan nilanglah," ujarnya saat dihubungi Sindonews, Minggu (17/5/2015).
Menurutnya, dengan adanya dua image di mata masyarakat itu, seorang anggota kepolisian sudah memiliki beban yang berat. Apalagi, jika ditambah dengan beban sebagai dirinya sendiri.
"Terkadang, bebannya sebagai polisi dan sebagai dirinya sendiri ini bercampur menjadi satu. Dia pun tidak memiliki solusi atau orang untuk sekadar bercerita. Dia jadi tidak merasa diperhatikan. Sehingga, dia menjadi pusing, menjadi stres karena tekanan-tekanan itu dan berujung untuk memilih jalan pintas, yakni bunuh diri," terangnya.
Maka itu, tambah Adrianus, untuk menjadi seorang polisi itu dibutuhkan mental yang tangguh untuk bisa bertahan dari beban berat yang mesti dipikulnya itu.
Diberitakan sebelumnya, seorang anggota polisi, Brigadir Wahyudi (29) nekat bunuh diri dengan cara menembakkan pistol ke kepalanya. Pemuda yang bertugas di Polres Jakarta Pusat ini melakukan aksi tersebut di rumah sang keasih yakni, Dewi Ayu Puspa Sari (27). (Baca juga: Anggota Polres Jakpus Tembak Kepala Sendiri di Rumah Pacar).
(zik)