Kisah Sedih Amir Utsmani Terakhir di Makkah Sharif Ali Haydar Pasha

Rabu, 24 Mei 2023 - 10:14 WIB
loading...
Kisah Sedih Amir Utsmani Terakhir di Makkah Sharif Ali Haydar Pasha
Sharif Ali Haydar Pasha, Amir Utsmani Terakhir di Makkah. Foto/Ilustrasi: MEE
A A A
Dia adalah Sharif Ali Haydar Pasha. Keturunan Nabi Muhammad SAW ini adalah amir terakhir Daulah Utsmani di Makkah . Ia menjalani kehidupan yang penuh dengan jebakan materi. Pada mulanya hidup kaya raya, namun kisah akhirnya sangat menyedihkan.

Kedaulatan Ottoman atas Kota Makkah dimulai pada 1517 setelah penaklukan Kekaisaran Mamluk di bawah Sultan Selim I. Kala itu, Syarif Makkah tetap bertahan sebagai penguasa kota, melanjutkan dinasti yang telah ada sejak abad ke-10 pada masa pemerintahan Fatimiyah.

Syarif adalah anggota klan Bani Hasyim dan mengambil nama "Hasyhemites". Mereka keturunan Nabi Muhammad melalui cucunya Hassan.



Sebagai penguasa kota paling suci Islam memberi mereka posisi penting di istana Ottoman. Di "Sharifate", mereka membentuk sebuah institusi yang tetap ada sampai pemberontakan Arab melawan Ottoman selama Perang Dunia Pertama.

Orang terakhir yang memegang jabatan itu adalah Sharif Ali Haydar Pasha. Ia mengemban tugas memastikan kesetiaan Arab kepada kekaisaran dan mengakhiri pemberontakan yang dipimpin oleh anggota klannya Sharif Hussain, yang telah digulingkan oleh Turki.

Komitmennya sendiri kepada Turki harus dibayar mahal. Dalam beberapa tahun kekalahan Ottoman dalam perang, kekaisaran telah runtuh, dan pada tahun 1935 kehidupan Ali Haydar berakhir di pengasingan di Lebanon. Gelar dan otoritasnya dilucuti.

Tetapi untuk membatasi kehidupan Ali Haydar pada episode terakhirnya akan merugikan karir yang membuatnya menjadi tangan kanan khalifah Ottoman terakhir, Abdulmecid II, dan sebagai anggota parlemen aktif di badan legislatif Ottoman.



Hidup dalam Lingkaran Ottoman

Ali Haydar lahir di Istanbul di sebuah rumah kakeknya, Abdulmutallib, pada tahun 1866, dan secara teknis merupakan "sandera" Kekaisaran Ottoman untuk memastikan kesetiaan Sharifah kepada Turki.

Ali Haydar Pasha adalah satu-satunya siswa di sekolah kerajaan di Istana Yildiz yang bukan anggota keluarga kekaisaran.

Hasilnya adalah hubungan persaudaraan dengan keluarga kerajaan yang melihat dia melayani sebagai teman terdekat khalifah terakhir, Abdulmecid II. Ia juga dipersiapkan untuk peran yang lebih besar di kekaisaran oleh Sultan Abdulhamid II, penguasa Ottoman terakhir.

Abdulhamid memang sudah berencana mengangkat Ali Haydar sebagai emir ketika dia dianggap telah dewasa, sebuah rencana yang berakhir dengan penggulingan khalifah pada tahun 1909 setelah Revolusi Turki Muda.

Utsmaniyah telah lama menyukai klan Ali Haydar di dalam dinasti Sharif, dengan Ali Haydar dari cabang Zawi Zayd, dan Sharif Hussain, yang kemudian memimpin pemberontakan Arab, dari cabang Awn.

Selama berabad-abad, cabang Zayd yang menguasai Makkah, tetapi pada tahun 1830-an mantan bawahan Ottoman dan penguasa Mesir, Muhammad Ali Pasha, berperang melawan Sultan, mengangkat Sharif pilihannya dari cabang Awn.

Sejak itu, Awn telah menjadi simbol pemberontakan melawan otoritas Ottoman. Di sisi lain, Istanbul sangat ingin mengembalikan keunggulan cabang favoritnya, klan Zayd.



Ottoman mengangkat anggota klan Zayd. Ali Haydar pun sebagai penerima manfaat utama. Ia mengambil posisi sebagai menteri kabinet di Kementerian Wakaf, dan kemudian bergabung dengan parlemen setelah penggulingan Abdulhamid pada tahun 1908.

Diberkati dengan kekayaan ganda yang datang dengan menjadi pelayan Ottoman dan keturunan Nabi Muhammad, Ali Haydar menjalani kehidupan yang penuh dengan jebakan materi.
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2206 seconds (0.1#10.140)