Krisis Air Bersih, Kemana Pemerintah?

Kamis, 30 Juli 2015 - 00:33 WIB
Krisis Air Bersih, Kemana Pemerintah?
Krisis Air Bersih, Kemana Pemerintah?
A A A
TANGERANG - Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah dan Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar nampaknya sudah gerah dengan rencana pemerintah pusat untuk menormalisasi Sungai Cisadane dan perbaikan pintu air 10 yang tak kunjung direalisasikan.

Mereka menuntut pemerintah pusat segera turun tangan. Pasalnya, dengan kondisi kekeringan dan jebolnya pintu air 10 telah membuat debit air berkurang, sehingga masyarakat terancam kekurangan air bersih.

"Kami sudah berkali-kali bertemu di pintu air 10, sudah ganti menteri ganti presiden, tetap saja Cisadane belum diapa-apain. Ketika masyarakat butuh pemerintah, kemana pemerintahnya?" tanya Zaki saat meninjau Bendungan Pintu Air 10 bersama Arief di Tangerang, Rabu 29 Juli 2015.

Menurut Zaki, jebolnya pintu air 10 telah berdampak pada saluran irigasi di Kabupaten Tangerang. Selain itu juga mengancam distribusi air bersih melaui PDAM Tirta Kerta Raharta ke 17 kecamatan. "Saluran irigasi sudah kering," jelasnya.

Dia berharap, pemerintah pusat tidak hanya sekedar wacana, namun realisasi nyata. Pasalnya, desain utuk normalisasi sungai cisadane sudah ada, tinggal melaksanakan saja. Pintu air 10 juga harus direhab total karena sudah memasuki usia hampir 100 tahun.

"Jadi kalau tidak segera melakukan normalisasi, percuma bicara penanganan banjir, air bersih atau ketahanan pangan, kondisinya sudah tidak memungkinkan," pungkasnya.

Sementara itu, Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah mengatakan, pemerintah pusat sementara melakukan penanganan dengan karung pasir guna menutup lubang pintu air yang jebol. Jika tidak bisa diperbaiki juga, rencananya akan membuat pemancang bagian depannya.

"Tapi masalahnya alat berat makan waktu, sedangkan debit air terus menurun," paparnya.

Sebelumnya, akibat berkurangnya debit air, PDAM berhenti produksi sejak pukul 13.00 WIB pukul 21.00 WIB, pada Selasa 28 Juli kemarin. Meski sudah dibantu tiga pompa banjir dari Balai Besar hingga air yang masuk ke intake PDAM mencapai 270 liter per detik, namun masih kurang 150 liter per detik.

"Ini mengancam distribusi air ke masyarakarat, termauk Bandara Internasional Soekarni Hatta," katanya.

Menurut Arief, selama ini pemerintah pusat melalui Dirjen Sumberdaya air dan Balai Besar Ciliwung-Cisadane hanya melakukan pemeliharaan terhadap Pintu Air 10. Padahal yang dibutuhkan adalah rehab total.

"Selama ini cuma perbaiki yang rusak, tapi tidak diganti. Sekarang sudah delapan pintu yang rusak, dan satu yang jebol. Ini memang harus segera diganti semua," pungkasnya.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6603 seconds (0.1#10.140)