Ini Cikal Bakal Kampung Pulo, Jatinegara

Jum'at, 21 Agustus 2015 - 06:11 WIB
Ini Cikal Bakal Kampung Pulo, Jatinegara
Ini Cikal Bakal Kampung Pulo, Jatinegara
A A A
JAKARTA - Nama Kampung Pulo, Jatinegara, Jakarta Timur, sudah tak asing lagi di telinga masyarakat. Ya, setiap musim hujan kampung ini kerap menjadi langganan banjir karena letaknya yang berada di bantaran Kali Ciliwung.

Pemprov DKI Jakarta pun berencana merelokasi seluruh warga di Kampung Pulo agar mereka tak lagi terkena musibah banjir. Namun, relokasi yang akan dilakukan Pemprov DKI Jakarta, mendapatkan penolakan dari warga tersebut.

Kamis 20 Agustus 2015 kemarin, bentrok antara warga Kampung Pulo dengan aparat keamanan pun terjadi. Warga bersikukuh enggan rumah mereka digusur.

Tak banyak yang tahu cikal bakal Kampung Pulo tersebut. Sindonews berkesempatan mewawancarai salah seorang tokoh Kampung Pulo yakni, Habib Soleh Bin Muksi Alaydrus guna mengetahui cikal bakal kampung yang mungkin saja namanya hanya akan menjadi kenangan.

Habib Soleh menceritakan, Kampung Pulo memiliki andil dalam sejarah dalam kemerdekaan. “Bicara mengenai sejarah Kampung Pulo, sangat panjang. Karena kampung ini sudah ada sekitar abad ke 17 atau tahun 1800-an lah. Sebelum ada Belanda di Indonesia kampung ini sudah ada lebih dulu. Di sini kampung pejuang yang tidak banyak orang tahu,” cerita Habib Soleh membuka perbincangan dengan Sindonews di kediamannya, pada Rabu 19 Agustus 2015 lalu.

Habib Soleh melanjutkan, dulunya Kampung Pulo dianggap sebagai Nusakambangan-nya Jatinegara, lantaran memang kampung ini lebih tertutup dibanding kampung lainnya. Dari pejuang, pendakwah, dan masyarakat umumnya memang tidak terlalu terekspos apalagi dimasukkan ke dalam sejarah. (Baca: Ini Kata Warga Kampung Pulo Soal Bentrokan)

“Dulu setelah pejuang kita menghabisi Belanda dengan memotong leher kompeni, kita buang mayatnya ke Rawa Bangke (sekarang Rawa Bunga). Para pejuang itu langsung mengamankan diri ke Kampung Pulo dan tidak diketahui oleh tentara Belanda lainnya,” tambah Habib .

Pada zaman kolonial, lanjut Habib, Kawasan Kampung Pulo menjadi bagian dari Meester Cornelis . Awalnya Kampu ng Pulo adalah hutan. Sebagian wilayahnya dibuka oleh lima bersaudara (Aril, Rihen, Bandan dan kedua saudaranya yang belum diketahui namanya) yang diberi wewenang oleh kolonial Belanda berupa dua surat Verponding untuk menjadi tuan tanah yang menarik pajak pada para pemukim.

Semenjak itu, Kampung Pulo berubah menjadi pusat perniagaan di Timur Batavia. Bayangkan saja, di dekatnya terdapat pasar skala regional yakni, Pasar Jatinegara dan juga Stasiun Kereta Api Jatinegara yang membuat pertumbuhan ekonomi di Batavia saat itu lebih cepat.

Mayoritas penduduknya adalah suku Betawi, namun sejak 1970-an banak warga pendatang dari kulon (Banten), Bogor, dan sekitarnya bersamaan dengan usaha pedagang bambu yang datang dari wilayah hulu yang dijual ke Pasar Senen dan Mester.

Beberapa situs sejarah yang masih ada hingga kini yaitu Makam Habib Husin bin Muksin Bin Husin Alaydrus atau biasa disebut Shohibul Makam ada sejak tahun 1830. Makam Kyai Lukmanul Hakim atau Datuk yang ada sebelum tahun 1930. (Baca: Bentrok Kampung Pulo, 10 Warga Diamankan)


Makam Kyai Kashim sejak 1953 dan Musala Al Awwabin sejak tahun 1927 yang kini telah direnovasi menjadi masjid. “Dulu warga Kampung Pulo memegang erat tradisi memakamkan anggota keluarga di lokasi rumah sendiri, jadi sering ditemukan makam yang berada dalam rumah,” tutup Habib Soleh.

Kini Kampung bersejarah itu tinggal menunggu waktu untuk dihancurkan dan diubah menjadi proyek normalisasi Sungai Ciliwung yang diklaim mampu atasi banjir yang selama ini meneror warga Ibu Kota.

Pilihan:

Kapolda ke Kampung Pulo, Ahok ke Mana?
Kericuhan Kampung Pulo, 5 Anggota Satpol PP Terluka
Cari Provokator, Polisi Periksa 27 Orang Warga Kampung Pulo
(whb)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1339 seconds (0.1#10.140)