Bergeser ke Ciawi, Keberadaan Imigran Gelap Dikeluhkan Masyarakat
A
A
A
BOGOR - Upaya penertiban imigran gelap yang dilakukan Pemkab bekerjasama dengan Kantor Imigrasi Bogor dikawasan Puncak, Cisarua-Megamendung, Kabupaten Bogor sepertinya tidak efektif.
Pasalnya, selain mereka beroperasi secara terselubung dan sembunyi-sembunyi di kawasan Puncak, para Pekerja Seks Komersial (PSK) asal timur tengah (Timteng) juga melayani lelaki hidung belang di vila-vila yang tempatnya tersembunyi.
Bahkan, informasi diperoleh paska penertiban pada akhir 2014 lalu, banyak imigran gelap yang bergeser ke wilayah Kecamatan Ciawi berbatasan denga Gadog-Megamendung. Para pencari suaka itu, kini berbondong-bondong mencari lokasi baru guna menghindari razia yang akhir-akhir ini gencar dilakukan.
Berdasarkan pantauan mereka bermukim di Kampung Pendeuy, Desa Pandansari, Ciawi, Kabupaten Bogor atau sekitar lima kilometer dari Cisarua. Alhasil, keberadaan pengungsi korban konflik di negara asalnya itu menuai protes warga setempat.
"Warga tidak mau para imigran gelap ini ada kampung kami. Dampak negatif keberadaan imigran gelap di Puncak, jangan sampai terjadi disini," kata M Hanapi (39) warga Kampung Pendeuy, Desa Ciawi, Kabupaten Bogor.
Ia menambahkan, sejak beberapa bulan lalu, rumah warga maupun kos-kosan banyak dihuni para imigran. Persoalan ini, dikhawatirkan menimbulkan masalah sosial antara pendatang dengan pribumi.
"Jika tidak ada tindakan dari aparat berwenang. Kami akan melakukan sweeping. Perbedaan kultur budaya, sering menimbulkan gesekan," jelasnya.
Sementara itu, Kepala Seksi Pemerintahan Kecamatan Ciawi, Tri Sugiarti engaku, dirinya telah meminta pemerintah desa agar melakukan pendataan pendatang baru khususnya para imigran dari kawasan puncak.
"Saya sudah meminta pemdes Pandansari melakukan pendataan. Keberadaan imigran, tidak bolah dibiarkan karena akan berdampak terhadap kondisi lingkungan," ujarnya.
Pasalnya, selain mereka beroperasi secara terselubung dan sembunyi-sembunyi di kawasan Puncak, para Pekerja Seks Komersial (PSK) asal timur tengah (Timteng) juga melayani lelaki hidung belang di vila-vila yang tempatnya tersembunyi.
Bahkan, informasi diperoleh paska penertiban pada akhir 2014 lalu, banyak imigran gelap yang bergeser ke wilayah Kecamatan Ciawi berbatasan denga Gadog-Megamendung. Para pencari suaka itu, kini berbondong-bondong mencari lokasi baru guna menghindari razia yang akhir-akhir ini gencar dilakukan.
Berdasarkan pantauan mereka bermukim di Kampung Pendeuy, Desa Pandansari, Ciawi, Kabupaten Bogor atau sekitar lima kilometer dari Cisarua. Alhasil, keberadaan pengungsi korban konflik di negara asalnya itu menuai protes warga setempat.
"Warga tidak mau para imigran gelap ini ada kampung kami. Dampak negatif keberadaan imigran gelap di Puncak, jangan sampai terjadi disini," kata M Hanapi (39) warga Kampung Pendeuy, Desa Ciawi, Kabupaten Bogor.
Ia menambahkan, sejak beberapa bulan lalu, rumah warga maupun kos-kosan banyak dihuni para imigran. Persoalan ini, dikhawatirkan menimbulkan masalah sosial antara pendatang dengan pribumi.
"Jika tidak ada tindakan dari aparat berwenang. Kami akan melakukan sweeping. Perbedaan kultur budaya, sering menimbulkan gesekan," jelasnya.
Sementara itu, Kepala Seksi Pemerintahan Kecamatan Ciawi, Tri Sugiarti engaku, dirinya telah meminta pemerintah desa agar melakukan pendataan pendatang baru khususnya para imigran dari kawasan puncak.
"Saya sudah meminta pemdes Pandansari melakukan pendataan. Keberadaan imigran, tidak bolah dibiarkan karena akan berdampak terhadap kondisi lingkungan," ujarnya.
(ysw)