Stop Menyalahkan

Rabu, 01 April 2015 - 09:41 WIB
Stop Menyalahkan
Stop Menyalahkan
A A A
Haruskah para pemain yang disalahkan ketika sepak bola kita seolah tidak sulit merangkak naik atau move on? Atau mungkin pelatih dan jajarannya yang disalahkan karena gagal mempersembahkan prestasi? Tentu jawabannya tidak perlu menyalahkan para pemain ataupun jajaran pelatih.

Begitu pun haruskah menyalahkan federasi sepak bola kita (PSSI) atau klub-klub sepak bola kita yang memasok pemain-pemainnya? Atau di level lebih besar lagi, menyalahkan pemerintah karena olahraga paling populer di Tanah Air ini tak bisa menunjukkan perkembangan yang berarti? Jawabannya: tidak perlu.

Kita semua memang sedih ketika tim nasional (timnas) under 22 (U-22) atau sebagian menyebut U-23 kalah dari tim kuat Korea Selatan (Korsel) pada penyisihan AFC U-23 Championship atau Piala Asia U-23 0-4 kemarin. Peluang Indonesia sudah kandas. Meski dua lawan sebelumnya yaitu Timor Leste dan Brunei Darussalam berhasil dengan mudah dikalahkan, timnas kita mempunyai asa yang besar ketika bisa mengalahkan Korsel.

Mengalahkan Korsel tidak hanya membuat Indonesia langsung lolos ke Piala Asia U-23 di Qatar 2016, tapi juga menjadi indikator bahwa sepak bola Indonesia lebih baik. Mungkin sudah ribuan artikel yang menulis sekaligus mempertanyakan, bahkan acap kali memberikan solusi, tentang bagaimana sepak bola Indonesia harus bisa lebih berprestasi. Bahkan mungkin sebagian tulisan dengan berani memberikan kritik keras atau mungkin mencaci terhadap sepak bola Indonesia.

Toh, belum mampu menggugah sepak bola kita untuk bisa berkembang. Saling menyalahkan, menganggap pihak tertentu tak becus mengelola sepak bola Indonesia atau apa pun telah banyak yang memberikan pendapat. Mungkin para penulis yang peduli dengan sepak bola Indonesia juga sudah lelah untuk mengingatkan dan mengkritik. Tapi, para penulis juga tidak boleh lelah untuk mengingatkan sepak bola Indonesia.

Sepak bola Indonesia harus bangkit. Bangkit dengan meraih prestasi yang lebih baik setidaknya pada level regional hingga internasional. Jika para pelaku sepak bola kita bingung seperti apa agar sepak bola bisa menjadi lebih baik, sudah banyak contohnya. Jika ingin yang dekat, lihat saja Vietnam yang sekarang mampu ”berbicara” di level Asia Tenggara. Padahal, 10 atau 15 tahun lalu hanya Thailand, Malaysia, Singapura, dan Indonesia yang berkuasa.

Diyakini, Vietnam pun telah merangkak untuk membidik di level Asia. Ingin contoh yang agak jauh di level Asia adalah Jepang. Negeri Sakura yang konon belajar pengelolaan sepak bola di Indonesia ini mampu menciptakan sepak bola yang mampu tak hanya berbicara di Asia, tapi juga dunia. Indikasinya adalah keikutsertaan Jepang di piala dunia, pemain yang bermain di tim inti klub-klub internasional (terutama Eropa) dan bagaimana kompetisi mereka yang sudah bisa dijual ke luar negeri.

Ingin contoh yang jauh adalah Jerman ataupun Spanyol. Jerman yang baru saja merengkuh juara dunia pada Piala Dunia 2014 memang sudah mengelola kompetisinya secara apik. Namun, pada 2002 mereka mengalami resah dan mulai kembali me-rebuildsepak bola mereka menjadi lebih baik.

Menggabungkan kurikulum pembinaan pemain dan pelatih muda dengan teknologi, Jerman tidak pernah kering dengan pemain-pemain muda yang luar biasa. Hasilnya adalah mereka disegani serta puncaknya ketika menjadi juara di Piala Dunia 2014. Apakah Indonesia bisa? Tentu saja. Yang dibutuhkan sekarang hanya satu, fokus pada prestasi sepak bola Indonesia.

Maksud fokus di atas adalah tidak ada kepentingan yang lain atau fokus yang lain dalam sepak bola Indonesia. Bahwa target utama adalah menjadikan sepak bola Indonesia lebih baik harus menjadi jiwa para pelaku sepak bola di Indonesia. Melakukan pembinaan sepak bola usia muda dari ratusan atau bahkan ribuan sekolah sepak bola (SSB) di Indonesia,

hingga mencipatakan pelatih-pelatih andal, membentuk kompetisi yang profesional harus segera dimulai. Apakah saat ini sudah dimulai? Belum. Masih ada kepentingankepentingan lain dalam sepak bola Indonesia selain prestasi. Itu juga harus didukung oleh sikap stop menyalahkan dan fokus pada masa depan sepak bola Indonesia.
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7964 seconds (0.1#10.140)