Jalan Layang Semanggi Solusi Jangka Pendek Urai Kemacetan
A
A
A
JAKARTA - Ketua Penelitian dan Pengembangan Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ), Leksmono Suryo putranto mengatakan, pembangunan infrastruktur sebagai penambahan jaringan jalan untuk mengurai kemacetan itu harus memiliki perencanaan yang matang. Sebab, apabila tidak, efektifitas pembangunan hanya dirasakan dalam jangka pendek.
Misalnya, dalam kompensasi underpass Pondok Indah yang diberikan ketika Pondok Indah Mall diperbesar. Kata Leksmono, analisis Dampak lalu lintas yang dibuat saat itu hanya menghitung pengunjung yang masuk dengan kapasitas jalan disekitar.
Padahal, rencana analisis tersebut seharusnya menghitung arus lalu lintas yang berada dari hulu menuju Pondok Indah Mall tersebut. Bukan hanya jalan disekitar pembangunan. Akibatnya, kemacetan di sana semakin parah.
"Kompensasi itu memang diperbolehkan. Tapi harus memiliki rencana analisis Dampak Lingkungan yang tepat. Kalau mengurai kemacetan itu, analisisnya harus melihat jaringan angkutan massalnya," kata Leksmono saat dihubungi kemarin.
Leksmono menjelaskan, pembangunan jalan layang Semanggi memang hal yang positif. Apalagi itu dibangun di tengah pusat kota. Sayangnya, kata dia, pembangunan tersebut tidak memiliki perencanaan dan hanya bertujuan mengurai kemacetan akibat titik temu kendaraan dari arah Sudirman ke Grogol dan dari Gatot Subroto ke Sudirman.
Seharusnya, lanjut Leksmono, Pemprov DKI memberikan satu sisi pembangunan jalan layang Semangi yang berpihak pada transportasi massal. Misalnya dalam pembangunan jalan layang Semanggi diberikan satu jalur khusus TransJakarta.
Sehingga, ketika macet, pengendara pribadi memiliki pilihan. Dia memprediksi bila kemacetan dalam waktu yang tidak lama akan kembali terjadi lantaran orang akan memilih menggunakan kendaraan pribadi untuk mencapai tujuannya dengan mudah.
"Kalau mau menambah jaringan jalan, ada dedicated tambahan angkutan umum lebih banyak. Hongkong itu ada jalan berputar dekat laut, tetapi angkutan umumnya lebih tertata dan terintegrasi. Jadi warga punya pilihan," ujarnya.
Misalnya, dalam kompensasi underpass Pondok Indah yang diberikan ketika Pondok Indah Mall diperbesar. Kata Leksmono, analisis Dampak lalu lintas yang dibuat saat itu hanya menghitung pengunjung yang masuk dengan kapasitas jalan disekitar.
Padahal, rencana analisis tersebut seharusnya menghitung arus lalu lintas yang berada dari hulu menuju Pondok Indah Mall tersebut. Bukan hanya jalan disekitar pembangunan. Akibatnya, kemacetan di sana semakin parah.
"Kompensasi itu memang diperbolehkan. Tapi harus memiliki rencana analisis Dampak Lingkungan yang tepat. Kalau mengurai kemacetan itu, analisisnya harus melihat jaringan angkutan massalnya," kata Leksmono saat dihubungi kemarin.
Leksmono menjelaskan, pembangunan jalan layang Semanggi memang hal yang positif. Apalagi itu dibangun di tengah pusat kota. Sayangnya, kata dia, pembangunan tersebut tidak memiliki perencanaan dan hanya bertujuan mengurai kemacetan akibat titik temu kendaraan dari arah Sudirman ke Grogol dan dari Gatot Subroto ke Sudirman.
Seharusnya, lanjut Leksmono, Pemprov DKI memberikan satu sisi pembangunan jalan layang Semangi yang berpihak pada transportasi massal. Misalnya dalam pembangunan jalan layang Semanggi diberikan satu jalur khusus TransJakarta.
Sehingga, ketika macet, pengendara pribadi memiliki pilihan. Dia memprediksi bila kemacetan dalam waktu yang tidak lama akan kembali terjadi lantaran orang akan memilih menggunakan kendaraan pribadi untuk mencapai tujuannya dengan mudah.
"Kalau mau menambah jaringan jalan, ada dedicated tambahan angkutan umum lebih banyak. Hongkong itu ada jalan berputar dekat laut, tetapi angkutan umumnya lebih tertata dan terintegrasi. Jadi warga punya pilihan," ujarnya.
(ysw)